Sabtu, 02 Februari 2013

UAS taxonomi

1. Apa yang saudara ketahui tentang Elaborasi pembelajaran? Berikan contoh sederhana tentang Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan Model Elaborasi. Pembelajaran Elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya . Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau cerita ]. Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin. Anak-anak menggunakan prior knowledgenya sehingga ide baru dapat meluas, dengan demikian dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada yang disajikan sebenarnya. Pembelajaran dengan menggunakan model Elaborasi: a. Penyajian kerangka isi. Pembelajaran dimulai dengan penyajian kerangka isi: struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi. b. Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal). c. Pemberian rangkuman dan pensintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-konstruk yang diajarkan dalam elaborasi, dan pensintesis eksternal menunjukkan (a) hubungan-hubungan penting yang ada antar bagian yang telah dielaborasi, dan (b) hubungan antara bagian-bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi. d. Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan dengan kerangka isi, pembelajaran diteruskan ke elaborasi tahap kedua yang mengelaborasi bagian pada elaborasi tahap pertama dengan maksud membawa si-belajar pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Seperti halnya dalam elaborasi tahap pertama, setiap elaborasi tahap kedua disertai rangkuman dan pensintesis internal. e. Pemberian rangkuman dan pensintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap kedua, diberikan rang¬kuman dan pensintesis eksternal, seperti pada elaborasi tahap pertama. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan. 2. Bloom (1956) dan Gagne (1977) adalah dua di antara banyak tokoh yang telah berhasil mengembangkan taksonomi tujuan pembelajaran menurut versi masing-masing. Buatlah suatu matriks yang menggambarkan kedua taksonomi tujuan pembelajaran tersebut dan analisislah persamaan dan perbedaannya. Analisis Persamaan dan Perbedaan Taksonomi Bloom (1956) dan Gagne (1977) Persamaan Perbedaan Bloom (1956) Gagne (1977) 1. Kedua taksonomi tersebut membahas tentang kawasan kognitif. 2. Kedua taksonomi tersebut membahas ketrampilan intelektual. 3. Kedua taksonomi tersebut merumuskan tingkat ketrampilan atau tingkat kemampuan dari yang paling mudah ke tingkat yang kompleks Mengelompokkan tujuan pembelajaran kognitif dalam 6 kategori : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi Pengelompokkan tujuan pembelajaran kognitif bersifat hirarkhis Kategori sikap tidak dibahas secara langsung, tetapi secara tersirat. Mengelompokkan tujuan pembelajaran kognitif kedalam 5 kategori : informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, motorik dan sikap Mengelompokkan tujuan pembelajaran tidak bersifat hirarkhis, tetapi berlandaskan pada teori belajar behaviorisme dan kognitifisme Kategori tidak dibahas secara jelas 3. Jelaskan taxonomi tujuan pembelajaran kognitif, afektif dan psikomotorik dengan diberi contoh rumusan tujuannya kognitif (C1-C6), afektif (A1-A5), dan Psikomotorik (P1-P6) sesuai bidang studi saudara! Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.[2] Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi Tujuan rumusan kognitif (C1 – C6) a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Contoh: Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat Sebutkan prosedur untuk menggambarkan diagram Evan b. Pemahaman (comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Contoh: Mengingat lima penghambat korosi, V, W, X, Y, Z, mengidentifikasi yang passivators? C.Penerapan (application) Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalamsesuatu yang baru dan konkret. Contoh : Pilih campuran logam yang dapat digabungkan dengan titanium dalam aplikasi air laut. d. Analisis (analysis) Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Contoh: Dari serangkaian gambar dan deskripsi konteks identifikasi bentuk-bentuk korosi yang terlibatdalam kegagalan? e. Sintesis (syntesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupak. Contoh: Desain skenario pengujian untuk menilai kerentanan campuran logam untuk digunakan dalam lingkungan tertentu? f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, Contoh : Menggunakan depresiasi nilai lurus, tentukan paduan dua logam tembaga-nikel untuk desain penukar panas! Tujuan rumusan Afektif (A1 – A5): 1) Penerimaan (receiving) Hasil belajar pada level bergerak dari kesadaran yang sederhana sampai pada perhatian tertentu. Contoh: 2) Partisipasi (responding) Hasil belajar ada level ini menekankan pada kesiapan dalam memberi respon, seperti membaca materi yang ditugaskan, kesukarelaan dalam merespon atau merasa senang. 3) Penetuan Sikap (value) Hasil belajar pada level ini-berkenaan dengan perilaku yang konsisten dan stabil dalam membuat nilai-dapat diidentifikasikan secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, kondisi ini sering disebut dengan istilah sikap dan penghargaan. 4) Organisasi (organization) Hasil belajar untuk level ini berkenaan dengan konseptualisasi nilai (seperti mengenal tanggung jawab setiap individu untuk meningkatkan hubungan kemanusiaan) atau pengorganisasian sistem nilai (seperti mengembangkan rencana pekerjaan yang dapat memuaskan kebutuhan kehidupan ekonomi dan pengabdian masarakat). 5) Pembentukan Pola (characterization by a value or a value complex) Hasil belajar pada level ini meliputi rentang aktivitas yang banyak, tetapi yang pokok dapat terlihat pada perilaku yang sudah menjadi tipikal atau karakternya. Dalam LO dikenal dengan pola umum tentang kemampuan menyesuaikan (pribadi, masyarakat, dan emosi). Tujuan rumusan psikomotorik 1. Persepsi (perception) Level ini berkenaan dengan penggunaan organ indra untuk menagkap isyarat yang membimbing aktivitas gerak. Katagori itu bergerak dari stimulus sensori (kesadaran terhadap stimulus) melalui pemilihan isyarat (pemilihan tugas yang relevan) hingga penerjemahan dari persepsi iyarat ke tindakan) 2. Kesiapan (set) Level kesiapan ini menunjukkan pada kesiapan untuk melakukan tindakan tertentu. Katagori ini meliputi perangkat mental (kesiapan mental untuk bertindak), perangkat emosi (kesediaan bertindak). Persepsi terhadap isyarat menempati prasyarat yang penting untuk level ini. 3. Gerakan Terbimbing (guided response) Level gerakan terbimbing merupakan tahapan awal dalam mempelajari ketrampilan yang kompleks. Hal itu meliputi peniruan (mengulang suatu perbutan yang telah didemonstrasikan oleh instruktur) dan trail and error (menggunakan pendekatan ragam respon untuk mengidentifikasikan respon yang tepat). Kelayakan kerja dinilai oleh instruktur atau oleh seperangkat kriteria yang cocok. 4. Gerakan Terbiasa (mechanism) Level gerakan ini berkenaan dengan kinerja dimana respon mahasiswa telah menjadi terbiasa dan gerakan-gerakan dilakukan dengan penuh keyakinan dan kecakapan. Hasil belajar level ini berkenaan dengan ketrampilan berbagai tipe kinerja, tetapi tingkat kompleksitas gerakannya lebih rendah dari level berikutnya. 5. Gerakan Kompleks (complex overt response) Level ini merupakan gerakan yang sangat terampil dengan pola-pola gerakan yang sangat kompleks. Keahliannya terindikasi dengan gerakan yang cepat, lancar, akurat, dan menghabiskan energi yang minimum. Katagori ini meliputi kemantapan gerakan (gerakan tanpa keraguan) dan gerakan otomatik (gerakan dilakukan dengan rileks dan kontrol otot yang bagus). 6. Gerakan Pola Penyesuaian (adaptation) Level keenam ini berkenaan dengan ketrampilan yang dikembangkan dengan baik sehingga seorang dapat memodivikasi pola-pola gerakan un tuk menyesuaikan tuntutan tertentu atau situasi tertentu. 7. Kreativitas (origination) Level terakhir ini menunjuk kepada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk menyesuaikan situasi tertentu atau problem khusus. Hasil belajar untuk level ini menekankan kreativitas berdasarkan pada ketrampilan yang sangat hebat. 4. Menurut sauadara pendidikan karakter itu jika dikaitkan dengan taxonomi tujuan pembelajaran dominan untuk mencapai tujuan pada ranah apa? Dan mengapa ranah ini dianggap penting? Dengan mengacu pada taksonomi Bloom, maka pendidikan karakter pada dasarnya termasuk pendidikan pada ranah afektif. Sebagaimana nasib pendidikan afektif selama ini yang hanya berhenti pada retorika saja, maka pendidikan karakter ke depan juga akan menghadapi tantangan yang tidak ringan, baik tantangan yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan yang bersifat internal dapat berupa: orientasi pendidikan kita selama ini yang masih mengutamakan aspek keberhasilan yang bersifat kognitif, praksis pendidikan yang masih banyak mengacu filsafat rasionalisme yang memberikan peranan yang sangat penting kepada kemampuan akal budi (otak) manusia, kemampuan dan karakter guru yang belum mendukung, serta budaya dan kultur sekolah yang kurang mendukung. Sementara itu, tantangan yang bersifat eksternal antara lain meliputi: pengaruh globalisasi, perkembangan sosial masyarakat, dan pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 5. Satu langkah penting dalam merancang pembelajaran adalah membuat analisis Kompetensi Standart agar diketahui kemampuan-kemampuan bawahan (subordinate skill) yang tercakup dalam rumusan Kompetensi Standart tersebut. Coba deskripsikan apa gunanya hasil analisis tersebut bagi perancang, guru, dan siswa. Guna Analisis bagi Perancang: Untuk mengetahui Standar Kompetensi Guru ,sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang tugasnya. Guna Analisis bagi Guru: Sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga kependidikan. Guna analisis bagi siswa: • penempatan siswa secara tepat, • pemberian umpan balik, • diagnosis kesulitan belajar, dan • menentukan kelulusan (keberhasilan) siswa • tujuan penilai bukan hanya guru, namun dapat juga teman

Minggu, 06 Januari 2013

CAKUPAN METERI BAHASA INGGRIS KELAS 7 / SMESTER 1 TEMA : PEMILIHAN TEMA MENGACU PADA LINGKUNGAN TERDEKAT 1. Teks transaksional interpersonal. a. menyapa yang belum/ sudah dikenal. b. Memperkenalkan diri sendiri/orang lain c. Memerintah atau melarang d. Meminta dan memberi informasi e. Mengucapkan terima kasih f. Meminta maaf g. Mengungkapkan kesantunan A : Good morning/How are you? B : Fine, thanks. Nice to meet you. - hello, I’m Nina. - This is Reny. - Don’t do that - Stop it. A : Where’s the book? B : It’s there. A : Thank you. B : You’re welcome. A : I’m sorry. B : It’s Okay. - Please 2. Teks Fungsional pendek. a. berbagai instruksi b. menyebut daftar benda c. ucapan selamat d. pengumuman. CAKUPAN METERI BAHASA INGGRIS KELAS 7 / SMESTER 2 1. Teks transaksional interpersonal. a. Meminta dan memberi jasa b. Meminta dan memberi barang c. Meminta dan memberi fakta d. Meminta dan memberi pendapat e. Menyatakan suka dan tidak suka f. Meminta klarifikasi g. Merespon secara interpersonal A : Pass me the pencil, please. B : Sure, Here you are. A : Give me a piece of paper, please. B : Sure. Here you are. A : did you come here yesterday? B : I did. No, I didn’t A : What do you think of this? B : Not bad. - I like tea. - I don’t like coffee. A : Are you sure? B : Yes. I am - Are you? / Aren’t you? - do you? 2. Teks Fungsional pendek. a. berbagai instruksi b. menyebut daftar benda c. ucapan selamat d. pengumuman. 3. Teks Essay a. Descriptive b. Procedure CAKUPAN METERI BAHASA INGGRIS KELAS 8 / SMESTER 1 TEMA : PEMILIHAN TEMA MENGACU PADA LINGKUNGAN SEKITAR 1. Teks transaksional interpersonal. a. Meminta, memberi, menolak jasa b. Meminta, memberi, menolak barang. c. Mengakui, mengingkari fakta. d. Meminta dan memberi pendapat e. Mengundang, menerima dan menolak ajakan. f. Menyetujui / tidak menyetujui g. Memuji h. Memberi selamat. A : Let me help you. B : Thank you so much. A : Can I have a bit? B : Sure. Here you are. - Yes. I did that. - -No. It wasn’t me A : What do you think of this? B : Not bad. A : Would you come to my party? B : Thanks for the support A : No way. B : It’s Ok. I understand. A : You have beautiful hari. B : Thank you. A : Happy birthday. B : Thank you. 2. Teks Fungsional pendek. a. berbagai instruksi b. menyebut daftar benda c. ucapan selamat d. pengumuman. e. pesan singkat. 3. Teks Essay a. Descriptive b. Recount CAKUPAN METERI BAHASA INGGRIS KELAS 8 / SMESTER 2 1. Teks transaksional interpersonal. a. Meminta dan memberi jasa b. Meminta dan memberi barang c. Meminta, memberi dan mengingkari informasi. d. Meminta, memberi dan menolak pendapat e. Menawarkan / menerima / menolak sesuatu f. Meminta, memberi persetujuan g. Merespon pernyataan h. Memberi perhatian terhadap pembicara i. Mengawali, memperpanjang, dan menutup percakapan j. Mengawali, memperpanjang, dan menutup percakapan telepon. A : Do you mind lending me some money? B : No problem / I want to but …. A : Can I have a bit? B : Sure. Here you are.. A : Do you like it? Have you done it? B : Yes, I do. / Sorry, I haven’t. A : Do you think it is good? B : I think so./ Sorry, I can’t say anything. A : Would you like some…? B : Yes, please / No, thanks. A : What if we do it again? B : Fine with me. - Do you have to….? - Right …. I see… Hmmmm… Yeah… - Hello, excuse me … - Did you? Were you? - Thanks / Bye …/ See you. - Could I speak to … please? - Well, I’m calling to … - Nice talking to you. 2. Teks Fungsional pendek. a. undangan. b. Pesan singkat c. Pengumuman, d. Notices 3. Teks Essay e. Recount f. Narrative CAKUPAN METERI BAHASA INGGRIS KELAS 9 / SMESTER 1 TEMA : PEMILIHAN TEMA MENGACU PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI 1. Teks transaksional interpersonal. a. meminta dan memberi kepastian c. mengungkapkan dan menanggapi keraguan. d. Meminta pengulangan e. Menunjukkan perhatian f. Menyatakan kekaguman. A : Are you sure? B : I am. It is confirmed. A : Well, … I’m not sure. B : Don’t worry. - I beg your pardon? - Pardon. A : I’ve got hot news. B : Tell me more about it. A : What a beautiful day.. B : It is. Shall we go to the beach? 2. Teks Fungsional pendek. a. pesan singkat b. iklan c. pengumuman. d. surat pribadi e. brosur 4. Teks Essay a. procedure b. report CAKUPAN METERI BAHASA INGGRIS KELAS 9 / SMESTER 2 1. Teks transaksional interpersonal. a. Mengungkapkan kesantunan b. Memberi berita yang menarik perhatian c. Memberi komentar terhadap berita. A : Could you please….? B : With pleasure. A : Guess what! I’ve got hot news. B : Please tell me / What is it? A : I got 10 for the English test. B : Really? That’s fantastic. 2. Teks Fungsional pendek. a. Surat pribadi b. iklan c. pengumuman d. brosur. 3. Teks Essay c. Narrative d. Report KOMPETENSI KOMUNIKATIF KOMPETENSI TATABAHASA 1. Meeting and Greetings 2. Leave Takings 3. Introduction 4. Gratitude and appreciation 5. Invitation 6. Asking for & Giving Permission 7. Agreement and Disagreement 8. Expressing Surprise 9. Praising and Congratulating 10. Likes and Dislikes 11. Asking to do Something 12. Apology 13. Sympathy 14. Certainty 15. Offering & Refusing Something 16. Possibility 17. Asking for Direction 18. Asking for & Giving Advice 19. Asking for & Giving Information 20. Hope and Expectation 21. Capability 22. Asking for Repetition 23. Initiating a Conversation 24. Expressing a Denial 25. Asking for and Giving Opinions 26. Describing Things 1. Nouns 2. Pronouns 3. Articles 4. Adjectives and Adverbs 5. Tenses 6. Commands & Requests 7. Modals 8. Subject-verb Agreement 9. Question Words 10. Question Tags 11. Elliptical Constructions 12. Conjunction & Corelative Conjunctions 13. Conditional Sentences 14. Comparison 15. Preference 16. Linking Verbs 17. Adjective Clauses 18. Impersonal ‘it’ 19. Exclamations 20. Numbers and modifiers 21. Prepositions 22. Preposition Collocations 23. Complements after Adjectives 24. Noun Clauses 25. Too, enough, rather, quite DAFTAR TEMA (KURIKULUM LAMA) KELAS VII KELAS VIII KELAS IX 1. Self Identity 2. School life 3. Family life 4. Profession 5. Hobbies 6. Things around us 7. Shopping 1. Sport equipment & sportman 2. Health & medicine 3. Dressmaking 4. Recreation 5. Rural life 6. Transportation 7. Public services 8. Place of worship 9. Cattle & pets 10. Geography (Indonesia) 11. Our nature 1. Electronic media 2. Technology 3. Accomodation 4. Travelling 5. Traditional hause/stories/ceremonies 6. Transport 7. Prentied media 8. Sport (olympic games) 9. Flora and Fauna 10. Conservation 11. Geography

rpp travelling

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Surabaya Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas / Semester : VIII / I Standar Kompetensi : Memahami makna teks tulis fungsional dan esei pendek sederhana berbentuk recount yang berkaitan dengan lingkungan sekitar Kompetensi Dasar : 5.3 Merespon makna dan langkah retorika dalam esei pendek sederhana secara akurat, lancar dan berterima yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dalam teks berbentuk recount. Indikator : 1. Makna gagasan 2. Makna tekstual dalam teks recount 3. Langkah retorika teks recount 4. Tujuan komunikatif teks recount 5. Ciri kebahasaan teks recount Jenis Teks : Recount Tema : Travelling Aspek / Skill : Membaca Alokasi Waktu : 2 x 40 menit 1. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada akhir pembelajaran siswa dapat : a. Menemukan gagasan umum teks recount b. Menemukan informasi rinci dalam teks recount c. Menemukan makna kata tertentu dalam teks recount d. Menemukan tujuan komunikatif teks recount e. Menemukan ciri kebahasaan teks recount f. Menemukan langkah retorika teks recount 2. MATERI PEMBELAJARAN a. Look at the pictures below then answer the questions from your teacher 1. What pictures are they? 2. Have you ever gone there ? with whom ? 3. What can you do there ? 4. Mention some beaches ! a. . Kosa kata terkait tema / jenis teks Example : - Beach - Seaside - Together - Went - wind - meal - prove - sunbathing - wave - left - seashore - dangerous - swam - prepare b. Contoh teks recount Going to Parangtritis Beach Mr. Muladi, his wife and their children, Tinto and Yoyok went to Parangtritis beach last week. They went there by car. Mr. Muladi drove his car by himself. They left their house at one in the afternoon. They got to the beach at about two p.m. There were a lot of people there. Some of them swam in the seaside. Some had sun bathing and others played with the sand on the seashore . they looked very happy. Mr. Muladi put a mattress on the sand and then he and his wife sat on it. Mr. Muladi read a newspaper and his wife prepared the meal. Tinto and Yoyok played with the sand . They played with the small wave. It was not so dangerous because the wind was not so fast. At four o’clock they had meal and they ate together on the seashore At half past five they had a rest. The sky had been red. They waited for the sunset in the west before going home. Give your answers orally based on the text above! 1. What is the title of the text ? 2. What is the text about? 3. How many person can you find in the text? Who are they? 4. Where did they have a picnic ? 5. What time did they leave their house? 6. What time did they arrive at the place? 7. Did they have meals in the restaurant ? 8. What did Mr. Muladi do out the beach at that time? 9. What did Mrs. Muladi do at the beach at that time? 10. What did Tinto and Yoyok do? 11. What does the word “it” in paragraph three refer to? 12. What does the word “they” in paragraph four refer to? 13. What is the communicative purpose of the text above? 14. What is the characteristics of a recount text ? 15. Mention the structure of a recount text ! 3. METODE PEMBELAJARAN Three-phase technique 4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN a. Kegiatan Pendahuluan 1. Salam dan tegur sapa (santun) 2. Memberi motivasi kepada siswa dengan cara bercerita tentang kehidupan sehari-hari yang mengarah kepada topik ( menghargai karya dan prestasi orang lain ) 3. Penjelasan tentang topik yang akan dibahas dan kompetensi yang akan dicapai ( bertanggung jawab ) b. Kegiatan Inti 1. Menjawab berbagai pertanyaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan traveling berdasarkan gambar yang ditunjukkan guru ( sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain ) 2. Menemukan makna kata dan menggunakannya dalam kalimat ( kerja keras ) 3.. Membaca teks recount ( patuh pada aturan-aturan social ) 4. Menjawab pertanyaan tentang isi teks recount yang berjudul “Going to Parang Tritis Beach” ( percaya diri ) 5. Menemukan kata, makna dan bentuk kata kerja yang digunakan dalam teks recount (ingin tahu) 6. Menemukan Tujuan komunikatif , ciri kebahasaan dan langkah retorika teks recount (cinta ilmu) c. Kegiatan Penutup 1. Menanyakan kesulitan siswa dalam memahami teks recount ( peduli sosial dan lingkungan ) 2. Menyimpulkan materi ( berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif ) 3. Menugaskan siswa mencari teks recount bedasarkan pengalaman masing-masing ( mandiri ) 5. SUMBER BELAJAR a. BSE b. Perpustakaan c. Buku teks lainnya 6. PENILAIAN a. Teknik : Tes tertulis b. Bentuk instrumen : Pertanyaan tertulis c. Soal / instrumen : Give Your Answer Orally Based On The Text Below Last month, my family and I went to the beach. We wanted to refresh our mind and. We went there by car early in the morning. After parking our car, we walked along the beach bare footed. We could feel the smoothness of the sand. The cold sea water touched our feet. Then we looked for a place to take a rest. We rolled out the mat on the ground and had meals together. While eating we saw many things. Many children built sand castles. Some of them played with their balls. We also saw some people sunbathe. After having meals, I was interested in doing the same things. I made sand castles with my sister. while, my brother collected some sea shells. I was so happy and really enjoyed that day. 1. Give a suitable title for the text above ! 2. The orientation of the text above is…. 3. What is the third paragraph about? 4. Why did the writer and her family go to the beach ? 5. What could the writer feel when she walked a long the beach ? 6. What did the writer see there ? 7. Who collected some sea shells ? 8. What does “we” in the text refer to ? 9. How did the writer feel ? 10. What is the purpose of the text? d. Pedoman penilaian : 1. Tiap-tiap nomor benar diberi skor 4 2. skor maksimal 4 x 10 = 40 3. Nilai maksimal = 10 4. Nilai siswa Skor perolehan Skor maksimal d. Rubrik penilaian : NO URAIAN SKOR 1 s.d 5 Setiap jawaban benar, tata bahasa benar, pilihan Kata tepat dan lafal benar 4 Setiap jawaban benar, tata bahasa kurang tepat, Pilihan kata tepat dan lafal benar 3 Setiap jawaban benar, tata bahasa salah, pilihan kata kurang tepat dan lafal benar 2 Setiap jawaban benar, tata bahasa salah, pilihan kata dan lafal kurang tepat 1

rpp origami

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 Surabaya Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas / Semester : VII / II (dua) Aspek/ Skill : Mendengar Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standar Kompetensi : 8. Mendengarkan Memahami makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sangat sederhana yang berbentuk procedure untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Kompetensi Dasar : 8.2. Merespon makna yang terdapat dalam teks lisan sangat sederhana berbentuk procedure secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat. Indikator 1. Merespon makna dalam teks procedure 2. Menentukan fungsi komunikatif teks yang didengar 3. Menentukan ciri kebahasaan dari teks procedure yang didengar. 1. Tujuan pembelajaran 1. Siswa mampu menirukan cara membuat origami berdasarkan teks yang dia dengar 2. Siswa mampu mengurutkan langkah-langkah dalam suatu teks procedure dengan benar 3. Siswa mampu mengisi bagian yang rumpang dari teks procedure yang dibacakan oleh guru 4. Siswa mampu. menentukan fungsi komunikatif dari teks procedure yang didengar 5. Siswa mampu menentukan ciri kebahasaan dari teks procedure yang didengar 2. Materi Pembelajaran ( terlampir pada Student Learning sheet ) 3. Metode/ Tehnik : Three phase technic 4. Langkah- langkah Kegiatan. a. Kegiatan Pendahuluan ( 10 menit ) - Presensi - Apersepsi b. Kegiatan Inti ( 50 menit ) 1 Pre Listening (10 menit ) - Siswa ditanya tentang apakah mereka pernah dengar istilah origami - Siswa ditanya tentang pengertian origami - Siswa ditanya tentang apakah mereka pernah membuat origami 2. Whilst Listening ( 30 menit ) - Siswa mendengarkan teks procedure tentang origami sambil menirukan cara membuat paper butterfly - Bersama dengan guru siswa mendiskusikan tentang cara membuat paper butterfly tersebut - Siswa mengurutkan langkah-langkah teks procedure setelah diberi teks yang tidak urut - Bersama guru siswa mendiskusikan urutan teks procedure yang benar - Siswa mengisi bagian rumpang dalam teks procedure dengan mendengarkan teks dari guru - Bersama dengan guru siswa mendiskusikan isi dari bagian yang rumpang tersebut 3. Post Listening ( 10 menit ) - Bersama guru siswa mendiskusikan fungsi komunikatif dan ciri kebahasaan dari teks procedure c. Kegiatan Penutup ( 20 menit ) - Menanyakan kesulitan siswa selama PBM - Menyimpulkan materi - Menugaskan siswa untuk membuat teks procedure berdasarkan tema yang diberikan oleh guru 5. Sumber Belajar : - Teks Procedure tentang origami dari internet - Gambar-gambar yang relevan - Rekaman teks procedure 6. Penilaian a. Tehnik : Tes Tulis, Unjuk kerja b. Bentuk : Instruksi/ pencil and paper test c. Instrument. I. Your teacher will give you instruction to make origami by cassette. Listen carefuly and do the instruction. II Arrange the steps to make origami into the right order III Complete the missing words with the suitable words from the box by listening to the teacher IV Make a procedure text based on the topic below d. Kunci Jawaban II III. 1. chop 2. beat 3. add 4. remove 5. clean 6. mix 7. use 8. break 9. stir 10. serve e. Pedoman Penilaian 1. Untuk no. I : Merespon dan melaksanakan perintah = 25 - 100 2. Untuk no II : Menyusun langkah-langkah membuat origami = 25 - 100 3. Untuk no III Melengkapi paragraph dengan kata-kata yang tepat = 0 - 100 4. Untuk soal no IV Membuat teks procedure = 25 - 100 5 Nilai Siswa = Skor Perolehan x 10 Skor Maksimal f. Rubrik Penilaian NO URAIAN SKOR I Kemampuan merespon - merespon dan melakukan perintah dengan benar - merespon dan melakukan perintah dengan ragu-ragu - merespon dan melakukan perintah tetapi salah 85-100 60-84 25-59 II - mampu mengurutkan dengan tepat langkah2 pembuatan origami - kurang mampu mengurutkan langkah2 pembuatan origami - tidak mampu mengurutkan langkah2 pembuatan origami 85-100 60-84 25-59 III Melengkapi dengan benar nilainya 10, bila salah nilainya 0 0 – 100 IV - Benar langkah-langkah dan pemilihan kata serta bentuk kata kerja benar - Benar dua aspek - Benar satu aspek 85 – 100 60 – 84 25 - 59

KBK & KTSP

1. PERBEDAAN KBK DAN KTSP PERBEDAAN K B K 1 LANDASAN HUKUM • Tap MPR / GBHN Tahun 1999 – 2004 • UU N0. 20 / 1999 – Pemerintahan Daerah • UU Sisdiknas No 2 /1989 kemudian diganti dengan UU No 20 / 2003 • PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan. 2 TUJUAN • Siswa mampu mengantisipasi tantangan kehidupan • Membangun budaya belajar sepanjang hayat dengan 4 pilar nendidikan : 1. Learning to know 2. Learning to do 3. Learning to live together 4. Learning to be 3 MANAJEMEN Uji coba pemodelan dan MBS dilakukan oleh pusat (Direktorat dan Balitbang ) 4 KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM MEMUAT : a. Standar Kompetensi b. Kompetensi Dasar c. Indikator d. Materi pokok 5 PEMBELAJARAN Berbasis Kompetensi Guru sebagai fasilitator 6 PELAKSANAAN Diberikan model model ( model silabus, model pembelajaran, model penilaian ) dalam dokumen lengkap yang disusun pusat sebagai pedoman.

kepemimpinan pendidikan

Kepemimpinan Pendidikan A. Arti dan makna kepemimpinan pendidikan. 1. Konsep kepemimpinan Menurut Sondang P Siagian, kepemimpinan : - Merupakan inti dari manajemen. - Merupakan motor penggerak dari semua sumber sumber dan alat alat yang - tersedia bagi suatu organisasi - Merupakan aktifitas manajerial.yang penting didalam setiap organisasi,khususnya dalam pengambilan kebijakan dan keputusan sebagai inti dari kepemimpinan. Gordon, 1990 : Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggotanya dapat merasakan bahwa Kebutuhan mereka terpenuhi ( kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, tempat tinggal yang pantas didapatkan ). Wirawan 2002 : 65 : Pemimpin adalah orang yang dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para Pengikutnya untuk merealisir visinya. Pokok pengertian kepemimpinan berkisar pada : 1. Perilaku mengarahkan aktifitas 2. Aktifitas hubungan kekuasaan dengan anggota. 3. Proses komunikasi dalam mengarahkan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. 4. Interaksi antar personil untuk mencapai tujuan. 5. Inisiatif dalam melakukan kegiatan. 6. Aktifitas organisasi untuk meningkatkan prestasi Mengacu pada 6 hal diatas , maka kepemimpinan dapat dimaknai : 1. Perilaku dan aktifitas mempengaruhi dan menggerakkan orang orang atau pengikut dengan memelihara kepuasan kerja untuk tujuan khusus. 2. George R Terry (1997 : 414) : Hubungan antara seorang pemimpin dalam mempengaruhi orang lain untuk kerja sama secara sadar dalam hubungan tugas untuk apa yang diinginkan pemimpin. 3. Wirawan (2002 :18) Proses pemimpin menciptakan visi mempengaruhi setiap perilaku, pendapat, nilai nilai, norma norma dan sebagainya dari pengikut untuk merealisasi suatu visi. 4. Mc Farland Suatu proses dimana pimpinan digambarkan akan memberikan perintah / pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam dan mencapai tujuan yang ditetapkan. 5. Akademi Militer West Point Kepemimpinan dengan sendirinya akan terjadi bila ada pemimpin yang berusa hamempengaruhi pengikutnya, 6. Weber Kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok yang merupakan tujuan bersama 7. Sumanto & Sutopo ,1982 Kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. 8. Wijaya, 1987 Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok/ bawahan/ pengikut dengan penuh semangat untuk memberikan sumbangan kearah tercapainya tujuan organisasi. 9, Gary Yuki (1994 :5) Proses mempengaruhi dan menterjemahkan keinginan keinginan para anggota / pengikut yang menekankan pada tujuan dan sasaran organisasi melalui kegiatan memberi motivasi, memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan anggota dan member dukungan pada kelompok tertentu diluar dan didalam organisasi. 9. Boles (1980) Suatu proses atau sejumlah aksi dimana satu orang atau lebih menggunakan pengaruh, wewenang/ kekuasaan terhadap orang lain dalam menggerakkan system social. 10. Gardner, 1990 11. Seseorang yang mampu membujuk atau mengajak suatu kelompok untuk bekerjasam mencapai tujuan. 12. Proses mempengaruhi, memerintah secara persuasive, member contoh dan bimbingan kepada orang lain, seperti guru,konselor dan profesi kependidikan lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 13. Suatu kemampuan dan kegiatan mencoba untuk mempengaruhi orang lain disekitarnya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota organisasi dengan berhasil mencapai tujuan usaha pendidikan. Komponen kepemimpinan pedidikan : 1. Proses rangkaian tindakan dalam sistem pendidikan. 2. Mempengaruhi dan member teladan. 3. Memberi perintah dengan cara persuasi dan manusiawi tetapi tetap menjunjung tinggi disiplin dan aturan yang dipedomani. 4. Pengikut mematuhi perintah sesuai kewenangan dan tanggung jawab masing masing. 5. Menggunakan outlining dalam batas yang dibenarkan. 6. Menggerakkan atau mengarahkan semua personil dalam instansi untuk menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan, meningkatkan hubungan kerja diantara personil, membina kerjasama,menggerakkan sumber daya organisasi dan member motivasi kerja 2. Ciri ciri Kepemimpinan Pendidikan • Sharplin (1985 : 149 – 150 ) Sifat kepemimpinan yang baik : 1. Manusiawi 2. Visioner 3. Inspiratif 4. Percaya diri Gaya kepemimpinan menurut Mc Gregor ( 1957 ) 1. Kepemimpinan gaya otokrasi. 2. Kepemimpinan gaya partisipatif / demokrasi. 3. Kepemimpinan gaya liberal. *Edmund 1479 : Lembaga pendidikan yang baik akan selalu memiliki pemimpin yang baik. 4. 3.Gaya Kepemimpinan dalam Pendidikan Pada prinsipnya kepemimpinan tidak hanya berkenaan dengan gaya yang ditampilkan oleh pemimpin, karena tidak satupun gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan secara konsisten pada beragam situasi organisasi. Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga itu. Kepemimpinan yang efektif dapat dikelompokkan sebagai berikut :1. 1.Gaya memberitahukan / Telling Style Tugas tinggi, hubungan rendah. 2. Gaya menjual/ Selling Style Tugas tinggi , hubungan tinggi , ada komunikasi 2 arah. 3.Gaya partisipatif / Participating Style Tugas rendah , hubungan tinggi, pimpinan dan pengikut berkedudukan Sama. 4.Gaya pendelegasian / Delegating Style Hubungan rendah . tugas rendah. Sergiovanni & Starrat 2 dimensi kunci kepemimpinan : 1. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. 2. Kepemimpinan yang berorientasi pada kebutuhan. Kombinasi 2 dimensi tersebut membentuk 4 kisi kisi kepemimpinan (Reddin) : 1.Gaya separasi : orientasi tugas rendah,orientasi hubungan rendah. 2.Gaya dedikasi : orientasi tugas tinggi,orientasi hubungan rendah. 3.Gaya relasi : orientasi tugas rendah, orientasi hubungan tinggi. 4.Gaya integrasi : orientasi tugas tinggi, orientasi hubungan tinggi. Keefektifan masing masing gaya tergantung situasi dimana gaya itu digunakan. Upaya pimpinan yang ideal menggunakan semua gaya yang ada sebaik mungkin pada situasi yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri. 3. 4.Kepemimpinan yang efektif dalam peraturan kebijakan harus : • Aktif • Konsisten • Prinsip • Powerfull • Komunikatif Gordon 1990 : Tidak semua orang menjadi pimpinan yang efektif sehingga mudah dipahami kalau. Menjadi pimpinan itu sulit dan seringka;I mehgecewakan. Anthony 1967, pemimpin menurut Kerajaan Inggris : 1. Berani 2. Disiplin 3. Hati hati 4. Mudah menyesuaikan diri 5. Jujur 6. Tidak korupsi 7. Sederhana 8. Imajinatif 9. Visioner 10. Mengembangkan kerjasam yang solid 11. Kecepatan dan ketepatan menentukan keputusan 12. Kecermatan 13. Menguasai ilmu pengetahuan 14. Menguasai tehnik dan keahlian 15. Kemanusiaan dan kemasyarakatan Alasan/ kepentingan pribadi tidak diperlukan dalam memimpin organisasi pendidikan tetapi obsesi memenuhi kebutuhan organisasi adalah penting. Pemimpin seharusnya merupakan arsitek budaya organisasi yang smart : • Yang menggambarkan upaya yang baik untuk macam macam usaha yang sesuai dengan nilai dalam satu decade. • Aksi yang penuh dedikasi. Pemimpin yang efektif berperan : a. Memahami perilaku b. Memperkirakan perilaku c. Mengembangkan kepemimpina d. Mengarahkan perilaku e. Mengubah perilaku f. Mengendalikan perilaku Gordon 1976: Pemimpin yang efektif harus menjaga hubungan positif dengan staf. Croghan 1983 : Pimpinan lembaga pendidikan yang efektif adalh pemimpin yang memiliki kompetensi menciptakan lembaganya jadi efektif. Lezotte , 1987 Lembaga pendidikan yang efektif akan mencapai mutu yang lebih baik Campbell 1993 : Pemimpin yang efektif adalah : 1. Menyusun tujuan dan sasaran. 2. Mengatur standar penampilan. 3. Menciptakan lingkungan kerja yang produktif. 4. Mendapat dukungan yang dibutuhkan Dukungan dapat diperoleh jika pimpinan : 1. Mengakomodir kebutuhan setiap unit kerja. 2. Tidak melakukan diskriminasi atas dasar subyektifitas sang pemimpin. Kepemimpinan Pendidikan yang efektif : • Memberikan dasar dan menempatkan tujuan pada posisi penting untuk merubah norma dalam program pembelajaran. • Meningkatkan produktifitas. • Mengembangkan pendekatan kreatif. Pimpinan lembaga pendidikan yang efektif ditandai : • Mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif secara berkelanjutan. • Melakukan lompatan lompatan yang berarti atas perubahan yang ada. • Memimpin anggota kelompok sehingga mereka merasa kebutuhannya terpenuhi. • Mampu mengeleminir konflik. • Menyiapkan masa depan. • Mengembangkan kualitas organisasi. 5. Ketepatan Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan Tugas utama pemimpin antara lain adalah mengambil keputusan yang dilakukan secara rasional. Mann 1975 : Pengambilan keputusan yang rasional dalam organisasi harus dilihat dari : 1. Tujuan organisasi 2. Sumber daya yang ada. 3. Informasi yang lengkap tentang fungsi sistem kerja 4. Pengalokasian sumber dana didasarkan pada prioritas. 5. Memahami pengelolaan dana. Seorang pemimpin kependidikan harus memiliki : 1.Kemampuan melakukan pendelegasian agar kegiatan sekolah efektif maka kepala sekolah mendelegasikan tugas manajemen pendidikan dan pengajaran kepada wakil kepala sekolah dengan masing masing bagian / urusannnya. 2.Mampu mengembangkan sikap demokratik. Dalam pengambilan keputusan yang demokratis kepala sekolah perlu : a.Melibatkan semua pihak, guru dsn orsng tua siswa. b.Membentuk tim adhoc. c.Menjalin kerjasama dengsn organisasi lain diluar sekolah. 3.Visi dan misi. Peter dan Austin , 1986 : Setiap institusi harus memiliki pemimpin yang : • Visioner • Dekat dengan pelanggan./ masyarakat • Inovatif. • Familiar • Semangat kerja yang tinggi. Manajemen berbasis sekolah harus mempunyai kepala sekolah yang : *visioner * gagasan brilian Dalam proses visioner pemimpin membuka dirinya terhadap segala macam gagasan dan informasi. 6.Kepedulian Pemimpin Pendidikan Terhadap Pembaruan Pemimpin yang peduli dalam pengelolaan pendidikan memahami betul bahwa manajemen pendidikan tidak terlepas dari pembaruan yaitu tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan. Jika kepedulian dan kemampuan pemimpin rendah dalam mengatasi berbagai masalah pembelajaran, sukarlah bagi pemimpin untuk kompetitif menuju kualitas yang diharapkan. 7.Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan Peranan Kepala Sekolah sangat penting dalam menentukan operasional kerja harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang dapat memecahkan berbagai problematika pendidikan disekolah. B. Kepemimpinan Wirausaha Kepala Sekolah. Seorang pemimpin sekolah harus mampu tampil sebagai manajer yang handal ( tepat, berguna, efektif, efisien) juga berwatak merdeka lahir batin, jujur, berbudi luhur, menghargai hak asasi manusia dan bertanggung jawab. 1. Arti dan makna Wirausaha

syarat kepemimpinan

KONSEP, PRINSIP, DAN SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN Pada prinsipnya konsep kepemimpinan terdapat banyak kesamaan. Dalam rumusan mengenai ciri-ciri kepemimpinan secara fundamental bersifat universal, hal ini berlaku pada semua bidang kegiatan. Kepemimpinan adalah kegiatan seseorang menggerakkan orang lain agar orang itu berkenan melaksanakan tugasnya. Proses kepemimpinan seseorang dapat muncul dalam bentuk usaha mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Proses kepemimpinan dapat muncul kapan dan dimana saja bila terdapat unsur-unsur: Orang yang memimpin. Orang-orang yang dipimpin. Kegiatan atau tindakan penggerakan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai bersama. Teori-teori kepemimpinan ada enam, yaitu: 1. Teori Sifat (Traits Theory): apa yang membuat seseorang pemimpin berhasil (efektif) bersumber dari kepribadian (personality) pemimpin itu sebagai seorang insan. Kenyataannya, kepemimpinan yang efektif pada dasarnya merupakan salah satu fenomena yang sangat efektif, pada dasarnya merupakan salah satu fenomena yang sangat kompleks dalam hubungan antarmanusia dan merupakan teka-teki yang tidak ada habis-habisnya bagi siapa saja yang ingin menguasainya. Berdasarkan penelitian terhadap sifat-sifat “orang besar” (greatman) dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan “orang besar” didasarkan atas sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Jadi, kepemimpinan tersebut merupakan sesuatu yang diwariskan. Teori ‘leaders are born and not made’ (pemimpin-pemimpin dilahirkan dan tidak dibentuk) para ahli menyebut teori ini sebagai teori bakat. Kelemahannya adalah: o Diantara pendukung-pendukungnya tidak ada persesuaian atau kesamaan mengenai perincian sifat-sifat yang dimaksud. o Terlalu sulit untuk menetapkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. o Sejarah membuktikan bahwa situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifat-sifat pemimpin yang tertentu pula. 2. Teori Lingkungan (Environmental Theory): kemunculan pemimpin merupakan hasil dari waktu, tempat, dan situasi sesaat. Seseorang dapat menjadi pemimpin dalam suatu situasi tertentu karena kelebihannya dalam mengatasi situasi itu. Sedangkan, mungkin dalam situasi lain yang tidak memerlukan kelebihan tersebut, ia tidak menjadi pemimpin. Beberapa ahli teori ini sependapat bahwa walaupun suatu situasi tertentu memberikan kesempatan bagi timbulnya pemimpin, namun situasinya itu sendiri tidak cukup untuk memunculkan suatu kepemimpinan. Situasi dan kondisi tertentu melahirkan tantangan tertentu. Diperlukan orang-orang yang memiliki sifat atau ciri-ciri tertentu yang cocok. Seorang pemimpin yang berhasil pada situasi dan kondisi tertentu tidak menjamin bahwa ia pasti berhasil pada situasi dan kondisi tertentu, tidak menjamin bahwa ia pasti berhasil pada situasi dan kondisi yang lain. Teori lingkungan ini, juga disebut teori serba situasi. Kebangkitan dan kejatuhan seorang pemimpin dikarenakan oleh situasi dan kondisi. 3. Teori Pribadi dan Situasi (Personal-Situational Theory): kepemimpinan sebagai akibat dari seperangkat kekuatan yang tunggal. Teori ini mengakui bahwa kepemimpinan merupakan produk dari terkaitnya tiga faktor, yaitu:  Sifat-sifat pribadi dari pemimpin  Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya  Masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok Teori ini mungkin dapat diparalelkan dengan teori ekologis, yang pada pokoknya menyatakan bahwa seseorang akan berhasil melaksanakan kepemimpinan apabila ia pada waktu lahir telah memiliki bakat atau sifat kepemimpinan yang kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman. Kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kepribadiannya dengan menyesuaikannya kepada situasi yang dihadapi, yaitu: • Tugas, pekerjaan atau masalah yang dihadapi • Orang-orang yang dipimpin • Keadaan yang mempengaruhi tugas, pekerjaan, dan orang-orang tadi. 4. Teori interaksi dan harapan (interaction-expectation theory): teori ini mendasarkan diri pada variabel-variabel ; aksi, reaksi, interaksi, dan perasaan (action, interaction, dan sentiment). Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interaksi dan partisipasi dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai/menyenangi satu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas norma-norma kelompok. Semakin tinggi perasaan keakraban pemimpin dengan anak buahnya semakin efektif dalam situasi dimana dituntut kepemimpinan yang moderat. 5. Teori Humanistik (Humanistic Theory): Teori ini mendasarkan diri pada tesis “the human being is by nature a motivated organism; the organization is by nature structured”. Artinya, manusia karena sifatnya adalah organisma yang dimotivasi, sedangkan organisasi karena sifatnya adalah tesusun dan terkendali. Menurut teori humanistik ini, perlu dilakukan motivasi pada pengikut, dengan memenuhi harapan mereka dan memuaskan kebutuhan mereka. Melakukan motivasi berarti juga melakukan human relations (hubungan antar manusia). Artinya, mengusahakan keseimbangan antara kebutuhan/kepentingan umum organisasi. 6. Teori tukar-menukar (exchange theory): Teori ini berdasarkan asumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukar menukar dimana anggota-anggota kelompok memberikan kontribusi dengan pengorbanan mereka sendiri dan menerima imbalan dengan pengikut yang digerakkan oleh pemimpin. Hal ini dapat terjadi karena saling menguntungkan. Teori ini juga disebut teori “beri-memberi” atau dapat juga disebut saling memberi dan menerima. Sumber-sumber Kepemimpinan Pendidikan bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Pemimpin resmi yang biasa disebut “status leader”, “titular leader” atau “formal leader” merupakan sebutan bagi mereka yang menduduki posisi pimpinan dalam struktur organisasi pendidikan, dan Pemimpin yang tidak resmi yang biasa disebut “real leader”, “emerging leader”, “functional leader” merupakan sebutan bagi mereka yang mampu mempengaruhi dan mendorong ke arah perbaikan pendidikan dan pengajaran, walaupun mereka tidak menduduki posisi pimpinan dalam struktur organisasi pendidikan. Akan sangat baik dan berkualitas bila seorang pemimpin pendidikan itu selain didukung oleh posisi yang diduduki dalam struktur organisasi pendidikan, juga memiliki kelebihan-kelebihan yang berasal dari pribadinya. Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi menyimpulkan ada tiga teori yang menonjol mengenai timbulnya seorang pemimpin, yaitu: Teori Genetis(hereditary theory), seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Teori Sosial, setiap orang akan dapat menjadi pemimpin bila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Teori Ekologis (Sondang P. Siagian, 1980), seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik bila ia sejak dilahirkan telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan. Roby (1961) seperti dikutip oleh Mar’at dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan , mengembangkan model matematik dari fungsi-fungsi kepemimpinan yang berdasarkan unit-unit respon dan bobot informasi. Fungsi-fungsi Kepemimpinan Pendidikan dapat diidentifikasikan menjadi:  Menghasilkan kesesuaian tujuan diantara para anggota  Menyeimbangkan akal dan kemampuan kelompok dengan tuntutan lingkungan  Menetapkan struktur kelompok yang akan memusatkan informasi secara efektif dalam memecahkan masalah  Memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan tersedia apabila sedang dibutuhkan. Bales dan Slater (1955), melihat ada dua fungsi utama yang ditampilkan oleh pemimpin, yaitu: 1. Dihubungkan dengan produktivitas. 2. Berkaitan dengan dukungan sosio emosional dari anggota-anggota kelompok. Tahalele dan Indrafachrudi (1975), menyebutkan ada dua fungsi primer pada kepemimpinan pendidikan, yaitu: 1. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. 2. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan. Nawawi (1988), fungsi kepemimpinan pendidikan adalah: 1. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berpkir dan mengeluarkan pendapat. 2. Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpin sehingga timbul kepercayaan pada diri sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. 3. Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat/buah pikiran dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut terlibat di dalam kegiatan kelompok/organisasi dan tumbuh perasaan bertanggungjawab atas terwujudnya pekerjaan masing-masing sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan. 4. Membantu menyelesaikan masalah, baik yang dihadapi secara perorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk untuj mengatasinya sehingga berkembang kepedulian dan kesediaan untuk memecahkan dengan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip kepemimpinan pendidikan dikelompokkan menjadi lima: 1. Prinsip pelayanan Kepemimpinan sekolah harus menetapkan unsure-unsur pelayanan dalam kegiatan operasional di sekolahnya. 2. Prinsip persuasi Menekankan agar dalam menjalankan kepemimpinannya, pemimpin pendidikan memperhatkan situasi dan kondisi setempat. 3. Prinsip bimbingan Dalam melaksanakan kepemimpinannya, pemimpin pendidikan hendaknya membimbing peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perkembangan peserta didik di lembaga yang ada dalam wilayah pembinaannya. 4. Prinsip efisiensi Prinsip yang bersifat ekonomis. 5. Prinsip berkesinambungan Bertujuan agar pemimpin pendidikan ini diterapkan tidak hanya pada satu waktu saja, tetapi perlu secara terus menerus, selama mereka berada di sekolah. Seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin pendidikan harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan, diantaranya: 1) Syarat-syarat formal 2) Syarat-syarat fundamental 3) Syarat-syarat praktis 4) Syarat-syarat kepemimpnan lainnya, yaitu:  Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik.  Percaya diri sendiri dan bersifat membership.  Cakap bergaul dan ramah tamah.  Kreatif, penuh inisiatif, dan memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik.  Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.  Memiliki keahlian atau keterampilan dalam bidangnya.  Suka menolong, member petunjuk, dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana.  Memiliki keseimbangan/kestabilan emosional dan bersifat sabar.  Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi.  Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.  Jujur, rendah hati, sederhana, dan dapat dipercaya.  Bijaksana dan selalu berlaku adil.  Disiplin.  Berpengetahuan dan berpandangan luas.  Sehat jasmani dan rohani. Sifat-sifat kepemimpinan Asta brata a) Watak matahari, matahari mempunyai sifat panas dan penuh energy dan pemberi sarana hidup. b) Watak bulan, bulan mempunyai wujud indah dan menerangi dalam kegelapan. c) Watak binatang, bintang mempunyai bentuk yang indah dan menjadi hiasan di waktu malam yang sunyi serta menjadi kompas atau pedoman bagi mereka yang kehilangan arah. d) Watak angin, angin mempunyai sifat mengisi setian ruangan yang kosong walaupun tempat rumit sekalipun. e) Watak mendung, mempunyai sifat menakutkan (wibawa), tetapi sesudah menjadi air (hujan) dapat menghidupkan segala yang tumbuh. f) Watak api, api mempunyai sifat tegak dan sanggup membakar apa saja yang bersentuhan dengannya.(Pemimpin harus dapat berfungsi laksana api, bertindak tegas, adil, tanpa pandang bulu). g) Watak samudera, samudera mempunyai sifat luas, memet dan rata. (Pemimpin harus mempunyai pandangan yang luas, rata, sanggup menerima semua persoalan, dan tidak boleh membenci terhadap seseorang). Prof.Arifin Abdulrachman a) Sifat-sifat pokok, sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin. Adil, pengayom, penuh inisiatif, penuh daya tarik, penuh rasa percaya diri. b) Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat, sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. c) Sifat-sifat khusus karena pengaruh dari golongan pemimpin. John D. Miller “Institusional Conditions of Leadership”, ada empat hal penting dalam kepemimpinan, yaitu: 1. The ability to see an enterprise as a whole (kemampuan melihat organisasi sebagai keseluruhan). 2. The ability to make decisions (kemampuan mengambil keputusan). 3. The ability to delegate authority (kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang). 4. The ability to command loyality (kemampuan menanamkan kesetiaan). Sembilan C persyaratan pemimpin pemerintahan menurut Herman Finer : 1. Consciousness Kesadaran. Pemimpin harus memiliki fakta-fakta dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. 2. Coherence Mengkait-kaitkan. Pemimpin harus mampu menghubungkan berbagai macam cabang ilmu yang diperlukan bagi jabatannya. 3. Constancy Kemantapan. Suatu ketetapan pendirian atau kekukuhan. 4. Conviction Keteguhan. Suatu ketetapan hati, tekad dan keyakinan; pemimpin memiliki cita-cita, citra, kebijakan, dan prinsip-prinsip. 5. Creativeness Daya cipta. Kekreatifan. 6. Concientiousness Kecermatan. Pemimpin harus berusaha memenuhi semua persyaratan dan secvara seksama meneliti diri sendiri, sudahkah memenuhi syarat-syarat. 7. Courage Keberanian. Suatu kekuatan moral untuk bertindak. 8. Captivation Gaya yang menarik. Sesuatu yang dapat memikat atau menarik. Misal, gaya berpidato atau penampilan. 9. Cleverness Kepandaian. Memiliki pengetahuan tentang prosedur, tentang karakter manusia, tentang bernilainya suara pemilih (rakyat) dan sebagainya. Sikap dan Sifat-sifat Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia Sikap dasar  Konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila dengan berpedoman P4.  Mengayomi, sikap dasar yang suka memberi perlindungan atau memberi teduh sehingga pengikutnya selalu merasa aman dan tentram dalam perlindungannya. Sifat-sifat  Adil, kemampuan memperlakukan anak buah secara sama. Keadilan adalah kesadaran untuk memberikan kepada masing-masing, apa yang telah menjadi haknya.  Arif bijaksana, kecakapan dan kepandaian bertindak/berbuat menghadapi orang lain.  Penuh prakarsa/inisiatif, sumber inspirasi dan sumber dinamika yang mampu menggerakkan orang-orang.  Percaya pada diri sendiri, sesuatu yang menimbulkan keseimbangan jiwa dan pikiran yang pada akhirnya menumbuhkan semangat optimism dalam rangka mencapai tujuan.  Penuh daya pemikat, sesuatu yang dapat menarik atau memikat perhatian orang.  Ulet, suatu sifat tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan dan selalu berusaha untuk mengatasi berbagai kesulitan.  Mudah mengambil keputusan, menggambarkan sikap tegas dan sifat tidak ragu-ragu sehingga segala sesuatu dapat segera dilaksanakan.  Jujur, suka bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada dalam rangka mencapai suatu tujuan.  Berani mawas diri, suatu sifat melihat ke dalam diri sendiri danke dalam tubuh organisasi untuk melihat kekurangan, untuk selanjutnya menutupinya.  Komunikatif,sifat mudah menyampaikan sesuatu kepada pihak lan dengan menggunakancara-cara dan gaya yang mudah diterima. Dalam operasionalnya kepemimpinan pemerintahan di Indonesia berpegang pada prinsip- prinsip:  “ing ngarso sung tulodo” Pemimpin harus mampu menjadikan dirinya sebagai panutan.  “ing madyo mangun karso” Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi.  “tut wuri handayani” Pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya supaya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab.

taxonomi

TUGAS UAS MATA KULIAH : TAXONOMI & ANALISIS OBYEKTIF PEMBELAJARAN DOSEN : NAMA : KELAS : NIM : 1. Reigeluth dan Stein (1983) mengembangkan suatu taksonomi variable pembelajaran yang terdiri dari variable kondisi, metode dan hasil pembelajaran. Buatlah taksonomi variable pembelajaran yang dimaksud secara lengkap serta berikan penjelasan seperlunya. Jawab : Taksonomi variable pembelajaran yang terdiri dari variable kondisi, metode dan hasil pembelajaran menurut Reigeluth dan Stein. Hubungan antara variable dalam teori pembelajaran preskriptif dapat digambarkan sebagai berikut : Penjelasan : Peningkatan perolehan belajar ditetapkan sebagai hasil pembelajaran yang diinginkan dan model elaborasi dipilih sebagai metode untuk mengorganisasi isi / materi pelajaran yang akan dipelajari siswa. Dalam hal ini hasil dan kondisi pelajaran ditetapkan terlebih dahulu, baru kemudian memilih metode yang sesuai untuk mencapai hasi pembelajaran yang optimal sesuai dengan yang diinginkan. Agar retensi meningkat, mmaka mulailah pembelajaran dengan menampilkan kerangka isi / materi pelajaran baru kemudian secara bertahap mengelaborasi bagian bagian yang ada dalam kerangka misi tersebut dan secara tetap mengaitkan setiap tahapan elaborasi pada kerangka isi. 2. Bloom (1956) dan Gagne (1983) adalah dua diantara banyak tokoh yang telah berhasil mengembangkan taksonomi tujuan pembelajaran menurut versinya. Buatlah suatu kajian dan analisis tentang persamaan dan perbedaan kedua taksonomi tujuan pembelajaran tersebut. Jawab : Persamaan taksonomi Bloom dan taksonomi Gagne : 1. Kedua taksonomi tersebut membahas tentang kawasan kognitig. 2. Kedua taksonomi ntersebut membahas ketrampilan intelektual. 3. Kedua taksonomi tersebut merumuskan tingkat ,etrampilan atau tingkat kemampuan dari yang paling mudah ke tingkat yang kompleks Perbedaan taksonomi Bloom dan taksonomi Gagne. TAKSONOMI BLOOM TAKSONOMI GAGNE  Mengelompokkan tujuan pembelajaran kognitif dalam 6 kategori : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.  Pengelompokkan tujuan pembelajaran kognitif bersifat hirarkhis  Kategori sikap tidak dibahas secara langsung, tetapi secara tersirat.  Mengelompokkan tujuan pembelajaran kognitif kedalam 5 kategori : informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, motorik dan sikap.  Mengelompokkan tujuan pembelajaran tidak bersifat hirarkhis, tetapi berlandaskan pada teori belajar behaviorisme dan kognitifisme.  Kategori tidak dibahas secara jelas. Konsep taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. . Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada. Gambar 1. Perbandingan Diagram Taksonomi Bloom Yang lama dan yang direvisi Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis. Beda dengan Bloom , Gagne mengkategorikan taksonomi hasil belajar dalam 5 komponen yaitu informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan ketrampilan motrorik. Ia berasumsi bahwa hasil belajar yang berbeda memerlikan kondisi belajar yang berbeda pula. Teori Gagne yang kedua adalah kondisi belajar khusus (specific learning condition). Ia menekankan bahwa sangatlah penting mengkategorikan tujuan pembelajaran sesuai dengan tipe hasil belajar. Denga cara seperti ini guru dapat merancang pembelajarannya untuk mencapai yujuan sesuai denga hasil yang diinginkan. Ia juga menekankan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut harus memperhatikan kondisi khusus ( critical condition) yang harus disiapkan untuk 3.Salah satu langkah penting dalam merancang pembelajaran adalah membuat analisa tujuan umum agar diketahui kemampuan bawahan (subordinat skill) yang tercakup da;lam rumusan tujuan umum tersebut.Deskripsikan apa gunanya analisis tersebut bagi perancang , guru dan siswa. Jawab : a. Manfaat bagi perancang adalah merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah desain berikutnya agar dapat menyediakan sarana dan kondisi yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. b. Manfaat bagi guru adalah untuk menentukan ketrampilan yang akan dicapai oleh tujuan pembelajaran, membuat keputusan yang diperlukan dalam urutan mengajar, serta memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran dan nilai siswa c. Manfaat bagi siswa adalah membantu anak didik dalam belajarnya, sehingga siswa mampu memecahkan masalah atau melakukan kegiatan yang tidak pernah dijumpai sebelumnya, ,misalnya mengklasifikasikan cirri, menerapkan dalil atau prinsip untuk memecahkan masalah. 4.Berikan satu contoh dan analisis dari pengembangan tujuan khusus pembelajaran dari suatu bidang studi yang mensyaratkan suatu Struktur Prosedural Prasyarat. Jawab : Ada 4 macam susunan perilaku jika perilaku umum dijabarkan menjadi perilaku nkhusus : 1. Kedudukan dua perilaku yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku yang lain. Contoh : penguasaan computer. 2. Struktur procedural : yaitu kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan satu seri urutan perilaku , tetapi tidak ada yang menjadi perilaku prasyarat untuk perilaku nyang lain. Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan perilaku umum, setiap perilaku itu dapat dipelajari secara terpisah. 3. Perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lain, meskipun semuanya berhubungan. Contoh : Permainan karambol 4. Struktur kombinasi : yaitu suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi Perilaku khusus sebagian besar pengelompokkan. Contoh : Mengoperasikan OHP. 5. Buatlah preskripsi rumusan tujuan pembelajaran ( dari satu bidang studi ) berdasarkan komponen strategis dari teori elaborasi. Lanjutkan dengan analisis insttruksional terhadap rumusan tujuan umum tersebut. Jawab : Elaborasi pembelajaran adalah mempresikripsikan cara pengorganisasian pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci atau dari yang sederhana ke yang kompleks. Contoh sederhana tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model elaborasi. a. Penyajian Kerangka Isi.  Melakukan apersepsi sebelum masuknpembahasan materi pembelajaran.  Menjelaskan materi dan kompetensi dasar yang akan dibahas. b. Elaborasi tahap pertama.  Siswa memperhatikan contoh materi ( contoh teks berita dari media cetak dan dari media elektronik.  Siswa membuat rangkuman dengan menyimpulkan teks berita yang dibaca dari yang didengar.  Siswa menyimpulkan dan menyusun data pokok berita ( yang diperoleh di kehidupan sekitar ).

trik mengajar

BAGIAN 1 MERANCANG ALAT Mengapa? Stephen Covey menyampaikan bahwa kebiasaan terbentuk saat seseorang tahu apa yang harus dilakukan, tahu mengapa melakukannya dan memiliki alasan bagus untuk melakukannya, dengan kata lain tahu mengapa. Tahu apa yang harus dilakukan = kesadaran. Tahu bagaimana melakukannya = keterampilan. Tahu mengapa melakukannya = motivasi. Secara keseluruhan, praktek baru tidak akan berkelanjutan kecuali orang memiliki: • Motivasi untuk tetap melakukannya, yang berasal dari kepercayaan. • Pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasari praktik tersebut. Sehingga metodologi baru tersebut dapat terus segar dan dicipta ulang. Di masa lalu, mengajar itu cenderung hit-and-miss karena sebagai suatu profesi, kita kurang yakin tentang belajar. Bahkan sekarang cara mengajar dari banyak guru berada diluar dari cara kebanyakan siswa belajar. Dalam Effective Learning in Schools Christopher Bowring-Carr dan John West-Burnham menekankan: bahwa belajar harus memiliki konsekuensi bagi siswa. Dengan “konsekuensi” kita bermaksud bahwa dengan mempelajari x, siswa akan melihat dunia dengan cara yang sedikit berbeda, akan mengubah perilaku atau sikapnya dalam beberapa hal. Jika “belajar” yang telah berlangsung hanya dapat dihasilkan ulang di saat nanti dalam jawaban terhadap permintaan dari suatu bentuk penilaian yang meniru problem asli dan konteks untuk problem tersebut, maka apa yang dipelajari adalah hanya “belajar yang dangkal”. Belajar yang mendalam menuntut pengembangan realitas personal yang semakin bagus dengan disiplin dan kompetensi yang sesuai. Trik dan Taktik Mengajar berusaha memberikan beberapa cara untuk sampai di “belajar yang mendalam” (achievement), bahkan dalam budaya yang terutama peduli pada “belajar yang dangkal” saja (attainment). Sekarang otak dipandang dinamis, bukan suatu jenis komputer yang mengolah melalui milyaran input tiap detik. Otak dianggap suatu organisme yang fleksibel, self-adjusting, unik, selalu berubah dan terus tumbuh dan menata ulang sebagai respon untuk tiap stimulus. Otak bekerja mirip permukaan kolam. Input baru memicu gangguan yang luas di sejumlah kondisi yang ada. Sirkuit otak tertarik ketat dalam keadaan tegang dan ketika sebutir kerikil dilemparkan (input sensor), langsung ada riak aktifitas. Kerikil baru menciptakan pola yang berinteraksi dengan pola yang bertahan dari input sebelumnya. Maka segala sesuatunya memantul di sisi-sisi. Tidak ada yang dihitung. Respon dari kolam terhadap input adalah organik, atau lebih tepatnya dinamis. Lalu apa? Pandangan revolusioner terhadap otak hanyalah bagian dari perombakan pemikiran yang lebih luas, yang telah memperoleh momentum dalam lima belas tahun terakhir. Tidak ada kepastian yang ada hanyalah percobaan. Reflektif dari Guy Claxton Wise Up: The Challenge of Lifelong Learning menjadi kasus persuasif untuk perubahan besar dalam pemikiran kita mengenai belajar, bersekolah, training dan parenting. Life skill utama untuk abad 21 adalah kemampuan untuk menghadapi tantangan yang luar biasa dan sulit dengan tenang dan kreatif. Di seluruh dunia, teknologi informasi dan komunikasi semakin dipahami dan banyak dipakai oleh orang kebanyakan. Hal ini membawa dua keuntungan besar dan positif bagi pembelajaran: Pertama, para guru secara bertahap dibebaskan dari keharusan sebagai pengirim utama akan informasi, ide dan keterampilan, yang memungkinkan mereka berkonsentrasi pada fasilitasi pembelajaran, dan menjadi pelatih belajar. Kedua, siswa diberdayakan untuk belajar secara mandiri. Mereka dapat mengakses sebagian besar informasi yang mereka perlukan, dan seringkali seluruh pelajaran, dalam CD atau secara online. Belajar, bahkan pelajaran ujian reguler, dapat berlangsung di pusat belajar sekolah, di rumah atau di warnet sekitar, yang artinya siswa dapat mengatur kapan dan dimana mereka belajar, dan seringkali bagaimana. Karakteristik visual dan interaktif dari kebanyakan sumber hi-tech membuatnya menarik bagi siswa yang berjuang dengan rutinitas akademis. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tidak terikat waktu, ruang dan tradisi. Yang perlu dilakukan siswa adalah belajar bagaimana belajar. Bahkan para pendidik dalam kelompok ”belajar untuk belajar” sering berdebat dengan dasar ekonomi, mereka berkata bahwa orang sering diminta untuk belajar dalam pekerjaan mereka dan tidak terhindarkan harus berlatih ulang setidaknya sekali dalam masa kerja mereka, jadi mereka membutuhkan keterampilan tersebut untuk melakukannya. Jelas, pendidikan dan ekonomi berada dalam hubungan yang saling bergantung: masing-masing memerlukan lainnya, dan hal ini akan tetap seperti itu. Ada dua hal yang diperdebatkan: Pertama, menonjolnya ekonomi dalam pemikiran nasional tentang pendidikan: saat ini ekonomi mendominasi dan mendikte. Target pelatihan dan pendidikan nasional diatur secara eksplisit untuk meningkatkan daya saing; strategi nasional melek aksara dan angka dan perhatian saat ini yang diberikan untuk kecakapan berpikir dan belajar dimaksudkan untuk melayani tujuan yang sama. Debat yang kedua, berkaitan dengan pemahaman negara akan apa yang ekonomi sekarang perlukan dari pendidikan. Menurut Abbot dan Ryan, kebutuhan sosial dan ekonomi saat ini mendukung model belajar yang baru, mencakup: 1. penguasaan kecakapan-kecakapan dasar; 2. kemampuan untuk bekerja dengan orang lain; 3. dapat mengatasi gangguan yang konstan; 4. bekerja di berbagai tingkatan dalam berbagai disiplin; 5. menggunakan terutama kecakapan verbal, dan; 6. memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sebaliknya, kebanyakan pemikiran politis tentang pendidikan didorong oleh pemahaman yang kuno mengenai kebutuhan bisnis. Kebijakan pendidikan masa kini jauh tertinggal, melayani zaman pabrik yang tua, bukan zaman informasi yang baru. Menambah masalah adalah ide naif yang mengatakan bahwa hasil dari pendidikan dapat diubah secara fundamenal dengan mengubah kurikulum dan isinya. Ini tentu saja tidak masuk akal. Robinson menyimpulkan bahwa: ini tidak mengejutkan...kurikulum akademis tradisional tidak dirancang untuk mendorong kreativitas. Mengeluhkan bahwa sistem tersebut tidak menghasilkan orang kreatif seperti mengeluh bahwa sebuah mobil tidak dapat terbang... karena ia tidak pernah dimaksudkan demikian. Intinya, secara internasional dan nasional, adalah bahwa jawaban terhadap masa depan tidak hanya meningkatkan banyaknya pendidikan, tetapi mendidik orang secara berbeda. Belajar yang kreatif dimungkinkan dengan pengajaran kreatif, Ini bukan suatu proses yang mudah dan memerlukan keterampilan yang canggih dari para guru. Jika kita ingin lepas dari belenggu ”belajar yang dangkal”, melalui zaman yang tidak menentu ini dan membentuk suatu masa depan yang kokoh secara moral dan bermanfaat bagi semua, maka tujuan seperti ”pengembangan pikiran” dan ”perlindungan demokrasi”, yang lain seperti ”penciptaan sebuah masyarakat inklusif dan egaliter” atau ”melengkapi manusia yang utuh” harus menjadi pendorong dan bukannya kepeduliaan setengah hati. Kemudian ada pertanyaan bagaimana pendidikan seharusnya diorganisir. Semua ini tergantung pada tujuan utamanya, tentu saja. Jika pendidikan dimaksudkan untuk melindungi tatanan sosial dan sikap kerja masa lalu, maka kita mungkin menginginkan sekolah dari jenis kita miliki sekarang. Jika tujuan utama adalah membantu orang untuk belajar bagaimana belajar, kita akan mengajukan peertanyaan yang serius bersama Sir Christopher Ball, pendukung Campaign for Learning: Apakah mungkin untuk menyesuaikan pendidikan sekolah tradisional untuk memuaskan para siswa – atau seharusnya kita berpikir untuk menggantinya dengan sesuatu yang berbeda secara keseluruhan? Learning society yang sebenarnya yang kita cari akan membutuhkan satu jenis guru baru – yang lebih seperti pemandu daripada instruktur, lebih paruh waktu daripada penuh waktu, lebih sebagai filsuf daripada pedagogis. Jika tujuan utamanya adalah untuk mendorong demokrasi, kita akan memiliki sekolah demokratis. Jawaban terbaik tentunya mendasarkan kebijakan pada apa yang kita ketahui tentang belajar. Dengan kata lain, satu-satunya cara untuk belajar bagaimana melakukan sesuatu adalah dengan melakukannya! Ada kesamaan diantara siswa Muncul dari riset ilmu syaraf terbaru ada beberapa kenyataan tentang bagaimana otak berfungsi. Dalam pencarian keunggulan belajar, maka, nampaknya pendidik yang terampil menghadapi tiga tugas: • Pertama, untuk mendorong koneksi syaraf melalui tantangan yang menciptakan tingkat stimulus yang tinggi. • Kedua, untuk memperkuat koneksi yang ada. Semakin banyak jalur syaraf yang dipakai, semakin efisien jadinya. Axon menjadi terlindungi oleh suatu zat berlemak putih yang disebut myelin, yang mempercepat proses pengiriman sinyal listrik - kimia – listrik , dan neuron merespon dengan lebih sedikit usaha terhadap pemicu awal. Di sisi lain, koneksi yang tidak terpakai akhirnya hilang, mereka terpangkas. • Tugas pendidik adalah meminta siswa untuk menata ulang jaringan koneksi syaraf yang telah ada dengan mengambil data di papan yang akan mengasuh keterampilan. Untuk mencapai hasil terbaik, jelas penting untuk bekerja bersama proses alami dari otak, untuk mengajar yang sesuai dengan cara belajar alami dari para siswa. Tetapi, biasanya, belajar seharusnya menjadi awal yang sangat bagus karena nampaknya setiap orang dilahirkan dengan beberapa kecenderungan, antara lain: • Keinginan untuk bekerja bersama dengan orang lain. • Kecenderungan dan kemampuan belajar bahasa. • Kemauan dan ketrampilan membuat pola Kecenderungan alami untuk belajar matematika, menurut Brian Butterworth, Profesor Cognitive Neuropsychology di University College, London. Berada dalam kendali guru adalah harapan. Pandangan guru secara internal terhadap kemampuan siswa memiliki dampak langsung pada kinerja siswa yang sebenarnya. Dalam penelitian itu siswa-siswi dikelompokkan secara acak, dan mereka berbeda kemampuannya. Coba tebak. Hasil dari kelompok yang secara salah dianggap siswa pintar naik dan hasil dari “low achiever” turun. Roshental mengidentifikasi enam cara bagaimana guru menyampaikan harapan yang tinggi: 1. guru mengekspresikan keyakinan akan kemampuannya dalam menolong siswa. 2. guru mengekspresikan keyakinannya akan kemampuan siswa. 3. sinyal nonverbal-nya konsisten dengan apa yang dikatakannya: nada bicara, pandangan mata, tingkat energi. 4. guru memberi umpan balik yang spesifik dan cukup dan menyebutkan kebaikan dan kekurangan mereka. 5. guru memberi masukan yang terinci pada siswa secara individu. 6. guru mendorong peningkatan secara individu melalui tantangan. Guru menyampaikan harapannya melalui energi yang mereka bawa ke ruang kelas, melalui kata-kata yang mereka ucapkan dan cara mereka mengucapkannya, melalui usaha yang mereka lakukan untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan sebuah kelas, dan mungkin paling penting, melalui perencanaan tugas belajar. Bersama-sama, hal ini memberi pengaruh terhadap self-image dan self-esteem. Hasil dari self-belief bisa mendorong atau menekan motivasi dan ketekunan. Harapan diterima oleh siswa dari sumber lain juga – keluarga, teman sebaya, budaya komunitas lokal, media dan dalam banyak kasus guru harus bekerja lebih keras untuk memutar gagasan negatif. Penting bagi kita untuk mempertahankan harapan yang tinggi bahkan di depan bukti yang bertolak belakang. Reading scores, tes base-line, dan procedur value-added dapat dengan pasti membatasi harapan kita terhadap siswa. Juga dalam kendali guru adalah kultur dari ruang kelas – lingkungan psikologis dan emosional untuk belajar. Demikian juga, kita mengendalikan lingkungan fisik untuk belajar. Otak terus memerlukan pasokan oksigen (otak membutuhkan seperlima dari pasokan tubuh), suhu sejuk (buka jendela), lebih disukai udara yang di-ionisasi secara negatif (gunakan unit ioniser untuk ruang kelas, atau buat sebuah air terjun!). Udara ini menyerap jumlah informasi yang banyak dari material tambahan (memiliki banyak display). Warna, aroma, cahaya, dan mebel (pasang karpet,redekorasi) memiliki efek yang besar terhadap mood, dan musik dapat membuat perbedaan besar. Otak mengubah musik menjadi energi intelektual, ia secara harfiah memberi makan otak. Jenis musik berbeda kelihatannya mempunyai efek berbeda (debat Mozart). Jenis makanan yang ditawarkan di kantin saat makan siang ada dalam kendali sekolah, seperti juga persediaan air dingin murni (taruh banyak dispenser di sekitar gedung). Seratus sembilan puluh galon darah lewat melalui otak tiap 24 jam. Jika otak kekurangan air, keseimbangan elektrolitik dari otak terpengaruh dari kinerja mental terganggu. Delapan hingga sepuluh gelas air sehari diperlukan untuk fungsi optimum, Secara umum, ”kondisi” siswa, untuk menggunakan istilah teknis, dapat diubah. Siswa dapat dibuat lebih ”siap” untuk belajar. Alistair Smith memberi kita alasan tambahan untuk dapat ceria: anak-anak bisa semakin pintar melalui intervensi yang terampil dari guru. Tidak benar bahwa intelegensi seorang anak muda tidak dapat diubah. Ada banyak bukti bahwa tingkat intelegensi anak-anak meningkat secara substansial saat lingkungannya mendukung. Jadi, secara umum, prospek untuk meningkatkan prestasi terlihat bagus.Tentu saja, ada tantangan utama, khususnya dalam lingkungan sosioekonomi dan sosiokultural yang sulit. Tetapi, guru dapat membuat perbedaan, dan akan melakukannya jika mereka mengikuti beberapa pedoman sederhana. Akhirnya kita dapat mulai menjelaskannya. Berikut, seperti yang dijanjikan, adalah empat kesamaan diantara siswa: 1. Tiap orang perlu menyelesaikan sesuatu untuk diri sendiri. 2. Pengalaman yang multi-indera, dramatis, aneh, dan emosional akan diingat lebih lama dan lebih terinci daripada pengalaman biasa dan rutin. 3. Tiap orang perlu merasa terjamin secara emosional dan aman secara psikologis. 4. Siswa lebih termotivasi, terlibat dan terbuka ketika mereka dapat sedikit mengendalikan belajar mereka. 1. Tiap orang perlu menyelesaikan sesuatu untuk diri sendiri Belajar muncul melalui otak dalam membuat maknanya sendiri, memahami sendiri banyak hal. Banyak peneliti membedakan dua jenis makna: makna ”pointer” dan makna ”sense” (Kosslyn), atau makna ”permukaan” dan makna yang ”terasa dalam” (Caine and Caine). Ambil contoh teorema Pitagoras. Makna pointer atau permukaan merujuk pada kemampuan untuk menamai dan merujuk suatu ide, jadi akan tahu bahwa kuadrat dari hipotenusa sama dengan jumlah kuadrat dari kdua sisi lainnya. Makna sense atau yang terasa dalam berbeda. Arti ini melibatkan pemahaman mengapa kuadrat hipotenusa seperti ini. Ini merupakan pemahaman konseptual, yang mungkin hasil dari mendengarkan ide yang dijelaskan berkali-kali oleh banyak orang, melihatnya disampaikan secara visual, kebetulan menonton program TV tentang manfaatnya dalam arsitektur, ” mengerjakannya” dengan potongan-potongan kartu, membaca apa yang membuat pitagoras menemukan hal ini untuk pertama kali. Potongan-potongan terpisah ini terajut bersama di dalam pikiran dan tiba-tiba segala sesuatunya masuk akal: semuanya jelas. Makna dalam ini, atau pemahaman yang terinternalisasi, adalah jenis belajar yang menjadi perhatian kita disini. Hart berkata, ”Ini bisa dinyatakan secara tegas bahwa...otak manusia tidak ditata atas dirancang untuk pemikiran satu jalur linear”. Sebelum ini dikatakan bahwa ilmuwan modern melihat otak sebagai sesuatu yang dinamis dan responsif, tidak seperti komputer. Gestalt terbentuk secaratidak terduga ketika sejumlah realisasi muncul besrama-sama, yang dipicu oleh siapa tahu apa? Jadi, sia-sia menjelaskan pertama kali tentang kuadrat, kemudian tentang angka kuadrat, kemudian tentang segitiga, kemudian tentang kaitan antara ketiga sisi tersebut dan mengharapkan tiap siswa memahami guru dalam tiap langkah. Akan tetapi, siswa membentuk gestlat dengan memecahklan petunjuk, menata potongan informasi, dan mengenali hubungan antara berbagai sumber. Mereka tidak harus menangkap sesuatu hanya karena guru telah menerangkannya. Lebih lanjut, Hart menyatakan juga bahwa ”belajar adalah ekstraksi dari pola-pola bermakna dari kebingungan.” Dan ”tidak ada konsep, tidak ada fakta dalam pendidikan yang benar-benar lebih penting daripada hal ini: otak, oleh desain alam, merupakan alat pendeteksi pola yang luar biasa sensitif dan canggih.” Pembentukan konsep bergantung padaa apa yang siswa lakukan, dalam kepala mereka, bukan apa yang guru lakukan. Jadi jelas: buatlah belajar yang secara mental aktif dan buat jenis kegiatan yang investigatif dan memecahkan masalah yang meminta otak bekerja sesuai kecenderungan alaminya – berperan aktif. Jelas,”Pengenalan pola sangat bergantung pada pengalaman apa yang seseorang bawa ke suatu situasi.” ujar Hart. Inilah mengapa siswa menangkap ide pada waktu yang berbeda-beda dan belajar dengan kecepatan berbeda. (a) Dorong siswa untuk menemukan dan mengerjakan hal-hal, untuk mereka sendiri Guru membuat fungsi implisit dan alami dari neokorteks menjadi eksplisit. Manfaatkan keingintahuan dan hasrat bawaan untuk membuat kaitan. Pada tingkat yang paling sederhana, baliklah proses yang biasa dan minta siswa mengajukan pertanyaan kepada guru. (b) Dorong siswa untuk menyampaikan ”ide kasar” Mempelajari sesuatu, membahas sesuatu, menyampaikannya, memahaminya di luar kepala – ini semua memainkan peranan penting dan alamiah dalam proses pembentukan konsep. Kita adalah mahluk sosial, otak kita berkembang di lingkungan sosial dan kita sering memaknai sesuatu melalui interaksi sosial dan kita sering memaknai sesuatu melalui interaksi sosial. Jadi, diskusi, peer teaching, menulis draft, presentasi ke orang lain dan berpikir-berbicra-merespon adalah cara-cara klasik agar siswa mengungkapkan pikiran mereka, dan oleh karenanya mempercepat proses sortir dan koneksi di kepala mereka. (c) Hanya ada sedikit nilai dalam pemberian ”makna siap saji” bagi siswa Maksudnya adalah benda-benda seperti catatan cetakan, dikte, mengkopi, mind-map, yang digambar sebelumnya, latihan berjenis mengisi celah (yang biasanya ubahan dari ”cloze procedure” asli). Materi ini mungkin tertata rapi dalam map sisiwa dan memberi kesan yang menenangkan bagi semuanya bahwa tugas telah dilaksanakan, tetapi hanya sedikit belajar mendalam yang telah terjadi. Sebagai gantinya, guru bisa mengajarkan berbagai cara untuk sampai pada pola pemaknaan mereka sendiri dan merekamnya. (d) Tiba pada konsep penting yang sama dari sudut yang berbeda dalam cara yang berbeda. Membangun suatu rangkaian tahap yang logis dan linear menuju sebuah konsep, dan kemudian berpindah ke konsep selanjutnya, tidak akan berhasil bagi kebanyakan siswa. Mereka biasanya perlu banyak contoh dan aplikasi dengan sejumlah penjelasan dalam berbagai media jika mereka ingin ”memahaminya” (dalam), bukan hanya belajar permukaannya saja (dangkal). Secara kontinyu berpindah dari Ide Besar ke detail, dan kembali lagi, menggambar, menirukan, mengucapkan, memetakan, mengucapkan, menyanyikan, mendemonstrasikan, mencontoh, mengurutkan, mendudukkan di kursi panas (pernah mengobrol dengan siklus air?), menarikan, menuliskannya – kombinasi yang tidak biasa dari teknik-teknik ini yang diberikan dalam urutan yang cepat membantu hemisfer neokorteks kiri dan kanan untuk bekerja bersama dan mendorong pemahaman. Cara yang paling efisien bagi siswa untuk ”memahami” suatu konsep adalah melihat gambar dan ”mengerjakan” ide, bukan mendengar atau membaca tentangnya. (e) Sediakan umpan balik interaktif yang spesifik dan langsung Siswa belajar untuk maju melalui berbagai level dengan cepat karena mereka memperoleh umpan balik yang segera dan tepat terhadap keputusan yang mereka lakukan. Otak secara luar biasa siap menerima umpan balik – otak memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya berdaasar pada apa yang telah terjadi sebelumnya. Otak self-refencing dan self-rectifying; ia siap membuat umpan balik yang “hot”, atau dengan kata lain yang relevan dan segera, untuk kecakapan dan konsep yang sedang berkembamg . Selain umpan balik guru, reaksi dari teman, verbal atau non verbal, merupakan sumber penting informasi bagi siswa. Reaksi ini bisa spontan, hasil sampingan dari aktifitas ruang kelas reguler yang aktif, atau bisa juga direncanakan, seperti dalam aktifitas peer redrafting dan peer assessment (penilaian oleh teman). (f) Sela pembelajarannya Menurut Jensen, ada tiga alasan untuk ini: • Pertama, banyak dari apa yang kita pelajari tidak dapat diproses dengan sadar karena berlangsung terlalu cepat. Kita perlu waktu untuk memprosesnya. • Kedua, untuk menciptakan makna baru, kita perlu waktu internal. Makna selalu dihasilkan dari dalam, tidak dari luar. • Ketiga, setelah tiap pengalaman belajar baru, kita perlu waktu agar belajar ”membekas”. Bekerja dengan ”grain of the brain” – mengajar melalui pertanyaan, tantangan, misteri yang membangkitkan minat serta aktifitas yang kreatif – bermanfaat bagi semuanya. Siswa menjadi lebih terlibat dan mencapai tingkat pemahaman yang lebih dalam. Maka guru tidak harus menekankan terlalu keras. Jelas bahwa pendapat ini mensuport minat dalam keterampilan berpikir saat ini. Hambatannya adalah bahwa guru merasa mereka tidak punya waktu untuk mengajar seperti ini karena mereka mempunyai ”silabus yang harus diselesaikan”. Akan tetapi banyak guru mengeluhkan bahwa siswanya tidak mengingat apa yang telah mereka pelajari! 2. Pengalaman yang multi indera, dramatis, tidak biasa atau kuat secara emosional diingat. Jauh lebih lama dan lebih banyak detail daripada pengalaman rutin biasa. Ada tiga poin mengenai hal ini: • Pertama, otak memiliki kecondongan perhatian untuk sesuatu yang baru. Otak jauh lebih tertarik pada yang baru daripada yang biasa. Sylwester dan Cho menemukan bahwa otak memiliki kecondongan bawaan untuk stimulus jenis tertentu. Karena otak tidak dapat memberi perhatian untuk semua jenis data yang masuk, ia memisahkan hal-hal yang kurang penting untuk bertahan hidup. Stimulus apapun yang dikenalkan dalam lingkungan langsung kita, baik yang baru (segar) maupun agak berbeda dalam intensitas emosionalnya (sangat kontras) segera mendapat perhatian kita. Siswa sebenarnya lebih memahami ”isi” dalam suasana tegang; penuh kejutan, ketidakseimbangan, ketidakpastian dan kekacauan! Prigogine lebih jauh mengatakan bahwa otak didesain untuk kekacauan: ”ketidakstabilan menghasilkan kegiatan dari arah yang bermakna.” Karena otak suka memisahkan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan menyukai variasi, pendekatan behavioristik yang sangat teratur sebenarnya kemungkinan tidak akan memberi hasil yang diinginkan. • Kedua, yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengingatan. Tidak ada satu bagian pun dari otak yang digunakan untuk menyimpan ingatan. Dulu dikatakan bahwa kita memiliki dua jenis memori; jangka pendek dan jangka panjang, tetapi sekarang umumnya dianggap bahwa kita memiliki setidaknya lima! 1. Memori yang bekerja, yang berada di prefrontal dan parietal korteks sangatlah pendek, hanya beberapa detik lamanya. 2. Memori implisit, yang seringkali dibagi menjadi menjadi ”refleksif” dan ”prosedural”, disimpan dalam cerebellum, atau mengendarai mobil secara ”autopilot”. 3. Memori episodik, pencatatan pengalaman pribadi seseorang (yaitu lokasi, peristiwa, orang-orang yang terlibat, situasi), disimpan dalam hippocampus; 4. memori eksplisit atau deklaratif: memori jauh, menyebar mengitari korteks, yaitu kumpulan data seumur hidup mengenai banyak topik – ideal untuk Trivial Pursuit. 5. Memori semantik, yang diciptakan dalam hippocampus dan disimpan dalam angular gyrus, mempertahankan makna kata dan simbol dari buku teks, video, diagram, program komputer, cerita tertulis, dan lain - lain serta memberi kita pemahaman umum kita tentang cara kerja dari dunia dan hal-hal dalam ujian. • Ketiga, adalah pentingnya gerakan. Ide lama yang menyatakan pikiran dan tubuh terpisah telah dibuang keluar untuk alasan biologis yang kuat. Sebagai contoh, berbagai penelitian tentang cerebellum, yang dianggap berhubungan hanya dengan fungsi motor, telah mengungkapkan bahwa ia sangat berkaitan dengan persepsi ruang, bahasa, perhatian, emosi, pembuatan keputusan dan memori. Implikasi dari hal ini jelas: pastikan bahwa ada cukup gerakan fisik, bahkan dalam situasi belajar “akademis”’ yang merupakan kebalikan dari apa yang kebanyakan guru percayai. Tetapi apakah gerakan dapat meningkatkan prestasi? Ya! Dalam sebuah penelitian di Kanada terhadap lebih dari 500 siswa yang dilaporkan oleh Dr. Carla Hannford, pengarang Smart Moves: Why Learning is Not All in Your Head, mereka yang menghabiskan satu jam tambahan tiap hari di kelas gym jauh lebih baik dalam ujian daripada mereka yang tidak berlatih. 3. Setiap orang perlu merasa aman secara emosional dan psikologis. Emosi lebih kuat daripada pikiran. Emosi berbeda dari perasaan. Emosi antara lain adalah kegembiraan, ketakutan, keterkerjutan, muak, kemarahan, dan kesedihan. Ini adalah fenomena universal, yang sepenuhnya biologis dan berjalan ke jalan bebas hambatan di otak. Perasaan adalah respon yang berkembang secara kultural dan mental terhadap kondisi dan mengambil jalur yang lebih memutar dan lebih lambat ke tubuh. Dikatakan bahwa emosi manusia tidak hanya memiliki hubungan negatif dengan proses belajar. Misalnya motivasi. Orang menginginkan lebih banyak hal yang mereka alami menyenangkan, dan lebih sedikit yang membosankan atau menyakitkan. Otak memiliki sistem reward-nya sendiri, dengan menghasilkan opiate yang mengaitkan perasaan senang dengan perilaku yang menyenangkan. Siswa yang berhasil akan merasa senang. Seringkali, semakin kita gembira, semakin cepat dan semakin akurat kita mensortir dan mengaitkan data-data yang masuk. Siapa bilang belajar tidak boleh menyenangkan? Otak menghasilkan hormon, terendam didalamnya dan dijalankan olehnya: dengan kata lain, emosi berkuasa. Apa yang kita ketahui tentang dominasi emosi membawa kita untuk menyelidiki tiga aspek dari kegiatan: (a) Aturan ruang kelas Belajar paling efisien terjadi ketika siswa sama sekali tidak takut ditekan, diejek, dilecehkan, diabaikan, ditinggal, diolok-olok, diremehkan, atau dipermalukan. Aturan dasar kelas yang tegas, yang dibuat bersama siswa, dapat memperkuat norma-norma perilaku positif dalam mendengarkan dan mengurangi peremehan. Gagasan untuk menciptakan masyarakat yang beradab dan harmonis seperti ini sangat berhubungan dengan kepedulian untuk kewarganegaraan dan gerakan nasional untuk menerapkannya. (b) Perilaku dan sikap kita sendiri Ini artinya adalah cara kita berkomunikasi dengan siswa. Peneliti R.C.Mills menemukan bahwa siswa merasakan suatu keadaan emosi tertentu dari guru, yang mempengaruhi kesadaran mereka. Guru yang humoris, tersenyum hangat, memiliki sikap yang menyenangkan dan sungguh-sungguh gembira dalam pekerjaannya akan menyebabkan sisiwa bekerja lebih baik daripada siswa dengan guru yang tidak menunjukkan karakteristik ini. Dorongan, umpan balik positif dan pengakuan semua tampak melepaskan serotnin – neurotransmitter yang penting yang membantu interkoneksi syaraf. Sebagian besar komunikasi itu non verbal, cara kita memandang, bagaimana kita berbicara, dan apa yang kita lakukan, yang digabung dengan apa yang kita sebenarnya katakan, memberi hasil total. Efek dari ”cara guru” terhadap siswa memiliki dua sisi: Pertama, langsung terhadap perasaan nyaman mereka. Kedua, terhadap persepsi mereka mengenai apa yang bisa diterima; kita memberi teladan tentang norma kepada mereka, mereka akan mengambilnya. Jadi, bika kita sarkastik, misalnya, siswa mungkin akan merasa tegang dan mereka sendiri mungkin menggunakan sarkasme. Kita dengan jelas dapat melihat bagaimana guru dapat mempengaruhi ”keadaan” siswa seperti yang dijelaskan accelerated learning. Tentu saja, hal ini menuntut guru agar peduli diri dan trampil, atau dengan kata lain mereka sendiri perlu cerdas secara emosional. (c) Pengajaran kecerdasan emosional Ada harapan bahwa siswa mampu mengidentifikasi, menyebutkan, dan menjelaskan perasaan. Kemudian ada kemampuan dalam menangani emosi mereka sendiri dan merespon emosi orang lain dengan benar. Lebih lanjut lagi, ada perkembangan kepribadian yang diharapkan, seperti pengendalian dorongan hati, keteguhan, dan ketangkasan sosial, ditambah nilai-nilai yang diinginkan, seperti kejujuran dan komitmen terhadap keadilan. Untuk mendukung hal ini adalah penerimaan tanggung jawab personal: kemauan untuk melihat kehidupan sebagai serangkaian pilihan dari waktu ke waktu; dan kemauan untuk mengubah perilaku, perasaan dan keyakinan berdasar kesadaran akan potensi pribadi dan keterbatasan yang self-imposed. Luar biasanya, ini semua dapat diajarkan. Stephen Bowkett berkata, ”Self-intelligence adalah tentang memberi anak-anak dengan peralatan emosional, dan memberi mereka keterampilan untuk mengambil alat yang tepat. Emotional resourcefulness adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami anda sendiri dan melakukan yang terbaik dari pemahaman itu.” Mengambil struktur dari lima kompetensi emosional dari Goleman: • Self awareness. • Mengendalikan emosi. • Kendali diri / motivasi diri. • Empati. • Menangani hubungan / seni sosial. Beberapa tahun lalu, Nathaniel Branden, yang berpraktek sebagai psikiaterklinis, menghubungkan apa yang kita sebut kecerdasan emosional dengan self-esteem, menurutnya self-esteem dapat didefinisikan sebagai ”karakter untuk memberi pengalaman pada diri sendiri untuk mampu menangani tantangan dasar dari kehidupan”, dan dibentuk dengan enam karakter kehidupan. • Hidup dengan sadar. • Self-acceptance. • Tanggung jawab diri. • Self-assertiveness. • Hidup dengan tujuan. • Integritas personal. 4. Siswa menjadi lebih termotivasi, terlibat dan terbuka ketika mereka mempunyai sedikit kendali atas belajar mereka. RAS (reticular activiting system) telah dianggap sebagai komando sentral dari otak, yang bekerja sebagai “mekanisme gerbang” untuk masukan bagi indera dan mengakibatkan seseorang untuk memusatkan perhatiannya. RAS akan siap menerima informasi yang baru atau tidak biasa, yang membantu memenuhi kebutuhan fisik atau psikologis yang dapat ”dirasakan”. Atau yang berkaitan dengan pilihan yang kita buat. Sedikitnya ada empat implikasi dari hal ini pada pengajaran dan belajar. Pertama, berikan kesegaran dan variasi untuk mempertahankan perhatian, baik saat pelajaran atau diantaranya. Ini telah menjadi tema yang terus muncul dalam Kotak Alat ini. Kedua, pahamilah bahwa otak akan memberikan prioritas pertama untuk kebutuhan pokok – jika siswa lapar, haus, kedinginan atau sedang benar-benar ingin ke belakang, mereka tidak memperhatikan Teorama Pitagoras, tidak peduli betapa pentingnya hal ini. Ketiga, ”gambaran besar”. Jika siswa memahami tujuan dari pelajaran atau skemanya, apa yang dikandungnya, bagaimana kecocokannya dengan apa yang baru dipelajari sebelumnya, akan mengarah kemana hal ini nantinya, dan mengapa hal ini penting untuk assesement di masa mendatang, maka RAS mereka akan mulai ”terbuka”. Keempat, tujuan personal. Tidak ada kelenturan dalam sistem ini sehingga setidaknya siswa dapat berkonsentrasi terhadap target belajar yang lebih bermakna, mereka masih harus menyelesaikan jadwal pelajaran secara kaku dimana semua isi pelajaran dan prosesnya dibuat oleh guru, ini semua terasa menjadi ritual. Guru perlu berfungsi lebih sebagai pembimbing dan pelatih, hubungan antara guru dan siswa harus tulus, kurikulum yang dirancang harus tetap berjalan dan sumber-sumber belajar, termasuk waktu dan ruang harus dipergunakan lebih fleksibel agar lebih dapat dipakai secara personal. Kelima, rencanakan bersama siswa. Ini adalah jalan menuju rasa memiliki dan motivasi diri dan yang dapat dilakukan bahkan dalam kerangka kurikulum nasional dan silabus ujian. Ada empat level dimana kegiatan ini dapat terjadi:  Dalam negoisasi sangat dalam terdapat negosiasi terbuka dengan siswa: --apa yang harus dipelajari tidak dapat dinegosiasikan – tetapi bagaimana ia dipelajari ditentukan oleh siswa secara bersama dan demokratis.  Menggabungkan belajar dengan minat siswa sendiri dan menyelesaikan rencana belajar personal agar sesuai dengan kecenderungan dan model dari tiap siswa.  Memerlukan pengorganisasian serangkaian pilihan (mungkin berdasarkan pada berbagai gaya belajar dan meminta siswa membuat pilihan individual. Tujuan (hasil belajarnya) sama bagi tiap orang, hanya jalannya yang berbeda-beda untuk sampai kesana.  Pendekatan toe-in yang paling dangkal membutuhkan pembuatan jalur belajar yang berbeda bagi semua siswa da memberikan tiap individu sedikit kendali terhadap kecepatan dan kedalaman, tetapi bukan arah, dari kemajuan mereka. Strategi belajar merupakan inti dari belajar seumur hidup. Jadi, semakin awal orang-orang terbiasa dengan hal itu, semakin baik. Akhirnya, jelas ada kaitannya dengan kewarganegaraan. Pilihan, negosiasi, penentuan keputusan bersama dan tanggung jawab personal merupakan semangat demokrasi. Sikap dan keterampilan ini dapat dikuasai hanya melalui pengalaman. RAS tidak diragukan lagi menjadi alasan mengapa Eric Jensen menyatakan “cara paling mudah untuk menarik siswa-siswi itu sederhana – sediakan variasi dan pilihan.” Banyak penelitian mendukung pentingnya siswa dapat mengendalikan kendali atas belajar mereka. Deci dan Ryan, menyimpulkan bahwa motivasi dan standar menurun dalam situasi dimana siswa tidak memiliki pilihan. Demikian juga, Mager dan McCann menunjukkan bahwa motivasi berbanding langsung dengan perasaan mengendalikan. Pada dasarnya, RAS berhubungan dengan sumsum tulang belakang, dimana ia menerima informasi yang dikirimkan langsung dari sistem indera yang naik. Sebenarnya, ia berfungsi sebagai suatu titik pertemuan untuk sinyal-sinyal dari dunia luar dan dalam milik kita. Ini adalah tempat bertemunya dunia luar kita, serta pikiran dan perasaan ”didalam” kita. Di jalur lain, RAS tersebut mengirimkan akson (transmitter) ke serebral korteks, yang memberinya kekuatan untuk ”menghidupkan” otak kita dan mengendalikan tingkat stimulasinya. Ada juga perbedaan diantara siswa Isu penting Orang berbeda. Orang bereaksi secara berbeda terhadap keadaan yang sama, mereka memiliki kesukaan dan ketidaksukaan yang berbeda, mereka memiliki perilaku bawaan yang berbeda-beda, mereka memandang dan memproses pengalaman secara berbeda. Jalan mana pun, bila dihadapkan pada perbedaan seperti ini, seorang guru mudah merasa kewalahan, dan ini adalah dimana contoh gaya belajar masuk. Menurut Rita Dunn, “Gaya belajar adalah cara dimana tiap siswa belajar berkonsentrasi terhadap proses dan mempertahankan informasi”. Ini dapat dilihat sebagai “suatu set karakteristik personal dan dipaksakan secara biologis dan developmental yang membuat metode pengajaran yang sama akan efektif bagi beberapa siswa dan tidak efektif untuk lainnya. Tiap orang memiliki gaya belajar; ini adalah sama khasnya dengan tanda tangan.” Gaya belajar dari seseorang adalah kombinasi dari kelima kategori:  Emosional: motivasi, ketekunan, tanggung jawab, struktur.  Sosiologis: diri sendiri, pasangan, rekan, dewasa, bervariasi.  Fisik: pemahaman, masukan, waktu, mobilitas.  Pskologis: global/analitik, hemisferisitas, impulsif/reflektif. Melihat cara sekolah dan dunia luas ini berjalan, kesuksesan siswa dan kesempatan kehidupan secara nyata dipertaruhkan. Maka penting untung mengatur keseimbangan yang tepat antara mendukung dan menantang gaya belajar siswa. Jika siswa diperbolehkan untuk selalu bekerja dengan cara yang disukainya, dia akan tetap sempit dan tidak siap. Di sisi lain, jika mereka dipaksa terlalu awal atau terlalu sering untuk bekerja dengan cara yang tidak disukai dan tidak nyaman, mereka tidak berprestasi dan bisa tersingkirkan. Ada dua pemecahan untuk hal ini: Pertama, pastikan bahwa tiap siswa mengalami cukup keberhasilan untuk mencapai suatu level kepercayaan diri. Kita diminta untuk sensitif terhadap gaya personalnya. Kedua, siswa yang telah cukup berhasil, dan oleh karenanya percaya pada diri sendiri untuk menjadi siswa yang mampu, cenderung meningkatkan dan menguasai tantangan untuk bekerja dengan cara yang tidak disukainya. Dorong mereka melakukan hal ini. Berikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja dengan cara “baru”. Sediakan pelatihan – tunjukkan pada mereka bagaimana melakukannya, Berikan informasi – jelaskan mengapa ini yang bagus. Lakukan ini dengan sensitifitas, sadar-diri, dan niat yang teguh untuk tidak menyakitkan. 1. Kenali bahwa gaya yang anda sukai sendiri dapat menghalangi belajar efektif Selama bertahun-tahun para penelitintelah secara konsisten menemukan bahwa gaya yang dominan dari guru sendiri cenderung menentukan rencana yang dibuat untuk anak-anak mereka: Cara mereka menyusun topik; pemilihan metode dan sumber pengajaran; rancangan tugas; alokasi waktu; jenis bukti belajar yang dihasilkan oleh siswa; metode penilaian. Lebih dari itu, mindset mendasar dari guru menentukan cara mereka menata lingkungan belajar, nilai yang mereka tempatkan pada pekerjaan rumah, tes, nilai dan pecking oorder, reaksi mereka terhadap kelakuan buruk, pembuatan norma-norma kelas mereka yang tak tertulis, komunikasi non-verbal mereka yang tak kentara, dan juga ”penyampaian” informasi dan instruksi mereka yang eksplisit. Oleh karenanya, dasar pertama yang harus dicapai oleh guru yang peduli, tentunya, self-knowledge yang meningkat. Bruno Bettelheim, sang psikolog, berkata, ”ada...konsekuensi yang benar-benar destruktif sebagai akibat dari bertindak tanpa mengetahui apa yang dilakukan.” Diluar ini, tujuan untuk dasar kedua: kemauan untuk mengakomodasi individualitas siswa. Diatas semua ini, menemukan Mind Style atau gaya belajar kita sendiri memberi kita jalan untuk menolak godaan untuk bekerja secara otomatis sesuai kebiasaan, dan memutuskan untuk berhenti, berpikir secara empatik dan mulai keluar dari pola kita sendiri. Penting untuk mengetahui bahwa contoh yang berbeda memiliki akar yang berbeda, serta asumsi dan prinsip-prinsip dasar yang berbeda. Mereka tidak akan dapat berhasil digabungkan. Jadi cobalah beberapa dan rasakan salah satu yang memberikan kesadaran diri (self-awareness) paling banyak dan tantangan personal paling sesuai. Berhati-hatilah juga bahwa beberapa dari contoh dan instrumen yang ditawarkan belum diuji secara ilmiah, itulah mengapa mereka telah digabungkan bersama untuk memberikan indikasi kasar dan cepat. 2. Pahami gaya belajar siswa yang disuka, tetapi jangan mengelompokkan Penting untuk tidak mengandalkan hanya pada satu contoh model saja: tidak satupun dari model itu yang cukup menampilkan gambaran realitas, tiap model itu hanya merupakan sebuah proyeksi sederhana dari pandangan penciptanya terhadap realitas. Hati-hati, tidak semua model cocok dengan semua guru, sebaiknya guru membiasakan diri dengan beberapa model. Tiap orang menggunakan lebih dari satu gaya, oleh karenanya guru sebaiknya peka terhadap perbedaan-perbedaan, bukan dengan mengelompokkan siswa. 3. Akomodasikan gaya yang berbeda, tetapi jangan coba untuk terlalu tepat Ada delivery of diversity diluar meningkatnya self-knowledge, yaitu niat untuk mengakomodasi individualitas dan pemahaman tentang berbagai jenis gaya belajar dari siswa. Kunci dari hal ini adalah dengan memiliki banyak teknik pengajaran yang praktis di ujung jari guru. Tidak semua guru merasa mereka memilikinya. Terlalu sering kita bertemu dengan orang-orang yang sama, biasanya dalam kelompok departemen. Berbaurlah. Atur suatu brainstroming dan rencanakan dengan rekan yang akan mengajar subyek yang agak berbeda dan yang mungkin memiliki gaya belajar yang berbeda. Berbekal banyak cara praktis dan bervariasi dalam pencapaian tujuan belajar, guru kemudian memutuskan bagaimana menyampaikan strategi ini kepada sisiwa. Urutkan aktifitas belajar sehingga gaya yang berbeda diakomodasi dari waktu ke waktu adalah cara melakukan sesuatu yang paling sederhana, dan bagi banyak guru paling aman. 4. Mulai menyampaikan isu yang lebih besar Sekolah secara keseluruhan, masih dijalankan menurut gaya tertentu dari siswa. ”Ujian menuntut siswa mendemonstrasikan belajar abstrak dan sequential, maka kita harus mengajarkannya dengan cara ini.” Tentu saja logika guru seperti ini adalah salah, tetapi terus adanya dominasi dari bentuk penilaian yang dangkal memang menciptakan banyak ketidakadilan dan mengindikasikan kepada guru dan juga siswa, nilai yang diletakkan oleh negara kepada gaya belajar tertentu dibandingkan dengan yang lain. Kemudian ada isu sumber belajar. Buku teks, lembar kerja dan buku latihan masih mendominasi ”ruang meja” kebanyakan ruang kelas. Kenyataannya, ruang itu sendiri merupakan masalah. Seringkali hanya ada cukup ruang bagi siswa untuk duduk berhimpitan di belakang meja di sepanjang pelajaran, dari pelajaran satu ke lainnya. Ciri gedung yang seperti kotak menggambarkan jadwal dengan ciri seperti grid. Waktu ditentukan, subyek ditentukan, guru ditentukan, bahkan gerakan ditentukan, kehidupan dikotak-kotakkan; segalanya terasa ketat dan diatur. Tiga model popular Setelah melihat isu-isu penting tersebut, sekarang waktunya melihat tiga contoh gaya belajar yang banyak dipakai secara lebih detail. 1. Preferensi indera: visual, auditory, kinestetik Ide dasarnya adalah bahwa tiap orang memiliki indera dominan . Tiap orang lebih suka menggunakan indera ini untuk menerima dan menangani informasi baru – beberapa lebih suka melihat, beberapa lebih suka mendengarkan, lainnya akan lebih suka terlibat aktif dengan data baru tersebut. Tidak seorang pun dapat dikatakan melulu visual atau auditory atau kinetetik (fisik). Di kelas apa pun, dalam subyek apa pun, di sekolah mana pun secara rata-rata ada:  29% siswa dengan dominasi visual.  34% dengan dominasi auditory.  37% dengan dominasi kinestetik. Beberapa dari mereka dengan kecenderungan visual merespon dampak visual dari kata-kata, yang lain melalui OHP, gambar slide, presentasi PowerPoint, video, poster, darma wisata, diagram, foto, atau gambar dalam buku teks. Mereka dengan kecenderungan auditory memerlukan suara, suara guru atau sesama siswa dalam diskusi, presentasi teman, komentar dari video, kaset audio, atau pembicara tamu. Kelompok terbesar, yang memiliki kecenderungan kinestetik, perlu ”mengerjakan” belajar. Beberapa senang dengan aktifitas fisik – melipat, memotong, menempel, menata, memegang benda-benda. Lainnya harus berdiri dan bekerja. Siswa-siswi ini cenderung membuat kita paling sedih jika kebutuhan mereka tidak dipenuhi; mereka mudah menjadi gelisah. Mereka adalah yang paling rentan mengalami prestasi rendah dan terbuang. Jika guru tidak menyediakan penggunaan indera dominan mereka, kebanyakan siswa akan menggantinya dengan menggunakan posisi cadangan mereka. Ada beberapa siswa (sekitar 20%) yang mempunyai dominasi tunggal yang begitu kuat sehingga mereka akan menyerap informasi hanya bila disampaikan dalam gaya yng mereka sukai. Jika kebutuhan gaya belajar mereka tidak cukup dipenuhi, mereka cepat frustasi, bosan, tersingkirkan dan nakal. 2. Preferensi kognitif: analisis Gregorc Menurut Dr Anthony Gregorc, kegiatan belajar melibatkan dua proses menerima dan memesan informasi. Dia menjauhkan dirinya sendiri dari kelompok belajar brain-based, yang percaya bahwa pikiran dan otak terpisah. Setelah hampir tiga dekade penelitian fenomenologikal, Gregorc dengan yakin menyatakan bahwa ada perbedaan dalam cara orang memahami (menerima,menyerap) dan menata (mengorganisir, menyimpan dan referensi) data.Perbedaan-perbedaan dalam kegiatan berbeda. Ambil persepsi sebagai contoh, perbedaan itu dapat dipetakan dalam kontinuum dari konkret ke abstrak . 3. Profil intelegensia: Howard Gardner dari Harvard Untuk permulaan, proses meningkatkan intelegensi tidak lagi dianggap ditentukan saat lahir: ia dapat ditingkatkan oleh setiap orang. Beberapa siswa yang nampaknya cerdas tidak memiliki cukup bekal kecakapan yang diaplikasikan dengan kecerdasan mereka, tetapi kecakapan ini dapat, dan harus diajarkan agar seseorang cerdas secara aktif. Terdapat enam jenis intelegensi (atau ”kerangka pikiran") yang berbeda, yang masing-masing dapat ditelusuri hingga bagian terpisah dari otak manusia. Seluruh manusia memiliki delapan jenis intelegensi: a. Linguistik. b. Logika-matematika. c. Spasial. d. Musical. e. Fisik-kinestetik. f. Interpersonal. g. Intrapersonal. h. Naturalistik. Intelegensi linguistik: Berpikir dalam kata-kata, suka membaca dan menulis, menyukai cerita, suka bermain permainan kata, punya memori bagus untuk (nama, tempat, tanggal, puisi, lirik dan hal kecil), mengetahui mengeja itu mudah, punya kosa kata yang berkembang baik. Intelegensi logika-matematika: Mudah melihat pola, suka ide-ide abstrak, suka permainan strategi dan teka-teki logika, menjumlah dengan mudah di luar kepala, mengajukan pertanyaan besar mis. ”dimana alam semesta berakhir”, menggunakan komputer, membuat alat untuk menguji benda yang tidak dimengerti, berpikir dalam kategori melihat hubungan antar ide. Intelegensi spasial: Berpikir dalam image dan gambar, mudah mengingat dimana benda telah diletakkan, suka (menggambar, merancang, membangun, melamun), membaca peta dan diagram dengan mudah, mengerjakan teka-teki jigsaw dengan mudah, terpesona oleh mesin, meniru gambar dengan akurat. Intelegensi musical: Sering bernyanyi, bersenandung atau bersiul sendiri, ingat melodi, punya indera yang baik untuk ritme, memainkan sebuah instrumen, sensitif terhadap suara di lingkungan, perlu musik sewaktu belajar. Intelegensi fisik-kinestetik: Mengingat melalui sensasi fisik, sulit duduk diam yang lama, punya intuisi tentang jawabab ujian, bagus dalam olah raga atau tari atau akting atau mime, punya koordinasi yang sangat bagus, berkomunikasi dengan baik melalui isyarat, belajar paling baik melalui aktifitas (fisik, simulasi dan role play), meniru orang dengan mudah. Intelegensi interpersonal: Memahami orang dengan baik, belajar paling baik dengan berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, bagus dalam memimpin dan mengorganisir, mengerti perasaan orang lain, penengah diantara orang-orang, suka bermain permainan sosial, mendengarkan orang lain dengan baik. Intelegensi intrapersonal: Suka bekerja sendiri, memotivasi diri sendiri, intuitif, mempunyai perasaan mandiri, berkemauan kuat dan punya pendapat personal yang kuat, menentukan tujuan sendiri, percaya diri, reflektif, sadar akan kekuatan dan kelemahan pribadi. Intelegensi naturalistik: Mengenali flora dan fauna – membedakan dan mengenali pola di alam, menggunakan hal-hal umum dan khas untuk mengkategori dan mengelompokkan fenomena, menggunakan kriteria secara konsisten, menggunakan kemampuannya ini secara produktif (mis. bertani, memelihara binatang, perlindungan). Ada agenda lain juga Kelompok akhir dari materi yang menginformasikan pemikiran masa kini tentang belajar muncul dari dua sumber: hasrat saat ini untuk menangani kekhawatiran sosial dan ekonomi yang mendesak, dan keyakinan yang kuat akan nilai-nilai tertentu. Hal ini menciptakan suatu kombinasi antara pragmatisme dan ideologi. Belajar untuk belajar menggabungkan keyakinan bahwa setiap orang seharusnya melakukan yang terbaik dalam hidup mereka dengan kebutuhan akan persaingan komersial. 1. Belajar untuk belajar Diperlukan dua set kecakapan, yaitu: Kecakapan memproses informasi: • Merencanakan. • Mengumpulkan. • Memproses. • Menyajikan. Kecakapan inti yang mendasar: • Manajemen waktu. • Kecakapan sosial. • Kecakapan reflektif. • Kecakapan menilai diri sendiri. • Kecakapan untuk mencari pertolongan. Guru menempatkan semakin banyak pelajaran dan materi PR di website atau internet sekolah untuk diikuti siswa. E-tutoring mulai populer. Belajar, bahkan belajar formal, tidak lagi tergantung pada guru. Dengan sumber hardware yang mencukupi, guru sekarang dapat menjadi manajer dan fasilitator, pembimbing dan pelatih. 2. Kerja sama, demokrasi dan kewarganegaraan Penting melakukan apa yang bisa kita kerjakan dan menangkap kesempatan yang diberikan oleh pendidikan kewarganegaraan untuk mengembangkan kebiasaan demokrasi. Di sekolah-sekolah menengah kita dapat melakukan yang terbaik untuk menghasilkan lagi minat untuk bekerja sama dan untuk memberikan pelatihan dalam kecakapan demokratis. 3. Keikutsertaan Perhatian terhadap keikutsertaan memiliki basis moral. Ini merupakan permasalahan tentang keadilan sosial dan kesempatan yang sama. Syarat minimalnya, guru dituntut untuk menciptakan komunitas belajar yang dapat menerima (acceptant), sehingga setiap siswa dijamin bebas dari cemoohan dan ejekan. 4. Kecakapan utama, melek huruf dan angka Melek huruf dan angka hanyalah perangkat. Mereka sendiri bukan tujuan, hanya bagian dari instrumen yang kita gunakan untuk membawa kita kesana. Alasan dari pendekatan belajar dalam cara tertentu, niat di belakang aktifitas ini, dan tujuan dari aktifitas ini adalah meraih prestasi. Mereka ada tujuh, yaitu: a. Berpikir; siswa memproses data secara aktif, logis, lateral, imajinatif, deduktif, dsb. b. Kecerdasan emosional; belajar menangani emosi dan menghubungkan dengan lainnya secara trampil; mengembangkan ciri personal positif seperti kendali diri dan nilai-nilai seperti keadilan. c. Kemandirian; siswa menguasai sikap dan kecakapan yang membuat mereka mampu memulai mempertahankan belajar tanpa guru. d. Saling ketergantungan; siswa terlibat dalam mutualitas, yang merupakan inti dari kerja sama dan basis dari demokrasi. e. Sensasi ganda; siswa mendapat pengalaman melalui sejumlah indera bersama-sama dari efek melihat, mendengar dan melakukan. f. Fun; kesenangan yang nyata. g. Artikulasi; siswa membicarakan aau menulis pikiran, seringkali dalam bentuk ”draft”, sebagai suatu bagian penting dari proses penciptaan pemahaman personal. Dalam lingkungan yang keras, guru individu dapat maju terus untuk menciptakan sebuah oasis sukses yang agung. Diperlukan dua ciri khusus: kecakapan dan kemauan. Misalnya, menjalankan proses-proses yang rumit dalam ”pasar” memerlukan keterampilan manajemen kelasyang bagus. Di tangan guru yang cekatan, teknik-teknik tersebut dapat sangat berhasil, bahkan di suatu keadaan yang janggal. Jelas ada banyak persyaratan untuk keberhasilan dari implementasi ide-ide. Trik dan Taktik Mengajar tidak ditujukan untuk mendesain ulang sistem pendidikan, meskipun hal itu mungkin sangat diharapkan.