Kamis, 15 November 2012
Peran Strategi Kognitif Dalam Akselerasi Pembelajaran
Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya.
Dave Meier (2002:25-26) menulis beberapa prinsip pokok akselerasi pembelajaran, yaitu:…
STRATEGI KOGNITIF Pendahuluan
Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas menurut Marger adalah menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance) sebagai suatu jenis out put yang terdapat pada siswa, dan teramati, serta menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melaksanakan kegiatan belajar. Pengajaran mengemban tugas utama untuk mendidik dan membimbing siswa-siswa dalam belajar serta mengembangkan dirinya.
Pemilihan taksonomi B.S Bloom tentang tingkat ranah kognitif terbagi dalam tiga kelompok, kelompok rendah, menengah, dan tinggi.
Kemampuan tertinggi menurut Gagne adalah strategi kognisi, atau analisis, sistesis dan evaluasi juga kemampuan kognisi tertinggi menurut Bloom.
Mengajar ,enurut kaum konstruktivisme bukan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Dengan demikian mengajar adalah suatu bentu belajar sendiri.
Guru dilihat dari sebuah profesi memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan, ia harus mampu memberikan kepuasan, dan pelayanan dalam proses belajar mengajar dalam kelas. Guru harus menyadari konsekuensi yang disandangnya, guru dihadapkan pada tantangan, dimana guru diminta harus ramah, sabar, penuh percaya diri, bertanggung jawab, dan menciptakan rasa aman, dilain pihak guru harus mampu memberi tugas, dorongan kepada siswa dalam mencapai tujuan, mengadakan koreksi, pemaksaan, arahan belajar serta teguran agar memperoleh hasil yang optimal.
Berfikir yang baik lebih penting dari pada mempunyai jawaban yang benar atas suatu persoalan yang sedang dipelajari. Seseorang yang mempunyai cara berfikir yang baik, dalam arti bahwa cara berfikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang baik. Mengajar dalam kontek ini adalah membantu seseorang berfikir secara benar dengan membiarkan berfikir sendiri.
Definisi Strategi Kognitif
Strategi kognitif (Gagne, 1974) adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Bell gredler (1986), menyebutkan strategi kognisi sebagai suatu proses berfikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang.
Strategi kognitif merupakan kapabilitas yang mengatur cara bagaimana siswa mengelola belajarnya, ketika mengingat-ingat dan berfikir, ia juga merupakan proses pengendali atau pengatur pelaksana tindakan. Gegne dan Briggs (1974) menyatakan suatu contoh strategi kognisi ialah proses inferensi atau induksi. Pengalaman dengan obyek-obyek atau kejadian-kejadian, dan seseorang berusaha memperoleh penjelasan mengenai suatu gejala tertentu yang menghasilkan induksi. Obyek strategi kognitif ialah proses berfikir siswa sendiri.
Latar Belakang Strategi Kognitif
Strategi kognitif lahir berdasarkan paradigma konstruktivisme, teori meta cognition. Konstruktivisme dikembangkan luas oleh Jean Piaget, ia dikenal seorang psikolog, pada akhirnya lebih tertarik pada filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Titik sentral teori Jean Piaget adalah perkembangan fikiran secara alami dari lahir sampai dewasa, menurut Piaget untuk memahami teori ini kita harus paham tentang asumsi-asumsi biologi maupun implikasi asumsi-asumsi tersebut dalam mengartikan pengetahuan.
Paradigma konstruktivisme oleh Jeans Piaget melandasi timbulnya strategi kognitif , disebut teori meta cognition. Meta cognition merupakan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berfikirnya, Preisseisen (1985). Menurut Preisseien meta cognition meliputi empat jenis ketrampilan, yaitu:
• Ketrampilan Pemecahan masalah (Problem Solving) yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternative pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif.
• Ketrampilan Pengambilan Keputusan (Decision making), yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proes berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternative, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alas an-alasan yang rasional.
