Kamis, 15 November 2012

ptk bab 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prapenelitian Penelitian dilaksanakan selama tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 2x35 menit. Penelitian dilaksanakan di bulan February 2008, dimulai minggu terakhir atau minggu ke empat sampai minggu pertama bulan April. Penelitian dilaksanakan terhadap 20 siswa kelas I Hidrogen dari total keseluruhan 38 siswa. Pelajaran Bahasa Inggris, merupakan salah satu mata pelajaran yang kelasnya dibagi menjadi dua kelas kecil yang ditujukan agar pembelajaran kelas menjadi lebih efektif dan terfokus. Dari dua kelas kecil tersebut, ternyata dua puluh siswa yang masih lemah dalam penguasaan kosa kata Bahasa Inggris. Ini berarti seluruh siswa dari satu kelas kecil tersebut masih lemah. Namun berbeda tingkat kesulitannya. Sesuai dengan judul penelitian, penulis meneliti tentang penguasaan vocabulary atau kosa kata dalam Bahasa Inggris. Dari ketiga kelas satu, yaitu kelas I Hidrogen, I Oksigen, dan I Nitrogen, kelas I H merupakan kelas yang paling banyak siswa yang lemah dalam vocabulary yaitu 16 anak dan 4 anak dengan kategori cukup dari 39 siswa, I O 8 anak dari 38 siswa, dan I N 5 anak dari 39 siswa. Jadi penelitian dilaksanakan di kelas I H untuk meningkatkan penguasaan vocabulary dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Permainan scrabble yang diterapkan di kelas I H merupakan permainan scrabble yang sederhana agar siswa cepat tanggap dan tidak menyulitkan siswa dengan peraturan-peraturan permainan scrable yang sebenarnya. Yaitu hampir sama dengan permainan teka teki silang namun tiap huruf yang disusun mendapat poin-poin tertentu. Seperti huruf “E“ atau huruf “O” poinnya hanya 1 karena frekuensi kemunculan huruf besar. Jumlah poin antara 1 sampai 10 poin. Pada papan permainan terdapat kotak berwarna merah bertuliskan “triple-word” yaitu mengalikan 3 total poin yang didapat dari sebuah kata. Kotak berwarna merah jambu bertuliskan “double-word” yaitu mengalikan 2 total poin yang didapat dari sebuah kata. Kotak berwarna biru tua bertuliskan “triple-letter” yaitu mengalikan 3 nilai huruf yang diletakkan diatasnya. Kotak berwarna biru tua bertuliskan “double-letter” yaitu mengalikan 2 nilai huruf yang diletakkan diatasnya. Siswa yang paling banyak mengumpulakan poin dinyatakan sebagai pemenang dan diberikan Reward sebagai penghargaan. Pelaksanaan penelitian secara rinci diuraikan di bawah ini: A. Siklus Pertama 1. Tahap Perencanaan Tindakan a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode permainan b. Menyiapkan media pembelajaran untuk 2x pertemuan yaitu papan permainan, keping-keping huruf dari A-Z. c. Menyusun format penilaian d. Menyusun lembar pengamatan guru tentang pelaksanaan pembelajaran vocabulary melalui permainan scrabble 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan a) Guru melakukan apersepsi sebagai upaya membangkitkan pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan Vocabulary Bahasa Inggris dan kegiatan yang pernah dilakukan. Guru membangkitkan ingatan siswa tentang Vocabulary yang pernah dipelajari (5 menit). b) Guru mendemonstrasikan permainan scrabble di depan kelas (5 menit). c) Dua orang siswa diberi kesempatan untuk bermain ke depan kelas (10 menit) d) Siswa dipersilakan membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 siswa (2 menit) e) Siswa diminta bermain dengan masing-masing kelompoknya dengan kelompok lain (40 menit) Selama siswa berdiskusi dalam kelompok untuk dapat membentuk sebuah kata dan agar mendapat nilai tertinggi. Selama anak berdiskusi guru berkeliling mengamati jalannya diskusi perkelompok dan memberi penjelasan apabila didapati siswa yang masih lambat bermain. f) Siswa (masih berkelompok) bersama guru mendiskusikan hasil permainan secara lisan dan klasikal, sehingga mereka saling mengisi kekurangan masing-masing kelompok. Guru berperan sebagai moderator, membimbing dan meluruskan jalannya diskusi (8 menit) Peneliti, yaitu guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa dengan menggunakan panduan pengamatan yang telah disiapkan. Pada tahap pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan selama 2 pertemuan dengan rincian waktu 2(2 x 35 menit). Dari 6 tahap pembelajaran yang telah disusun, belum semuanya berjalan dengan maksimal karena masih banyak siswa yang tertinggal dalam artian gagal bermain dengan baik. 3. Observasi Kegiatan observasi ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru sebagai peneliti. Pada tahap ini guru mengenali dan mendokumentasikan seluruh proses dan hasil perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Ada tiga hal yang diamati yaitu ketepatan strategi yang disusun, ketepatan format asesmen yang disusun, keaktifan siswa, dan ketepatan penerapan asesmen oleh guru. Pada tahap observasi ini dilaporkan tentang ketepatan rancangan yang dipersiapkan termasuk format asesmen, pelaksanaan kegiatan oleh guru, dan kondisi siswa. Dengan waktu yang tersedia, 2X35 menit, masih kurang. Karena permainan ini masih kali pertama bagi siswa apalagi untuk siswa kelas satu sekolah dasar. Mereka masih butuh waktu yang banyak untuk penyesuaian dalam permainan scrabble yang nota bene masih merupakan permainan baru bagi mereka. Penguasaan vocabulary yang masih lemah menjadi hambatan yang signifikan. Sehingga jalannya proses pembelajaran belum dapat dilakukan secara maksimal. Bagi siswa, Bahasa Inggris masih dianggap momok oleh beberapa siswa, terbukti dari celetuk-celetuk lucu siswa yang sempat terlontar ketika mereka mulai putus asa karena dead end ditengah-tengah permainan. Yaitu mereka adalah orang Indonesia bukan orang Inggris yang sejak lahir langsung bisa berbicara Bahasa inggris. Keputus-asaan siswa terjadi karena mereka sudah merasa tidak ada kata lagi yang dapat disusun sesuai dengan huruf yang bisa diletakkan huruf lagi hingga menjadi satu kata. Peran guru disini amat penting sebagai pendamping yang baik agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Guru menyarankan membentuk huruf baru agar dapat terbentuk kata baru Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang butuh proses untuk dimengerti bagi mereka terlebih untuk permainan baru yaitu scrabble. Pada siklus satu ini, permainan dirasa amat sulit karena selain memperhatikan ketepatan memilih huruf, siswa harus memperhatikan strategi atau langkah-langkah yang harus diambil agar terbentuk satu kata Serta ketepatan dalam berhitung karena tiap huruf yang dipasang memiliki nilai dengan total nilai per huruf apabila berhasil membentuk kata,dengan bonus-bonus yang akan dikantongi apabila berhasil sampai pada kotak-kotak berwarna yang berisi poin yang dilipat gandakan. Namun kesulitan bisa diatasi guru dengan lebih aktif berkeliling ke masing-masing kelompok untuk memberikan bimbingan. Dengan bimbingan guru tersebut siswa menjadi termotivasi untuk melakukan permainan yang tepat. Di samping memberikan bimbingan, guru juga memberikan motivasi belajar kepada siswa.  Pada siklus I pertemuan 1 ini hasil dari permainan menggunakan format penilaian yang dipaparkan sebagai berikut.

taxonomi bloom

1. Analisislah isi bab yang saudara baca tersebut menurut teori Taxonomi Bloom. Kelompokkan materi dalam bacaan tersebut menjadi materi kognitif, materi afektif dan materi psikomotor. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.usun Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: 1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. 2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar. Selain ranah afektif dan psikomotorik, hasil belajar yang perlu diperhatikan adalah dalam ranah kognitif. Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang diurutkan sebagai berikut: Hieraki Ranah Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom . 1. Mengingat (remembering) Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, menandai, menamai. 2. Memahami (understanding). Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan. 3. Menerapkan (applying). Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. Kata oprasionalnya melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi. 4. Menganalisis (analyzing). Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kata oprasionalnya yaitu menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan. 5. Mengevaluasi (evaluating). Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan. 6. Mencipta (creating). Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar mengejar masalah kecerdasannya saja. Berbagai potensi anak didik atau subyek belajar lainnya juga harus mendapatkan perhatian yang proporsional agar berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau factor rasa atau emosi maupun ketrampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang. Sejalan dengan pengertian kognitif afektif psikomotorik tersebut, kita juga mengenal istilah cipta, rasa, dan karsa yang dicetuskan tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara. Konsep ini juga mengakomodasi berbagai potensi anak didik. Baik menyangkut aspek cipta yang berhubungan dengan otak dan kecerdasan, aspek rasa yang berkaitan dengan emosi dan perasaan, serta karsa atau keinginan maupun ketrampilan yang lebih bersifat fisik. Pengertian kognitif afektif psikomotorik dalam Taksonomi Bloom ini membagi adanya 3 domain, ranah atau kawasan potensi manusia belajar. Dalam setiap ranah ini juga terbagi lagi ke dalam beberapa tingkatan yang lebih detail. Ketiga ranah itu meliputi : 1. Kognitif (proses berfikir ) Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian : a. Pengetahuan (knowledge) mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. b. Pemahaman (comprehension) Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah. c. Penerapan (application) Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. d. Analisis (analysis) Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan. e. Sintesa (synthesis) Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya. f. Evaluasi (evaluation) Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi. Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain. Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran. 2. Afektif (nilai atau sikap) Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori : a. Penerimaan (recerving) Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. b. Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”. d. Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex) Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Variabel-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa: “Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.” Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya. 3. Psikomotorik (keterampilan) Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu : a. Peniruan terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. b. Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. c. Ketetapan memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. d. Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda. e. Pengalamiahan Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini. Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah: 1. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka? 2. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? 3. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari? Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. MATERI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII Materi Kognitif Pada pelajaran 4 Bahasa Indonesia teks ‘Memperbaiki Moral Bangsa’ bila dirujuk dari segi kognitif maka akan terlihat upaya ajakan dalam proses berpikir supaya generasi muda bangsa Indonesia dapat bangkit dan tergerak hatinya agar mau dan sadar untuk selalu menanamkan jiwa bersih dari segala hal-hal buruk yang ada di lingkungan sekitar mereka. Siswa disajikan bahan bacaan yang mengarahkan pola dan konsep berpikir ke dalam pola hidup positif, melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam kehidupan mereka agar berguna bagi masa depan mereka kelak. Siswa diperkenalkan tema-tema yang mengandung ajakan untuk berbuat kebaikan dan menumbuhkan rasa religius dalam relung hati mereka. Domain kognitif atau konsep berpikir telah secara langsung atau tidak langsung tertanam ke dalam benak para siswa setelah diperkenalkan ke dunia berkegiatan positif dan sekaligus diberi informasi mengenai kegiatan buruk yang harus mereka hindari, agar tidak terjebak dan terjerumus ke dalam lembah hitam yang dapat mematikan masa depan mereka. Melalui bacaan tersebut diharapkan telah melekat erat dalam konsep berpikir mereka tentang hal baik yang bisa mereka kerjakan dan hal buruk yang harus mereka hindari. Materi Afektif Nilai atau sikap sopan santun siswa yang dirasakan telah luntur akhir-akhir ini sangat meresahkan, adalah tugas guru untuk mengarahkan para pelajar untuk selalu berbuat baik, berahlak mulia demi moralitas anak bangsa. Kewajiban siswa adalah menerima apa yang telah diajarkan guru kepada mereka, menerima dan meresapi arti nilai atau sikap yang seharusnya dipunyai oleh para pelajar sebagai generasi muda yang berjiwa bersih dan selalu mawas diri. Nilai kebajikan yang mereka dapat hendaknya tercermin dalam sikap keseharian mereka. Dalam teks bacaan singkat yang berjudul ‘Kebaikan Berbuah kebaikan’ merupakan sebuah cerita anak yang dikemas secara sederhana dan menarik sehingga siswa tidak bosan membacanya, didalamnya tersirat makna yang sangat mendalam bahwa setiap kebajikan yang dilakukan oleh umat manusia maka akan berdampak kebaikan pula bagi pelakunya. Dengan begitu siswa akan merasa bahwa segala hal baik yang akan mereka kerjakan akan berbuah kebaikan pula bagi kehidupan mereka di dunia ini, karena kebaikan akan berbuah kebaikan. Materi Psikomotor Diharapkan selain teori siswa juga mempunyai keterampilan. Adapun jenis keterampilan itu tergantung pada apa yang telah mereka pelajari dan peroleh. Siswa melakukan banyak kegiatan dan tugas selama mereka menempuh dunia pendidikan. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa menjadi sosok yang mumpuni, mandiri, aktif dan penuh rasa percaya diri. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa diharapkan bertindak aktif dalam kegiatan mendengar, berbicara membaca, dan menulis. Siswa dapat menulis kembali berita apa yang didengarkan.keterampilan ini membutuhkan kecermatan dan daya ingat kuat supaya pelajar mampu menulis, menyusun kata demi kata, merangkai kalimat demi kalimat sehingga menjadi rangkaian paragraf yang padu dan berbobot. Siswa juga bisa bercerita dengan alat peraga. Alat peraga tersebut bisa bersumber dari mana saja, dan bisa berwujud apa saja. Siswa dapat menggunakan berbagai media untuk mengekspresikan cerita yang mereka bawakan. Dalam keterampilan membaca, siswa dapat berlatih membaca teks perangkat upacara. Banyak keuntungan yang diperoleh dari keterampilan ini, diantaranya adalah apabila siswa mendapat tugas sebagai petugas upacara, maka mereka akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. 2. Analisislah bacaan yang saudara pilih menurut pendapat Hyman dalam Zais (1976 hal:324). Hyman dalam Zais (1926 hal:324) mengenai isi kurikulum yang menurutnya terdiri dari: 1. Pengetahuan yang meliputi: fakta, eksplanasi,prinsip dan definisi. 2. Keterampilan dan proses seperti: membaca, menulis, menghitung, menari, berpikir kritis, membuat keputusan, dan komunikasi, dan 3. Nilai yang mencakup: keyakinan terhadap sesuatu yang baik dan buruk, terhadap sesuatu yang benar dan salah, terhadap sesuatu yang indah dan tidak indah. Hyman dalam Zais (1976) mendefinisikan materi (conten) kurikulum sebagai: pengetahuan (meliputi fakta-fakta, eksplanasi, prinsip-prinsip, definisi), keterampilan dan proses (meliputi membaca, menulis, kalkulasi, tarian, berpikir kritis, mengambil keputusan, komunikasi), dan nilai (meliputi kepercayaan terhadap ukuran baik dan buruk, benar dan salah, cantik dan jelek). Analisis bacaan pelajaran 4 ‘Memperbaiki Moral Remaja’ menurut pendapat Hyman dalam Zais (1976 hal:324) Pelajaran 4 ‘Memperbaiki Moral Remaja’ halaman 43 Aspek yang harus dicapai dalam bab ini adalah:  Mendengarkan  menulis kembali berita yang dibacakan.  Berbicara (bersastra)  bercerita dengan alat peraga.  Menulis  menulis teks pengumuman.  Kebahasaan  menggunakan klausa dengan keterangan tujuan untuk dan demi. Hasil belajar:  Siswa dapat menulis kembali berita yang didengarkan secara tepat.  Siswa dapat bercerita dengan alat peraga secara baik dan benar.  Siswa dapat membaca teks perangkat upacara sec ara baik dan benar.  Siswa dapat menulis pengumuman secara benar.  Siswa dapat menggunakan klausa dengan keterangan tujuan untuk dan demi secara tepat. Tema ‘Memperbaiki Moral Remaja’ dilihat dari materi kognitif guru member berita ‘Narkoba Ternyata Menular’. Dalam bacaan ‘Memperbaiki Moral Remaja’ sebagai generasi penerus para remaja diharapkan mampu mengisi kemerdekaan ini dengan belajar giat dan aktif dalam berbagai kegiatan positif. Maraknya kasus peredaran obat-obat terlarang sungguh sangat mencemaskan, para remaja harus mawas diri terhadap barang terlarang tersebut karena dapat menyesatkan dan merusak masa depan. Sikap hormat dan patuh kepada orang tua dan guru harus selalu dipertahankan, mengingat sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua semakin luntur pada akhir-akhir ini. Sebagai seorang pelajar, hal-hal yang berkaitan dengan moral semacam itu pantas untuk dipahami agar wawasan sebagai pelajar generasi penerus bangsa tentang moral bertambah luas. Melalui pelajaran 4 bacaan ‘Memperbaiki Moral Remaja’ para pelajar dilatih untuk mencermati berbagai fenomena yang terjadi di sekitar mereka yang terkait dengan moral. Adapun bentuk pelatihan tersebut dikaitkan dengan keterampilan berbahasa, bersastra, dan kebahasaan. Keterampilan berbahasa meliputi kegiatan menulis kembali berita yang dibacakan atau yang didengarkan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menulis kembali berita yang dibacakan atau didengarkan adalah, menyimak berita yang dibacakan, sungguh-sungguh menyimaknya, dan mencatat hal-hal penting selama proses penyimakan berlangsung, pelajar dapat mencatat hal-hal penting dari berita itu dengan menggunakan rumus 5W + 1H. 5W + 1H merupakan singkatan dari WHAT (peristiwa apa yang terjadi), WHO (siapa yang menjadi tokoh peristiwa itu), WHEN (kapan peristiwa itu terjadi), WHERE (dimana lokasi peristiwa itu), WHY (mengapa peristiwa itu terjadi), dan HOW (bagaimana urutan kejadiannya). Guru membacakan berita tentang ‘Narkoba Ternyata Memudar’, setelah pelajar mendengarkan pembacaan berita tersebut maka mereka dapat mengerjakan atau menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang peristiwa tersebut, kapan peristiwa itu terjadi, dimana peristiwa itu terjadi, kenapa peristiwa itu terjadi, dan bagaimana kronologis peristiwa tersebut. Pelajar juga dapat menulis kembali berita yang telah mereka simak dengan kata-kata mereka sendiri. Menulis pengumuman mempunyai tujuan utama memberikan informasi secara luas kepada masyarakat tentang suatu hal atau suatu kegiatan. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frase berkata depan dan kata depan yang dipakai yaitu demi, lagi, guna, untuk, dan buat. 3. Simpulkanlah analisis saudara, materi pada bab tersebut yang saudara pilih berguna untuk domain apa. Siswa juga mempelajari sebuah cerita yang dikemas untuk didengarkan oleh anak-anak, biasanya berisi ajaran moral, keteladanan, dan contoh budi pekerti yang baik. Penggunaan berbagai media untuk mengekspresikan cerita yang mereka bawakan dapat diceritakan dengan menarik dan lucu sehingga akan mampu menarik perhatan pendengarnya. Cerita anak ‘Kebaikan Berbuah Kebaikan’ menceritakan seorang kakek tua yang pekerjaan sehari-harinya mencari kayu kering di tengah hutan. Suatu hari kakek tua itu menolong seekor anjing terluka dan merawatnya dengan baik di rumahnya. Anjing tersebut ternyata jelmaan seorang putri yang telah dikutuk oleh penyihir jahat menjadi seekor anjing. Kutukan itu akan hilang bila putri tersebut diasuh dan disayang oleh seorang baik hati selama setahun. Setelah setahun anjing tersebut menjadi seorang manusia dan ingin membalas kebaikan kakek tua itu selama ini. Putri tersebut mengajak kakek tua itu untuk tinggal bersamanya dan menganggap kakek tua itu sebagai kakek kandungnya sendiri. Kakek tua itu setuju dan mereka hidup berbahagia. Dari kisah tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa sebuah kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula. Siswa dapat mengambil pelajaran untuk selalu berbuat kepada semua mahluk hidup yang ada di muka bumi ini. Materi pada bab ini berguna untuk materi domain psikomotor. Keterampilan berbahasa meliputi kegiatan bercerita dengan alat peraga. Siswa dapat menggunakan berbagai media untuk mengekspresikan cerita yang dibawakan. Media tersebut dapat berupa penggunaan boneka maupun peralatan lainnya. Bercerita dengan alat peraga dapat dilakukan dengan cara membacakan buku cerita bergambar sambil memainkan boneka atau dibantu oleh adegan fragmen. Keterampilan berbahasa meliputi kegiatan membaca untuk perangkat upacara. Teks perangkat upacara terdiri dari tiga macam, yaitu pembukaan UUD 1945, janji siswa, dan doa. Siswa dapat mencermati kembali ketiga teks perangkat upacara tersebut, kemudian mengerjakan tugas secara berkelompok, masing-masing anggota kelompok membaca suatu teks, kemudian teman menilai penampilan tersebut. 4. Sebagai orang tep berikan saran terhadap isi bab tersebut berkaitan dengan desain penyajian pesannya. Hyman (1973) menyebutkan ada tiga hal mengenai isi kurikulum: pengetahuan, proses, nilai. Isi bab (pelajaran 4) ‘Memperbaiki Moral Remaja’ merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh para orang tua (wali murid, guru, dll) kepada para generasi muda agar berahlak mulia dan menjauhkan segala hal yang bernuansa negatif. Penyajian pesan yang terkandung dalam bab ‘Memperbaiki Moral Remaja’ telah sangat baik mencakup semua pesan yang sangat ingin disampaikan para orang tua kepada putra-putrinya. Bahasa yang digunakan telah sangat lugas, mengena, dan mudah dimengerti. Dalam bab ini siswa juga telah diberi wawasan pengetahuan tentang betapa berbahayanya narkoba bagi kehidupan dan masa depan mereka. Siswa juga dibekali wawasan moral dan diharapkan wawasan siswa tentang moral bertambah luas. Pelajar juga dibekali pengetahuan tentang tanda kecanduan alcohol, diantaranya: a. Mulai tidak patuh dan sering melawan. b. Nilai sekolah mulai turun. c. Ada laporan dari sekolah kalau anak remaja banyak membolos. d. Berbohong bila ditanya tentang kegiatannya. e. Sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan. f. Berat badan menurun dan pipi tampak cekung. g. Perubahan siklus tidur dan tampak lebih malas daripada biasanya. h. Kadang-kadang menunjukkan wajah depresi dan mood yang mudah berubah. i. Mulai melakukan tindakan yang bermasalah dengan hokum. j. Mungkin mengalami kecelakaan. Dalam bab ini siswa juga diberi wawasan pengetahuan bahwa sangat penting menjaga perilaku baik, sikap hormat, dan patuh kepada orang tua. Sikap baik tersebut harus tetap dan selalu dipertahankan. Desain penyajian pesan dalam bab (pelajaran 4) ‘Memperbaiki Moral Pelajar’ telah dikemas dengan sangat bagus. Didalamnya telah diselipkan pesan bahwa sikap baik adalah baik, kebaikan akan selalu berbuah kebaikan. Bila ada yang kurang terhadap isi bab tersebut berkaitan dengan desain penyajiannya adalah terletak pada susunan kemasan gambar sebagai ilustrasi yang terkesan sangat monoton dan kurang menarik. Saran tepat untuk bab ini adalah ada baiknya jika gambar ilustrasi yang disajikan dalam bentuk berwarna sehingga akan lebih terlihat bagus dan menarik minat siswa untuk mengetahui apa yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga pelajar merasa lebih senang untuk membaca. 5. Kata kunci Hyman (1973) menyebutkan ada 3 hal mengenai isi kurikulum: • Pengetahuan • Proses • Nilai Isi didefinisikan sebagai pokok materi proses-proses belajar mengajar yang memuat pengetahuan (fakta, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip dan lain sebagainya), proses-proses atau skill yang diasosiasikan dengan dasar pengetahuan tersebut juga nilai-nilai yang berkaitan dengan pelajaran atau apapun yang sedang dipelajari. R. Hyman, mendefinisikan bahwa isi terdiri dari : Pengetahuan (fakta-fakta, penjelasan, definisi, prinsip-prinsip), skill dan proses-proses (membaca, menulis, menghitung, menari, berpikir kritis, penetapan keputusan, berkomunikasi) dan nilai-nilai (pemahaman tentang hal baik dan buruk, cantik dan jelek), (Hyman, 1973 : 4). Sebagai contoh, studi sosial kurikulum tidak hanya akan menyertakan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi tertentu saja, tapi juga kemampuan dan nilai-nilai (termasuk perilaku) dari kajian ilmu pengetahuan sosial. Untuk melaksanakan proses pendidikan itu sangat diperlukan kurikulum. Pembinaan proses pendidikan ini terus disempurnakan diantaranya penyempurnaan kurikulum seperti kurikulum 1994 disempurnakan menjadi kurukulum 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sekarang sudah disempurnakan kembali menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain itu penyempurnaan pelaksanaan pendidikan melalui peningkatan kualitas pengajar seperti seminar-seminar, penataran-penataran, penyetaraan dan kualifikasi guru-guru. KTSP memberikan tuntunan pembelajaran yang berorientasi kepada proses bukan semata-mata pada hasil. Ini berarti siswa dituntut untuk aktif mengembangkan kemampuan yang dimilikinya seperti mengamati, menginterprestasikan, mengaplikasikan konsep dan mengkomunikasikan hasil yang diperolehnya. Kurikulum ini lebih mengedepankan kegiatan ‘learning activities’ atau aktifitas belajar mahasiswa dari pada sekedar ‘teaching activities’ atau aktifitas mengajar oleh dosen. Namun pada pelaksaaannya selama ini, kurikulum kurang memberikan kesempatan belajar atau ‘learning opportunities’ kepada mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan nilai dari suatu mata kuliah yang dipelajarinya. Kurangnya kesempatan belajar sehingga membuat mahasiswa juga kurang memperoleh pengalaman belajar. Kompetensi merupakan integrasi dari tiga ranah yaitu kognitif (pengetahuan), psikomotor(keterampilan) dan afektif (nilai) pada setiap mata kuliah. Namun pada pelaksanaannya selama ini kurikulum hanya terfokus pada pemenuhan ranah kognitif saja, sementara ranah afektif dan psikomotor masih sangat kurang. Standar dari setiap komponen kurikulum, merupakan acuan atau dasar pijakan dalam menentukan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Sehubungan dengan standar isi, maka substansi yang diperhatikan dalamkomponen ini mengandung muatan pengetahuan (fakta, konsep, generalisasi, prinsipdll); proses atau keterampilan yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan nilai yang terkandung dalam subyek yang dipelajari (Hyman : 1973) . Demikian standar isi darisuatu tingkat satuan pendidikan yang ditampilan dalam bentuk mata pelajaran dan nonmata pelajaran harus dipilih dan dipilah sesuai dengan kriteria yaitu : (1) Sahih (Valid ): Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarandan kesahihannya, ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yangdiberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusiuntuk pemahaman ke depan. (2) Tingkat Kepentingan (Significance): Dalam memilihmateri perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: Sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa penting?. Dengan demikian,materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukanoleh siswa. (3) Kebermanfaatan (utility): Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikanberikutnya. Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari (4) Layak dipelajari (learnability): Materinya memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat). (5) Menarik minat (interest ): Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.Penataan isi kurikulum pada dasarnya dilandaskan atas lingkup dan urutan isi kurikulum. Lingkup kurikulum menyatakan keluasan dan kedalaman isi kurikulum pada rentang waktu tertentu. Lingkup kurikulum dipengaruhi oleh faktor waktu, intikonten, pengintegrasian konten, dan total jumlah konten yang dibutuhkan. Urutan konten kurikulum menyatakan susunan konten yang disajikan terhadap siswa. Urutan konten dipengaruhi oleh prinsip dari sederhana menuju yang kompleks, prasyarat, dariyang menyeluruh ke bagian-bagian, kronologis, tingkat keabstrakan dan urutan spiral.

definisi strategi kognitif

A.Definisi Strategi Kognitif Secara etimologis, istilah cognitive-strategy diturunkan dari kata kerja Latin co-agitare yang antara lain berarti memikirkan, merencanakan, merancang, mereka-reka; dan kata strategema, atis yang berarti siasat. Dengan demikian, strategi kognitif adalah siasat untuk mengerti. Tetapi strategi kognitif tidak identik dengan intellectual skill (keterampilan intelektual). Keterampilan intelektual lebih berorientasi pada interaksi pebelajar sebagai individu dengan lingkungan belajarnya, yaitu angka, kata-kata (bahasa), simbol, rumus, prinsip, prosedur dan sebagainya. Sedangkan strategi kognitif merupakan kemampuan seseorang untuk mengontrol interaksinya dengan lingkungan. Menurut Robert M. Gagne (1974), strategi kognitif adalah kemampuan internal yang terorganisasi, yang dapat membantu pebelajar dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Jenis-jenis strategi kognitif menurutnya adalah (1985): 1) cognitive strategies in attending; 2) cognitive strategies in encoding; 3) cognitive strategies in retrieval; 4) cognitive strategies in problem solving; 5) cognitif strategies in thinking. Sedangkan Bell-Gredler (1986) mendefinisikan strategi kognitif sebagai proses berpikir induktif. Ketika mempelajari sesuatu, seseorang membuat suatu generalisasi berdasarkan fakta atau prinsip yang telah diketahuinya. Strategi kognitif adalah operasi-operasi atau prosedur-prosedur mental yang bisa digunakan individu untuk mendapatkan, menahan, serta mengambil kembali berbagai pengetahuan dan kepandaian (Rigney, 1978 dalam Jonassen (1987). Strategi kognitif mencerminkan bagaimana seseorang belajar, mengingat, dan berfikir serta bagaimana memotivasi diri mereka sendiri (Weinstein dan mayer, 1985 dalam Jonassen, 1987). Jonassen (1987) berkesimpulan bahwa strategi-strategi kognitif merepresentasikan kegiatan-kegiatan kognitif yang sangat luas yang mendukung pembelajaran seseorang. Dengan demikian, jelas bahwa strategi kognitif sangat penting bagi siapa pun untuk mencapai kompetensi yang baik. Hasil belajar setiap orang berbeda dari orang lain karena strategi kognitif setiap orang pun tak pernah benar-benar sama. Kemampuan internal yang dimiliki dan atau dilakukan setiap orang berbeda dari orang lain. Keunikan setiap orang dalam mengolah informasi hingga pengambilan keputusan itu lazim disebut sebagai executive control, kontrol tingkat tinggi. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya faktor-faktor pendukung perkembangan kognitif setiap orang, yaitu: 1) kedewasaan (maturasi); 2) pengalaman fisik; 3) pengalaman logiko-matematik; 4) transmisi sosial; dan 5) pengendalian diri (ekuilibrasi). Strategi kognitif bermanfaat bagi pebelajar untuk belajar mandiri, yakni dengan mendayagunakan segala keterampilan intelektual yang pernah dipelajari. Masalah yang dihadapi seseorang tak selalu persis sama dengan yang sudah pernah dialami. Maka keterampilan intelektual saja sering tidak memadai. Seorang pebelajar membutuhkan pengorganisasian dan kontrol terhadap proses belajarnya untuk dapat memilih alternatif strategi pemecahan masalah yang paling tepat di antara sekian pilihan. Meskipun West, Farmer, dan Wolf (1991) mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar strategi kognitif dapat dipadukan dengan materi bidang ilmu, pada kenyataannya terdapat perbedaan proses di antara pendayagunaan keterampilan intelektual dengan kemampuan memilih dan melaksanakan strategi kognitif tertentu. B. Macam-macam Strategi Belajar Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Pembelajaran strategi lebih menekankan pada kognitif, sehingga pembelajaran ini dapat disebut dengan strategi kognitif. Strategi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1. Strategi Mengulang (Rehearsal) Agar terjadi pembelajaran, pebelajar harus melakukan tindakan pada informasi baru dan menghubungkan informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal. Strategi yang digunakan untuk proses pengkodean ini disebut strategi mengulang (rehearsal). Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal) dengan cara mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note). Strategi mengulang yang paling sederhana, yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal disebut strategi mengulang sederhana, misalnya digunakan untuk menghafal nomor telepon dan arah ke satu tempat tertentu dalam jangka waktu pendek. Seorang pebelajar tidak dapat mengingat seluruh kata atau ide dalam sebuah buku hanya dengan mambaca buku itu keras-keras. Penyerapan bahan lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks, yaitu perlu melakukan upaya lebih jauh sekedar mengulang informasi. Menggarisbawahi ide-ide kunci dan membuat catatan pinggir adalah dua strategi mengulang kompleks yang dapat diajarkan kepada siswa untuk membantu mereka mengingat bahan ajar yang lebih kompleks. a.Menggarisbawahi Menggarisbawahi ide-ide kunci dari suatu teks adalah suatu teknik yang kebanyakan siswa telah pelajari pada saat mereka masuk perguruan tinggi. Menggarisbawahi membantu siswa belajar lebih banyak dari teks karena beberapa alasan. Pertama, menggarisbawahi secara fisik menemukan ide-ide kunci, oleh karena itu pengulangan dan penghafalan lebih cepat dan lebih efisien. Kedua, proses pemilihan apa yang digarisbawahi membantu dalam menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah ada. Sayangnya siswa tidak selalu menggunakan prosedur menggarisbawahi secara sangat efektif. Kadang kadang siswa juga menggarisbawahi informasi yang tidak relevan. Hal ini biasanya terjadi pada siswa-siswa sekolah dasar atau SLTP yang mengalami kesulitan menentukan informasi mana yang paling dan kurang penting. b. Membuat catatan-catatan pinggir Membuat catatan pinggir dan catatan lain membantu melengkapi garis bawah. Perlu diperhatikan bahwa siswa telah dapat melingkari kata-kata yang tidak dimengerti, menggarisbawahi ide-ide penting, memberi nomor dan membuat daftar kejadian, mengidentifikasi kalimat yang membingungkan, dan menulis catatan-catatan dan komentar-komentar untuk diingat. Strategi mengulang khusunya strategi mengulang kompleks, membantu siswa memperhatikan informasi baru spesifik dan membantu pengkodean. Tetapi strategi ini tidak membantu siswa menjadikan informasi baru lebih bermakna. 2.Strategi-strategi Elaborasi Elaborasi merupakan proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui. Strategi elaborasi dapat dilakukan dengan pembuatan catatan, membuat analogi dan menerapkan PQ4R. a.Pembuatan Catatan Sejumlah besar informasi diberikan kepada siswa melalui presentasi dan demonstrasi guru. Pembuatan catatan membantu siswa dalam mempelajari informasi ini secara singkat dan padat menyimpan informasi untuk ulangan dan dihafal kelak. Bila dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga membantu mengorganisasikan informasi sehingga informasi itu dapat diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara lebih efektif. bAnalogi Analogi adalah pembandingan yang dibuat untuk menunjukan kesamaan antara ciri-ciri pokok suatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti jantung dengan pompa. c.PQ4R Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P singkatan dari preview (membaca selintas dengan cepat), Q adalah question (bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca), reflect (refleksi), recite (tanya-jawab sendiri), review (mengulang secara menyeluruh). Melakukan preview dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum membaca mengaktifkan pengetahuan awal dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui. Mempelajari judul-judul atau topik-topik utama membantu pembaca sadar akan organisasi bahan-bahan baru tersebut, sehingga memudahkan perpindahannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Resitasi informasi dasar, khususnya bila disertai dengan beberapa bentuk elaborasi, kemungkinan sekali akan memperkaya pengkodean. 3.Strategi Organisasi Seperti halnya strategi elaborasi, strategi organisasi bertujuan membantu pebelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Strategi-strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah atau membagi ide-ide atau istilah-istilah itu menjadi sub set yang lebih kecil. Strategi- strategi ini juga terdiri dari pengidentifikasian ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Outlining, mapping, dan mnemonics merupakan strategi organisasi yang umum. a.Outlining Dalam outlining atau membuat kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama. Dalam pembuatan kerangka garis besar tradisional satu-satunya jenis hubungan adalah satu topik kedudukannya lebih rendah terhadap topik lain. Sama dengan strategi lain, siswa jarang sebagai pembuat kerangka yang baik pada awalnya, namun mereka dapat belajar menjadi penulis kerangka yang baik apabila diberikan pengajaran tepat dan latihan yang cukup. b.Pemetaan Konsep (mapping) Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh para siswa (Dahar, 1988:149). Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin (1985) dalam Dahar (1988:149) mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep. c.Mnemonics Mnemonics berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi-strategi untuk membantu ingatan dengan membantu membentuk assosiasi yang secara alamiah tidak ada. Suatu mnemonics membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang. Contoh mnemonics yaitu : * Chunking (pemotongan) Misalnya seseorang dapat mengingat nomor telepon 10 angka karena ia telah membaginya dalam tiga kelompok, yaitu kode wilayah, kode tempat, dan tiga nomor orang yang dituju. * Akronim (singkatan), Terdiri singkatan misalnya ABRI merupakan singkatan dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. * Kata berkait (Link-work) : suatu mnemonics untuk belajar kosa kata bahasa asing. Menurut Socrates dan John Dewey, belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara mental dan fisik yang diikuti dengan kesempatan merefleksikan hal-hal yang dilakukan dari hasil perilaku tersebut. Menurut prinsip konstruktivisme, seorang pengajar atau guru, dan dosen berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa dan mahasiswa agar berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sbb: 1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. 2.Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa. 3.Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak.Peran dan tugas pengajar konstruktivisme: 1. Guru banyak berinteraksi dengan siswa 2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama 3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa 4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa 5. Guru perlu memiliki pemikiran yang fleksibel Hal-hal yang penting dikerjakan oleh seorang guru konstruktivis sebagai berikut: 1. Guru perlu mendengar secara sungguh-sungguh interpretasi siswa terhadap data 2. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas 3. Guru perlu tahu bahwa “tidak mengerti” adalah langkah yang penting untuk memulai menekuni. C. Peran Strategi Kognitif dalam Pembelajaran Matematika Strategi kognitif berpotensi digunakan dalam semua cabang ilmu matematika. Tergantung dari bagaimana seorang guru mengarahkan siswanya untuk menemukan rumus-rumus atau teorema-teorema yang berkaitan dengan cabang ilmu matematika yang diajarkan. Misalanya pelajaran bidang datar, awalnya siswa hanya diberitahu tentang luas segi empat. Selanjutnya siswa sendiri yang menemukan bagaimana mendapatkan rumus luas segitiga, layang-layang, belah ketupat, trapesium, lingkaran, dan sebagainya. Diposkan
Peran Strategi Kognitif Dalam Akselerasi Pembelajaran Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya. Dave Meier (2002:25-26) menulis beberapa prinsip pokok akselerasi pembelajaran, yaitu:… STRATEGI KOGNITIF Pendahuluan Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas menurut Marger adalah menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance) sebagai suatu jenis out put yang terdapat pada siswa, dan teramati, serta menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melaksanakan kegiatan belajar. Pengajaran mengemban tugas utama untuk mendidik dan membimbing siswa-siswa dalam belajar serta mengembangkan dirinya. Pemilihan taksonomi B.S Bloom tentang tingkat ranah kognitif terbagi dalam tiga kelompok, kelompok rendah, menengah, dan tinggi. Kemampuan tertinggi menurut Gagne adalah strategi kognisi, atau analisis, sistesis dan evaluasi juga kemampuan kognisi tertinggi menurut Bloom. Mengajar ,enurut kaum konstruktivisme bukan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Dengan demikian mengajar adalah suatu bentu belajar sendiri. Guru dilihat dari sebuah profesi memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan, ia harus mampu memberikan kepuasan, dan pelayanan dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Guru harus menyadari konsekuensi yang disandangnya, guru dihadapkan pada tantangan, dimana guru diminta harus ramah, sabar, penuh percaya diri, bertanggung jawab, dan menciptakan rasa aman, dilain pihak guru harus mampu memberi tugas, dorongan kepada siswa dalam mencapai tujuan, mengadakan koreksi, pemaksaan, arahan belajar serta teguran agar memperoleh hasil yang optimal. Berfikir yang baik lebih penting dari pada mempunyai jawaban yang benar atas suatu persoalan yang sedang dipelajari. Seseorang yang mempunyai cara berfikir yang baik, dalam arti bahwa cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang baik. Mengajar dalam kontek ini adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membiarkan berfikir sendiri. Definisi Strategi Kognitif Strategi kognitif (Gagne, 1974) adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Bell gredler (1986), menyebutkan strategi kognisi sebagai suatu proses berfikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang. Strategi kognitif merupakan kapabilitas yang mengatur cara bagaimana siswa mengelola belajarnya, ketika mengingat-ingat dan berfikir, ia juga merupakan proses pengendali atau pengatur pelaksana tindakan. Gegne dan Briggs (1974) menyatakan suatu contoh strategi kognisi ialah proses inferensi atau induksi. Pengalaman dengan obyek-obyek atau kejadian-kejadian, dan seseorang berusaha memperoleh penjelasan mengenai suatu gejala tertentu yang menghasilkan induksi. Obyek strategi kognitif ialah proses berfikir siswa sendiri. Latar Belakang Strategi Kognitif Strategi kognitif lahir berdasarkan paradigma konstruktivisme, teori meta cognition. Konstruktivisme dikembangkan luas oleh Jean Piaget, ia dikenal seorang psikolog, pada akhirnya lebih tertarik pada filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Titik sentral teori Jean Piaget adalah perkembangan fikiran secara alami dari lahir sampai dewasa, menurut Piaget untuk memahami teori ini kita harus paham tentang asumsi-asumsi biologi maupun implikasi asumsi-asumsi tersebut dalam mengartikan pengetahuan. Paradigma konstruktivisme oleh Jeans Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif , disebut teori meta cognition. Meta cognition merupakan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berfikirnya, Preisseisen (1985). Menurut Preisseien meta cognition meliputi empat jenis ketrampilan, yaitu: • Ketrampilan Pemecahan masalah (Problem Solving) yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternative pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif. • Ketrampilan Pengambilan Keputusan (Decision making), yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proes berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternative, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alas an-alasan yang rasional. • Ketrampilan Berfikir Kritis (Critical thinking) yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya yaitu menganalisa argument dan memberikan interprestasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argument, dan interprestasi logis. • Ketrampilan berfikir Kreatif (creative thinking) yaitu:Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu. Ketrampilan-ketrampilan diatas ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya, dan sukar untuk membedakannya, karena ketrampilan-ketrampilan tersebut terintegrasi. Paradigma konstruktivisme dan teori meta cognition melahirkan prinsip Reflection in Action . Schon (1982), yaitu prinsip refleksi dari pengalaman praktisi professional dalam pemecahan masalah yang pernah dihadapi untuk memecahkan masalah baru, praktisi-praktisi ini dikenal dengan nama lain Reflective Practioners. Proses reflections in actions merupakan gambaran tentang proses belajar. Bragar dan Johnson (1993) menyebutkan bahwa seseorang belajar melalui aktivitas atau pekerjaan sendiri dan kemudian mengkaji ulang dari pekerjan yang telah dilakukan.Proses pembelajaran strategi kognitif merupakan proses reflection in action. Berdasarkan teori ini menunjukkan bahwa proses belajar diawali dari pengalaman nyata yang diamati oleh seseorang. Pengalaman tersebut direfleksi secara individual. Peran Strategi Kognitif Dalam Akselerasi Pembelajaran Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya. Dave Meier (2002:25-26) menulis beberapa prinsip pokok akselerasi pembelajaran, yaitu: 1. Adanya keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan pembelajaran. 2. Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasip, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif. 3. Kerjasama diantara pembelajar sangat membantu meningkatkan hasil belajar. 4. Belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada belajar berpusat presentasi. 5. Belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi. Perbedaan Belajar Tradisional dan Belajar Akselerasi ( Dave Meier) Belajar Tradisional cenderung Belajar akselerasi cenderung Kaku Luwes Muram dan serius Gembira Satu jalan Banyak jalan Mementingkan sarana Mementingkan tujuan Bersaing Bekerjasama Behavioristis Manusiawi Verbal Multi indrawi Mengontrol Mengasuh Mementingkan materi Mementingkan aktivitas Mental (kognitif) Mental/emosional/fisik Berdasar waktu Berdasar hasil Menurut Socrates dan John Dewey, belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara mental dan fisik yang diikuti dengan kesempatan merefleksikan hal-hal yang dilakukan dari hasil perilaku tersebut. Menurut prinsip konstruktivisme, seorang pengajar atau guru, dan dosen berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa dan mahasiswa agar berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sbb: 1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. 2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa. 3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak. Peran dan tugas pengajar konstruktivisme: 1. Guru banyak berinteraksi dengan siswa 2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama 3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa 4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa 5. Guru perlu memiliki pemikiran yang fleksibel Hal-hal yang penting dikerjakan oleh seorang guru konstruktivis sebagai berikut: 1. Guru perlu mendengar secara sungguh-sungguh interpretasi siswa terhadap data 2. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas 3. Guru perlu tahu bahwa “tidak mengerti” adalah langkah yang penting untuk memulai menekuni. Komponen-komponen dalam perkembangan Strategi kognitif yang mempengaruhi Prestasi Belajar Perkembangan fungsi kognitif terdiri dari empat factor, masing-masing adalah: lingkungan fisik, kematangan, pengaruh social, dan proses pengaturan diri, yang disebut ekuilibrasi. Proses perkembangan kognitif menurut Piaget (1977) dipengaruhi oleh tiga proses dasar: asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam fikirannya. Akomodasi yaitu: 1. Membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan itu. 2. Memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Equilibrium, yaitu : pengetahuan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Disequilibrium adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Equilibration adalah proses dari disequilibrium ke equilibrium
ANGKET UNTUK PESERTA DIDIK Nama : Kelas : Guru Pengajar : Mata pelajaran : Hari/Tanggal : 1.Apakah pembelajaran ini menarik?Tuliskan pendapatmu! 2.Apakah peserta didik merasa terganggu dengan kehadiran para observer? 3.Apa yang harus ditingkatkan pada pembelajaran ini? 4.Apa yang tidak perlu dilakukan pada pembelajaran ini? 5.Pengalaman berharga apa saja yang bisa diperoleh dari pembelajaran ini?

Senin, 12 November 2012

strategi kognitif

EFEKTIFITAS STRATEGI KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Strategi Kognitif ialah kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu mahasiswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah dan mengambil keputusan (Gagne, 1974). Kemampuan strategi kognitif menyebabkan proses berpikir seseorang itu unik, yang disebut sebagai executive control (kontrol tingkat tinggi). Strategi kognitif tidak berhubungan dengan materi bidang ilmu tertentu, karena merupakan keterampilan berpikir mahasiswa secara internal dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu. Strategi Kognitif merupakan tujuan belajar dengan kemampuan tertinggi dari domain kognitif, yaitu cognitive strategies menurut Taksonomi Gagne, atau di atas ( beyond) analisis, sintesis, dan evaluasi menurut Taksonomi Bloom (metacognition). Strategi Kognitif dapat dipelajari mahasiswa dengan bantuan dosen. Dosen disebut berhasil apabila mampu mengembangkan kemampuan strategi kognitif mahasiswa; perkuliahan bukan semata-mata penyampaian materi bidang ilmu saja. Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu. Dalam bidang pendidikan, taksonomi digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam 3 klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu :  Ranah Kognitif berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir  Ranah Afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati)  Ranah Psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka). Saat ini dikenal berbagai macam taksonomi tujuan instruksional yang diberi nama menurut penciptanya, misalnya Bloom, Merill dan Gagne (kognitif), Krathwohl, Martin & Briggs dan Gagne (afektif), dan Dave, Simpson dan Gagne (psikomotor). Satu hal yang penting dalam taksonomi tujuan instruksional ialah adanya hirarki yang dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai sebelum tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya. Penting pula diingat bahwa tidak terdapat batas yang jelas antara ranah yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh, misalnya rumusan tujuannya dalam ranah kognitif Penerapan; tetapi seringkali tujuan kognitif ini disertai praktek yang memerlukan keterampilan motorik, demikian pula,misalnya pada rumusan tujuan instruksional dalam ranah kognitif yang perilakunya memilih, sudah terkait pula ranah afektif (sikap hati). Melakukan perumusan tujuan berdasarkan ranah, selalu dipilih yang mana yang lebih dominan. Pertama-tama kita melihat perbandingan Taksonomi Bloom dan Taksonomi Gagne pada Ranah Kognitif (Cognitive Domain) berikut : - Prosedur II. ANALISA EFEKTIFITAS PENERAPAN STRATEGI KOGNITIF a. Jenis-jenis strategi kognitif Gagne (1984) mengidentifikasi strategi kognitif berdasarkan alur proses instruksional mulai dari memperhatikan (attending), mengolah stimulus ( encoding), mencari kembali informasi (retrieval), dan berpikir. Untuk setiap tahap mahasiswa dapat menggunakan strategi kognitif yang berbeda-beda. West, Farmer dan Wolff (1991) menjelaskan adanya 4 keluarga besar strategi kognitif, yaitu Chnkung, Spatial, Bridging, dan Multipurpose. 1. Chunking, merupakan strategi mengorganisasikan sesuatu secara sistematis melalui proses mengurutkan (order), mengklasifikasi (classify, dan menyusun (arrange). Chunking dapat membantu seseorang untuk mengolah data yang sangat banyak atau proses yang sangat kompleks. Melalui chunking, seseorang memilah-milah materi kuliah atau masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian menyusun bagian-bagian tersebut secara berurut. 2. Spatial merupakan suatu strategi untuk menunjukkan hubungan antar hal yang satu dengan yang lain. Dalam kategori ini termasuk “frames” (tabel) dan “concept maps” (peta konsep) 3. Bridging merupakan strategi untuk menjembatani pemahaman seseorang melalui “metafor” (perumpamaan), analogi dan advance organizer. Metafor dan analogi merupakan strategi pengandaian yang dapat menjembatani suatu konsep baru dengan menggunakan konsep yang sudah dipahami sebelumnya. Advance organizer merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan tentang konsep-konsep dasar materi yang harus dipelajari, hanya dapat dibuat oleh dosen untuk memudahkan mahasiswa belajar. 4. Mulitpurpose merupakan strategi kognitif yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain rehearsal, imagery, dan mneumoncs (jembatan keledai). Rehearsal merupakan cara untuk untuk mereviu materi, bertanya, mengansipasi pertanyaan dan materi, yang hanya dapat dilakukan oleh mahasiswa, dosen dapat memberikan waktu agar mahasiswa dapat melakukan rehearsal. Imagery (membayangkan) merupakan proses visualisasi suatu konsep, kejadian, ataupun prinsip. Mneumonics merupakan alat bantu untuk mengingat, misalnya singkatan. b. Strategi Kognitif didasarkan pada : Paradigma konstruktivisme, teori metacognition, dan pengalaman di lapangan (reflection in action) Paradigma konstruktivisme Proporsi paradigma konstruktivisme dapat diterjemahkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih operasional, sebagai berikut: 1. Kepercayaan, nilai dan norma, motivasi, pengetahuan dan keterampilan, serta intuisi setiap orang akan sangat berpengaruh terhadap strategi dan kemampuan orang tersebut dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. 2. Permasalahan yang dihadapi setiap orang tidak pernah dapat dipisahkan dari konteks situasinya. Strategi dan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah-masalah tersebut adalah unik. 3. Jika dikumpulkan strategi-strategi yang digunakan masing-masing orang dalam masalah tertentu, maka akan terlihat adanya pola dasar yang sama (generalizable pattern) dari strategi tersebut. Pola dasar teresebut diperlukan dan dapat dipelajari oleh orang (mahasiswa) lain, untuk menjadi bekal dasar dalam memecahkan masalah. Keberhasilan mahasiswa untuk memecahkan masalah di lapangan nantinya merupakan indikasi penguasaan strategi kognitif oleh mahasiswa tersebut yang terdiri dari pola dasar yang telah dipelajarinya, dan dipengaruhi oleh kepercayaan, nilai dan norma, motivasi, kemampuan dan keterampilan, serta intuisi mahasiswa tersebut dalam suatu konteks situasi. Teori Metacognition Metacognition, yang melandasi strategi kognitif merupakan keterampilan mahasiswa dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya (Preisseisen, 1985), meliputi : 1. Keterampilan pemecahan masalah (problem solving), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih penyelesaian masalah yang efektif. 2. Kemampuuan pengambilan keputusan (decision making), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan setiap alternatif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan yang rasional. 3. Kemampuan berpikir kritis (critical thinking), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang sahih melalui “logical reasoning” , analisis asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis. 4. Keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), yaiyu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide yang baru dan konstruktif, berdasarkan konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi dan intuisi individu. Keterampilan-Keterampilan tersebut tidak terpisah melainkan terintegrasi satu dengan yang lain. Jadi pada saat bersamaan ketika mahasiswa menggunakan strategi kognitifnya untuk memecahkan masalah, dia juga menggunakan keterampilannya untuk mengambil keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Reflection in Action Prinsip refleksi dari pengalaman-pengalaman praktisi profesional dalam pemecahan masalah-masalah yang pernah dihadapi untuk memecahkan masalah baru (praktisi-praktisi tersebut dikenal dengan nama reflective practitioners) disebut prinsip reflectioan in action (Schon, 1982) merupakan salah satu prinsip yang melandasi Strategi Kognitif Seorang praktisi yang profesional akan berpikir tentang apa yang dilakukannya, bahkan kadang-kadang sambil melakukan aksinya. Cara tersebut akan menjadi awal baginya untuk mencoba menyadari apa yang terjadi, apa respon atau reaksinya terhadap kejadian tersebut dan bagaimana ia dapat menyimpulkan apa masalah sesungguhnya. Pada saat itu, seorang praktisi profesional terlibat dalam pengaturan dan pengontrolan kognisinya secara intensif. Tidak jarang akan terlibat dalam situasi yang meragukan, problematik, atau membingungkan. Ketika ia berusaha untuk keluar dari keraguan, problematika, dan kebingungan tersebut ia merefleksikan apa-apa yang telah pernah dilakukannya dalam aksi-aksi sebelumnya untuk kemudian dipilah, diatur, dan diorganisasikan untuk dilakukan dalam aksi-aksi berikut. Proses ini dikenal dengan nama reflection in action, yang merupakan proses operasional utama dalam seseorang menggunakan strategi kognitif. Berdasarkan teori ini proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang dialami seseorang. Pengalaman tersebut diteflekdikan secara individual. Dalam proses refleksi, seseorang akan berusaha memahami apa yang terjadi atau apa yang dialami. Refkesi ini menjadi dasar proses kenseptualisasi atau proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami serta perkiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi dan konteks yang lain atau baru. Proses implementasi merupakan situasi dan konteks yang memungkinkan penerapan konsep yang sudah dikuasai seseorang. Proses pengalaman dan refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan (finding out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan (taking action). Proses keseluruhan ini terjadi berulang-ulang sehingga setiap action yang dilakukan seseorang merupakan hasil refleksi dari pengalaman atau kejadian yang dialami. Pemahaman analisis lebih lanjut nampak pada penjelasan berikut: a. strategi kognitif vs. keterampilan intelektual Strategi kognitif berbeda dengan keterampilan intelektual yang disebut "intelectual skills” (dalam taksonomi Gagne) atau aplikasi dalam taksonomi Bloom. Keterampilan intelektual lebih berorientasi kepada interaksi mahasiswa sebagai individu dengan lingkungan belajarnya, yaitu dengan angka, kata-kata, simbol, rumus, prinsip, prosedur, dan lain-lain. Dengan keterampilan intelektual, mahasiswa mampu mengerjakan (how to) sesuatu dengan fakta yang dimilikinya. Sedangkan strategi kognitif, merupakan kemampuan mahasiswa untuk mengontrol interaksinya dengan lingkungan. Contohnya, mahasiswa menggunakan strategi kognitif untuk membaca artikel di majalah ilmiah. Apa yang dipelajarinya dari artikel tersebut mungkin Cuma fakta, rumus-rumus, atau penerapan teori. Namun, untuk menyeleksi informasi yang dibacanya, memberikan kode terhadap informasi yang direkam dipikirannya, dan menemukan kembali informasi tersebut untuk keperluan lain, merupakan strategi kognitif. Dalam hal tersebut, mahasiswa mempergunakan strategi kognitif untuk memahami apa yang sudah dibaca dan dipelajarinya, dan untuk memecahkan masalah. Strategi kognitif merupakan cara mahasiswa untuk mengorganisasikan dan mengontrol proses belajarnya, dan juga berproses berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Jika mahasiswa menghadapi suatu masalah baru, diharapkan mahasiswa dapat menanganinya dengan mempergunakan informasi dan fakta-fakta, serta keterampilan intelektual yang pernah dipelajarinya. Namun, belum mencukupi, karena mahasiswa perlu mempunyai strategi untuk dapat menangani masalah baru tersebut. Diharapkan, mahasiswa akan dapat memilih cara penanganan masalah yang tepat dari berbagai strategi alternatif. Keunikan dan kebenaran proses berpikir mahasiswa ditentukan oleh ketepatan pemilihan strategi untuk menangani masalah baru tersebut. b. pengembangan strategi kognitif Strategi kognitif berkembang dalam waktu yang cukup lama dan panjang sebagai hasil dari pendidikan. Dalam hal ini, proses belajar merupakan proses yang penting dalam pengembangan strategi kognitif seseorang. Menurut Socrates dan John Dewey, belajar merupakan suatu kegiatan atau sesuatu yang dilakukan secara mental dan/atau fisik yang diikuti dengan kesempatan merefleksikan hal-hal yang dilakukan dari hasil perilaku tersebut. Strategi kognitif dikembangkan melalui proses refleksi perilaku ketika mahasiswa menghadapi masalah. West, Farmer, dan Wolf (1991) mengatakan bahwa dosen dapat mengembangkan strategi kognitif dalam proses penyampaian materi bidang ilmu (content), mengaktifkan strategi kognitif mahasiswa dalam penyajian materi bidang ilmu, menggunakan strategi kognitif untuk menyampaikan materi bidang ilmu ilmu. Strategi kognitif dikembangkan secara terpadu dengan penyajian mata kuliah bidang ilmu, tidak secara terpisah. Dosen dapat mengembangkan strategi kognitif mahasiswa : 1. dalam proses penyampaian materi bidang ilmu (content) 2. mengaktifkan strategi kognitif mahasiswa pada waktu menyajikan materi bidang ilmu 3. menggunakan strategi kognitif untuk menyampaikan bidang ilmu 4. Strategi Kognitif dikembangkan secara terpadu dengan penyajiam mata kuliah bidang ilmu, tidak secara terpisah. c. kecepatan belajar yang efektif Seringkali dosen mengelola perkuliahan dengan kecepatan yang tinggi, sehingga mahasiswa terbiasa untuk menjadi impulsive ‘bertindak reaktif terhadap sesuatu’. Jika dosen mengajukan pertanyaan, maka dosen mengharapkan mahasiswa untuk segera menjawabnya, dan akan meminta mahasiswa yang pertama menunjukkan jari untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kecepatan yang tinggi berguna dalam beberapa hal, seperti mengukur pengetahuan mahasiswa (ingatan dan pemahaman) dan menyebabkan mahasiswa terus memperhatikan dosen. Namun, kecepatan seperti itu kurang bermanfaat bagi pengembangan strategi kognitif mahasiswa. Mahasiswa memerlukan waktu untuk berpikir dan mengatur proses berpikirnya. Mahasiswa perlu merefleksikan berbagai alternatif untuk menganalisis informasi dan untuk mencapai konklusi dari masalah atau kasus yang dihadapi. Mahasiswa juga perlu mengontrol proses berpikirnya. Proses tersebut memerlukan waktu yang cukup. Glatthom dan Baron (1985) mengusulkan agar dosen mau sabar menunggu jawaban mahasiswa terhadap pertanyaannya sementara memberi kesempatan mahasiswa untuk berpikir. Dengan demikian, dosen perlu benar-benar memperhitungkan kecepatan belajar yang efektif bagi mahasiswa untuk dapat menguasai keterampilan strategi kognitif. d. umpan balik Umpan balik merpakan faktor yang paling penting bagi mahasiswa untuk mempelajari keterampilan strategi kognitif. Umpan balik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi mahasiswa untuk mempelajari keterampilan strategi kognitif. Mahasiswa perlu diberitahu tentang pencapaian hasil belajarnya. Jika seorang mahasiswa diharapkan memecahkan suatu masalah dengan kriteria keaslian, kreativitas, kebaruan (innovativeness) strategi pemecahan masalah yang digunakan, maka umpan balik yang baik perlu memberi tahu mahasiswa tentang pencapaian mahasiswa atas kriteria yang ditentukan, yaitu keaslian, kreativitas, dan kebaruan strategi yang digunakan. Umpan balik juga merupakan cara untuk mengetahui kebenaran dan ketepatan refleksi yang telah dilakukan. Refleksi itu sendiri merupakan suatu umpan balik. Masalah-masalah atau kasus-kasus yang disusun oleh dosen untuk digunakan dalam perkuliahan merupakan salah satu persyaratan untuk dapat melatihkan keterampilan strategi kognitif kepada mahasiswa. Satu persyaratan yang lain untuk dapat melatihkan keterampilan tersebut dengan lebih efektif adalah pemberian umpan balik yang tepat kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa memahami tingkat pencapaiannya. III. PENUTUP Strategi Kognitif merupakan metode pembelajaran yang berdasarkan Kognitivisme. Peningkatan kualitas lulusan tidak terlepas dari metode pembelajaran yang sesuai untuk mahasiswa. Di sinilah strategi kognitif dapat berperan sebagai metode pembelajaran di samping metode yang biasanya digunakan. Pengembangan pengetahuan kognitif bisa dilakukan dengan cara membaca. Selanjutnya, bahwa penerimaan pengetahuan seseorang tidaklah sama satu dengan yang lainnya. Umpan balik dalam belajar merupakan faktor yang paling penting dalam mengasah kemampuan kognitif. DAFTAR PUSTAKA Behaviorism and constructivism. [On-line]. Available: http://hagar.up.ac.za/catts/learner/debbie/CADVANT.HTM Beyond constructivism - contextualism. [On-line]. Available: http://tiger.coe.missouri.edu/~t377/cx_intro.html Constructivist theory (J. Bruner). [On-line]. Available: http://www.gwu.edu/~tip/bruner.html Dick, W. (1991). An instructional designer's view of constructivism. Educational Technology, May, 41-44. Duffy, T. M., Jonassen, D. H. (1991). Constructivism: New implications for instructional technolgy? Educational Technology, May, 7-12. Jonassen, D. H., McAleese, T.M.R. (Undated). A Manifesto for a constructivist approach to technology in higher education. [On-line]. Available:http://led.gcal.ac.uk/clti/papers/TMPaper11.html Khalsa, G. (Undated). Constructivism. [On-line]. Available: http://www.gwu.edu/~etl/khalsa.html Kulikowski, S. (Undated). The constructivist tool bar. [On-line]. Available: http://www.coe.missouri.edu:80tiger.coe.missouri.edu/ Pannen, P. dkk. (2005) Konstruktivisme dalam Pembelajaran, PAU-PPAI-UT, DirJenDikti, DepDikNas. Shank, P. (Undated). Constructivist theory and internet based instruction. [On-line]. Available: http://www.gwu.edu/~etl/shank.html Smorgansbord, A., (Undated). Constructivism and instructional design. [On-line]. Available: http://hagar.up.ac.za/catts/learner/smorgan/cons.html

Sabtu, 10 November 2012

metode demonstrasi

PENDAHULUAN. Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya atau praktek dengan menggunaka peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua sisiwa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan dari apa yang telah di perokehnya dan dapat mengatasi sutu permasalah apabila terdapat perbedaan . B.METODE DEMONSTRASI 1. Pengertian Metode Demonstrasi Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa. Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya. 2. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah: 1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas. 2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga. 3. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas. 4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis 1. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di Demonstrasikan. Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini. 3. Kelebihan metode demonstran adalah: o Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati o Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain o Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar o Dapat menambah pengalaman anak didik o Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan o Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit o Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung. Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka dalam bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya. Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid tersebut, sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya. 4. Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:  Memerlukan waktu yang cukup banyak  Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien  Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya  Memerlukan tenaga yang tidak sedikit  Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif. 5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah: a. Perencanaan Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah 1. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir 2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan 3. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan 4. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah: Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu 1. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik b. Pelaksanaannya: Hal-hal yang mesti di lakukan adalah: 1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya 2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa 3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran 4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik 5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif 6. Menghindari ketegangan 6. Evaluasi: Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan,menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah. 7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah: 1. Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa. 2. Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah di rencanakan. 3. Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai. 4. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya. C. METODE EKSPERIMEN a. Pengertia Metode Eksperimen Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi. Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam” mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya. b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah bahwa metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan agama Islam terutama bidang studi fiqih. Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air suci atau air najis atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman dapat membuktikannya dengan tepat. c. Target metode Eksperimen Adapun target Metode Eksperimen adalah 1. Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku 2. Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya d. Langkah-langkah metode eksperimen 1. • Menerangkan Metode Eksperimen • Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat 1. • Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus di catatdan variebel-variebel apa yang harus di kontrol • Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, dan mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit e. Kelebihan dan kekurangan Metode Eksperimen ialah: 1. Kelebihannya • Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan • Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik • 2. Segi kekurangannya • Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini • Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya. Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum di ajarka atau di terangkan oleh metode lain sehingga Metode Eksperimen ini terasa benar fungsinya bagi siswa. Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah sebagai berikut; 1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan 2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen 3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya 1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah di rencanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya 2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.

judul tesis

Tema: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODEL PROGRAM PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VII SMP Referensi: 1. Hamzah B, Uno. 2007. Model Pembelajaran. Gorontalo: Bumi Aksara. 2. Fatah Syukur. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: RaSAIL. 3. Riduwan. 2008. Metode dan Tehnik Menyusun Tesis. Bandung: ALFABETA. 4. Degeng. 2008. Pedoman Penyusunan Bahan Ajar. Surabaya: UNIPA. 5. B.R. Hergenttahn & Mathew H. Olson. 2008. Theories of Learning. Jakarta: Kencana. 6. Anita Notonegoro. 2009. Pemilihan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi (PBK). (Online). www.edu-kasi. 7. Dewi Salma Prawiradilaga. 2009. Prinsip Disain pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 8. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. 9. Benny A. Pribadi. 2010. Model Disain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. 10. Niken Ariani, 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Pustaka Prestasi Raya. 1 Tema: PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ADOBE FLASH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI BERBICARA PADA TEKS NARASI BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII SMP Referensi: 1. Santoso, Gempur. 2007. Metodologi Penelitian. Cetakan Kedua. Jakarta. Prestasi Pustaka. 2. Arikunto, Suharsimi. 2007. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 3. Surakhmad Winarno. 2007. Pengantar Interaksi Mengajar. http://pakguruonline.pendidikan.net/bukutuapakgurudasarkpddb12,html, 4. Degeng, I Nyoman Sudana. 2008. Revolusi Paradigma Evaluasi Belajar: Untuk Mengembangkan Potensi Siswa. Makalah Seminar Nasional. 5. Dalton, Kevin. 2008. Practical Activities and Suggestion for Teaching Listening. Surabaya. Kang Guru Radio English Teacher Workshop 6. Chaeruman, Uwes A. 2008. Mengembangkan Sistem Pembelajaran dengan Model ADDIE. 7. Adi. 2009. Multimedia sebagai Media Pembelajaran Interaktif. 8. Ariasdi. 2009. Multimedia Dalam Pendidikan. 9. Supriatna, Dadang. 2009. Pengenalan Media Pembelajaran. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. 10. As-Sakkurae, Steos. 2010. Pemanfaatan Media Pembelajaran. 2 Tema: PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VII Referensi: 1. Brown, Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. 2. Degeng N.S. 2008. Desain Pembelajaran. Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana. 3. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Mas Media Pustaka. 4. Soeharso, Warjito. 2009. Yuk! Nulis puisi. Surabaya: PNRI. 5. Pribadi, Beny. 2010. Model Desain Pembelajaran. Bandung: Dian Rakyat. 6. Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 7. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. 8. Trianto. 2010.Mendesain Model Pembelajaran. Inovatif – Progresif. Jakarta. Kencana Prenada Group. 9. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 10. Subandowo. 2011. Buku Penulisan Tesis. Surabaya: PGRI Adi Buana. 3 Tema: PERBEDAAN PENGGUNAAN STIK TALKING DAN KONVENSIONAL SERTA GAYA KOGNITIF TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DI SMP KELAS VII Referensi: 1. Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosdakarya. 2. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. 3. Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 4. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. 5. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada. Media Group, Jakarta. 6. Sugiyono. 2007. Metode penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung. 7. Sutikno M. Sobry, (20 September 2007), http://bruderfic.or.id/h/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa-html. 8. Surakhmad Winarno. 2007. Pengantar Interaksi Mengajar. http://pakguruonline.pendidikan.net/bukutuapakgurudasarkpddb 12.html. 9. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kwantitatif dan R&D. (Cetakan kelima) Bandung: Penerbit Alfabeta. 10. Arifin Zainal. 2009. Metodologi Penelitian. (Cetakan ketiga edisi revisi) Surabaya: Lentera Cendekia. 4 Tema: PENERAPAN METODE DEBAT VS METODE INSIDE OUTSIDE CIRCLE DITINJAU DARI KEMATANGAN SIKAP SISWA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VII Referensi: 1. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UIN Press. 2. Sugiono. 2007. Statistik untuk Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Resdakarya. 3. Faiq, Dzaki. 2008. Model Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 4. Sudjana, N. 2008. Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. 5. Saifudin, Azwar. 2009. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 6. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Prakteknya. 7. Uno Hamzah. 2010. Desain Pembelajaran. Bandung: Publishing. 8. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Group. 9. Sanjaya, Wina, 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. 10. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Yogyakarta: Rineka Cipta. 5

OSB

1. Jelaskan hasil akhir dari program pengembangan instruksional dalam OSB! Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris dan konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu. Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang dikembangkan tersebut sehingga, setelah mengalami beberapa kali revisi, sistem instruksional tersebut dapat memuaskan hati pengembangnya. Pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan masalah-masalah instruksional atau, setidak-tidaknya, dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan. Desain Instruksional sebuah upaya untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan sistem Instruksional. Pendekatan sistem dalam Instruksional lebih produktif untuk semua tujuan Instruksional di mana setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk mencapai tujuan Instruksional. Komponen seperti instruktur, peserta didik, materi, kegiatan Instruksional, sistem penyajian materi, dan kinerja lingkungan belajar saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil Instruksional pebelajar yang dikehendaki. Desain sistem Instruksional meliputi untuk perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi Instruksional. Untuk dapat memilih macam lingkungan belajar mana yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan bahan tertentu yang kiranya sangat relevan, maka diperlukan adanya pengembangan sistem introksional yang dilaksanakan secara sistematis. Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses yang sistematis dan terus menerus yang akan membantu para pendidik dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar yang paling efektif dan efisien bagi peserta didik. Dimana dalam proses ini dapat diidentifikasikan berbagai variasi pilihan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun langkah-langkah kegiatan dalam pengembangan sistem instruksional adalah sebagai berikut :  Mengidentifikasi kebutuhan intruksional yang menghasilkan rumusan tujuan program, tujuan pembelajaran.  Melakukan analisis instruksional.  Mengidentifikasi kemampuan dan karakteristik awal peserta didik.  Merumuskan tujuan instuksional khusus.  Menyusun strategi intruksional.  Mengembangkan program intruksional.  Melaksanakaan kegiatan intruksional.  Mengevaluasi efektifitas kegiatan intruksional. Fungsi Pengembangan Sistem intruksional menolong dinas atau bagian, dan staf tenaga pendidik secara individual dalam membuat rancangan dan pemilihan yang akan meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran. Hal ini meliputi :pengembangan kurikulum, kunsultasi dalam bidang pengembagan sistem intruksional, penyusunan rencana pembelajaran, pengembangan instrumen tes hasil belajar, rancangan pengembangan media pembelajaran, seleksi peralatan dan bahan belajar, menghitung perkiraan biaya, perencanaan program, prosedur evaluasi, dan revisi program 2. Jelaskan bedanya program layanan media dengan program produksi media dalam OSB! Program layanan media: Dewasa ini semakin dirasakan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi sebagai sarana untuk layanan informasi bagi masyarakat guna mendukung penyelenggaraan program-program pemerintah. Teknilogi informasi merupakan sarana yang paling efektif untuk menyampaikan atau mensosialisasikan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam berbagai bidang. Teknologi informasi yang difungsikan untuk layanan media/informasi kepada masyarakat memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dalam waktu seketika tanpa dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini tentu akan sangat mendukung suatu disiplin ilmu atau suatu jenis pekerjaan yang memerlukan kecepatan akses informasi seperti jurnalistik atau ekonomi. Jurnalistik merupakan jenis kerja yang mengutamakan aktualitas/kecepatan; sedangkan pada bidang ekonomi/bisnis percepatan informasi akan membawa pengaruh terhadap perolehan profit atau sebaliknya. Sudah terbukti secara nyata bahwa bidang pembangunan, perekonomian, bisnis, dan bidang lainnya tidak akan mengalami kemajuan tanpa diimbangi dengan pencapaian kemajuan di bidang teknologi informasi. John Naisbitt dan Patricia Aburdene (1984) telah memprediksikan akan terbentuknya ekonomi global. Prediksi ini saat ini telah menjadi kenyataan, misalnya saja pada saat ini seseorang yang tengah berada di tengah hutan belantara di pedalaman Kalimantan dapat saja melakukan transaksi dengan rekan bisnisnya yang ada di New York melalui komunikasi dengan telepon satelitnya. Fungsi pelayanan Media ini berhubungan dengan pelaksanaan memprogram media dan pelayanan dukungan yang dibutuhan oleh staf pendidik dan peserta didik. Hal ini meliputi : sistem media untuk kelompok besar, istem media untuk kelas standar, fasilitas dan program belajar mandiri, pelayanan perpustakaan cetak, digital, audio video, multimedia, dan bahan pembelajaran, konsultasi media pembelajaran, pelayanan pemeliharaan dan penyimpanan, layanan peminjaman, dan pelayanan pembelian bahan-bahan dan peralatan. Program produksi media: Produksi media merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan mengolah (produksi) media (benda visual maupun non visual) dengan cara mempergunakan segala sumber daya (tenaga, pikiran, dan dana). Berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk memproduksi media terutama media yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Dalam makalah ini akan membahas produksi media pendidikan yaitu media yang berupa gambar atau non elektronik. Gambar-gambar dapat dikumpulkan dari berbagai sumber seperti kalender, majalah, surat kabar, pamplet dari biro perjalanan dan sebagainya. Gambar-gambar harus dikumpulkan dalam map menurut kategori tertentu agar mudah dicari kembali bila diprlukan. B. Produksi Media pendidikan berupa Gambar (Non Elektronik) 1. Media gambar cetak Untuk memproduksi media gambar ada beberapa cara dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling modern. Untuk memproduksi media gambar yang paling sederhana misalnya kita ingin membuat gambar tentang rambu-rambu lalulintas, membuatnya cukup dengan karton pinsil dan gunting caranya dengan membentuk gambar rambu-rambu lalulintas lalu digunting. Untuk cara yang semi modern kita dapat mensablon gambar tentu saja kita harus datang ke tempat penyablonan karena butuh alat khusus dan keahlian untuk menyablon. Untuk cara yang paling modern kita dapat mempergunakan kamera digital yang memiliki relsolusi Pixel yang tinggi untuk memotret gambar-gambar yang ingin dijadikan media, kita transfer data ke komputer lalu kita edit sesuai dengan keinginan kita selanjutnya dicetak, atau dengan men scaner yaitu dengan memasukan gambar yang ingin dijadikan media ke alat scan lalu kita transfer ke komputer yang selanjutnya di edit dan di cetak. Atau cara yang paling efektif yaitu mengumpulkan gambar-gambar yang dapat dijadikan media pengajaran dari berbagai majalah, koran dan lain-lain lalu dibuat kliping. Sebenarnya untuk media gambar di zaman sekarang ini tidak susah untuk diperoleh sekarang banyak dijual gambar-gambar yang dapat digunakan sebagai media pendidikan kalau tidak ada yang menjual kita juga dapat mencari ke internet. Cara yang dikemukakan diatas bisa juga untuk memproduksi media seperti gambar grafik, diagram, bagan dan sebagainya. 2. Media gambar/foto Foto merupakan media reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi foto ini merupakan alat visual Yang efektif karena dapat divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima anak-anak akan sama. Fungsi Produksi ini berhubungan dengan penyediaan materi atau bahan-bahan intruksional yang tidak dapat diperoleh melalui sumber-sumber yang diperdagangkan. Hal ini meliputi : peniapan karya seni original untuk tujuan intruksional, produksi program audio, produksi program video, produksi multimedia, produksi media cetak, produksi media sederhana, pelayanan membuat kopi fhotografi, memprogram, mengedit, dan memperbanyak pita suara, memprogram, memelihara dan mengembangkan sistem.