• Ketrampilan Berfikir Kritis (Critical thinking) yaitu: Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya yaitu menganalisa argument dan memberikan interprestasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argument, dan interprestasi logis.
• Ketrampilan berfikir Kreatif (creative thinking) yaitu:Ketrampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu.
Ketrampilan-ketrampilan diatas ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya, dan sukar untuk membedakannya, karena ketrampilan-ketrampilan tersebut terintegrasi.
Paradigma konstruktivisme dan teori meta cognition melahirkan prinsip Reflection in Action . Schon (1982), yaitu prinsip refleksi dari pengalaman praktisi professional dalam pemecahan masalah yang pernah dihadapi untuk memecahkan masalah baru, praktisi-praktisi ini dikenal dengan nama lain Reflective Practioners. Proses reflections in actions merupakan gambaran tentang proses belajar. Bragar dan Johnson (1993) menyebutkan bahwa seseorang belajar melalui aktivitas atau pekerjaan sendiri dan kemudian mengkaji ulang dari pekerjan yang telah dilakukan.Proses pembelajaran strategi kognitif merupakan proses reflection in action.
Berdasarkan teori ini menunjukkan bahwa proses belajar diawali dari pengalaman nyata yang diamati oleh seseorang. Pengalaman tersebut direfleksi secara individual.
Peran Strategi Kognitif Dalam Akselerasi Pembelajaran
Kelas akselerasi merupakan kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya.
Dave Meier (2002:25-26) menulis beberapa prinsip pokok akselerasi pembelajaran, yaitu:
1. Adanya keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan pembelajaran.
2. Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasip, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif.
3. Kerjasama diantara pembelajar sangat membantu meningkatkan hasil belajar.
4. Belajar berpusat aktivitas sering lebih berhasil daripada belajar berpusat presentasi.
5. Belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi.
Perbedaan Belajar Tradisional dan Belajar Akselerasi
( Dave Meier)
Belajar Tradisional cenderung Belajar akselerasi cenderung
Kaku Luwes
Muram dan serius Gembira
Satu jalan Banyak jalan
Mementingkan sarana Mementingkan tujuan
Bersaing Bekerjasama
Behavioristis Manusiawi
Verbal Multi indrawi
Mengontrol Mengasuh
Mementingkan materi Mementingkan aktivitas
Mental (kognitif) Mental/emosional/fisik
Berdasar waktu Berdasar hasil
Menurut Socrates dan John Dewey, belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara mental dan fisik yang diikuti dengan kesempatan merefleksikan hal-hal yang dilakukan dari hasil perilaku tersebut. Menurut prinsip konstruktivisme, seorang pengajar atau guru, dan dosen berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu proses belajar siswa dan mahasiswa agar berjalan dengan baik.
Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sbb:
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa.
3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak.
Peran dan tugas pengajar konstruktivisme:
1. Guru banyak berinteraksi dengan siswa
2. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan bersama
3. Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa
4. Diperlukan keterlibatan dengan siswa
5. Guru perlu memiliki pemikiran yang fleksibel
Hal-hal yang penting dikerjakan oleh seorang guru konstruktivis sebagai berikut:
1. Guru perlu mendengar secara sungguh-sungguh interpretasi siswa terhadap data
2. Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas
3. Guru perlu tahu bahwa “tidak mengerti” adalah langkah yang penting untuk memulai menekuni.
Komponen-komponen dalam perkembangan Strategi kognitif yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Perkembangan fungsi kognitif terdiri dari empat factor, masing-masing adalah: lingkungan fisik, kematangan, pengaruh social, dan proses pengaturan diri, yang disebut ekuilibrasi. Proses perkembangan kognitif menurut Piaget (1977) dipengaruhi oleh tiga proses dasar: asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam fikirannya.
Akomodasi yaitu:
1. Membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan itu.
2. Memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Equilibrium, yaitu : pengetahuan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Disequilibrium adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Equilibration adalah proses dari disequilibrium ke equilibrium
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar