Kamis, 15 November 2012

taxonomi bloom

1. Analisislah isi bab yang saudara baca tersebut menurut teori Taxonomi Bloom. Kelompokkan materi dalam bacaan tersebut menjadi materi kognitif, materi afektif dan materi psikomotor. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.usun Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: 1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. 2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar. Selain ranah afektif dan psikomotorik, hasil belajar yang perlu diperhatikan adalah dalam ranah kognitif. Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David R. Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang yang diurutkan sebagai berikut: Hieraki Ranah Kognitif Menurut Revisi Taksonomi Bloom . 1. Mengingat (remembering) Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, menandai, menamai. 2. Memahami (understanding). Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan. 3. Menerapkan (applying). Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan. Kata oprasionalnya melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi. 4. Menganalisis (analyzing). Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kata oprasionalnya yaitu menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan. 5. Mengevaluasi (evaluating). Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan. 6. Mencipta (creating). Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar mengejar masalah kecerdasannya saja. Berbagai potensi anak didik atau subyek belajar lainnya juga harus mendapatkan perhatian yang proporsional agar berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau factor rasa atau emosi maupun ketrampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang. Sejalan dengan pengertian kognitif afektif psikomotorik tersebut, kita juga mengenal istilah cipta, rasa, dan karsa yang dicetuskan tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara. Konsep ini juga mengakomodasi berbagai potensi anak didik. Baik menyangkut aspek cipta yang berhubungan dengan otak dan kecerdasan, aspek rasa yang berkaitan dengan emosi dan perasaan, serta karsa atau keinginan maupun ketrampilan yang lebih bersifat fisik. Pengertian kognitif afektif psikomotorik dalam Taksonomi Bloom ini membagi adanya 3 domain, ranah atau kawasan potensi manusia belajar. Dalam setiap ranah ini juga terbagi lagi ke dalam beberapa tingkatan yang lebih detail. Ketiga ranah itu meliputi : 1. Kognitif (proses berfikir ) Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian : a. Pengetahuan (knowledge) mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar. b. Pemahaman (comprehension) Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah. c. Penerapan (application) Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. d. Analisis (analysis) Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan. e. Sintesa (synthesis) Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya. f. Evaluasi (evaluation) Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi. Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain. Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran. 2. Afektif (nilai atau sikap) Afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori : a. Penerimaan (recerving) Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. b. Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. c. Penilaian atau penentuan sikap (valuing) Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”. d. Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup. e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex) Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Variabel-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa: “Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.” Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya. 3. Psikomotorik (keterampilan) Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu : a. Peniruan terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. b. Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. c. Ketetapan memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. d. Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda. e. Pengalamiahan Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini. Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran kegiatan evaluasi hasil belajar adalah: 1. Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan pada mereka? 2. Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya? 3. Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari? Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. MATERI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII Materi Kognitif Pada pelajaran 4 Bahasa Indonesia teks ‘Memperbaiki Moral Bangsa’ bila dirujuk dari segi kognitif maka akan terlihat upaya ajakan dalam proses berpikir supaya generasi muda bangsa Indonesia dapat bangkit dan tergerak hatinya agar mau dan sadar untuk selalu menanamkan jiwa bersih dari segala hal-hal buruk yang ada di lingkungan sekitar mereka. Siswa disajikan bahan bacaan yang mengarahkan pola dan konsep berpikir ke dalam pola hidup positif, melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam kehidupan mereka agar berguna bagi masa depan mereka kelak. Siswa diperkenalkan tema-tema yang mengandung ajakan untuk berbuat kebaikan dan menumbuhkan rasa religius dalam relung hati mereka. Domain kognitif atau konsep berpikir telah secara langsung atau tidak langsung tertanam ke dalam benak para siswa setelah diperkenalkan ke dunia berkegiatan positif dan sekaligus diberi informasi mengenai kegiatan buruk yang harus mereka hindari, agar tidak terjebak dan terjerumus ke dalam lembah hitam yang dapat mematikan masa depan mereka. Melalui bacaan tersebut diharapkan telah melekat erat dalam konsep berpikir mereka tentang hal baik yang bisa mereka kerjakan dan hal buruk yang harus mereka hindari. Materi Afektif Nilai atau sikap sopan santun siswa yang dirasakan telah luntur akhir-akhir ini sangat meresahkan, adalah tugas guru untuk mengarahkan para pelajar untuk selalu berbuat baik, berahlak mulia demi moralitas anak bangsa. Kewajiban siswa adalah menerima apa yang telah diajarkan guru kepada mereka, menerima dan meresapi arti nilai atau sikap yang seharusnya dipunyai oleh para pelajar sebagai generasi muda yang berjiwa bersih dan selalu mawas diri. Nilai kebajikan yang mereka dapat hendaknya tercermin dalam sikap keseharian mereka. Dalam teks bacaan singkat yang berjudul ‘Kebaikan Berbuah kebaikan’ merupakan sebuah cerita anak yang dikemas secara sederhana dan menarik sehingga siswa tidak bosan membacanya, didalamnya tersirat makna yang sangat mendalam bahwa setiap kebajikan yang dilakukan oleh umat manusia maka akan berdampak kebaikan pula bagi pelakunya. Dengan begitu siswa akan merasa bahwa segala hal baik yang akan mereka kerjakan akan berbuah kebaikan pula bagi kehidupan mereka di dunia ini, karena kebaikan akan berbuah kebaikan. Materi Psikomotor Diharapkan selain teori siswa juga mempunyai keterampilan. Adapun jenis keterampilan itu tergantung pada apa yang telah mereka pelajari dan peroleh. Siswa melakukan banyak kegiatan dan tugas selama mereka menempuh dunia pendidikan. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa menjadi sosok yang mumpuni, mandiri, aktif dan penuh rasa percaya diri. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa diharapkan bertindak aktif dalam kegiatan mendengar, berbicara membaca, dan menulis. Siswa dapat menulis kembali berita apa yang didengarkan.keterampilan ini membutuhkan kecermatan dan daya ingat kuat supaya pelajar mampu menulis, menyusun kata demi kata, merangkai kalimat demi kalimat sehingga menjadi rangkaian paragraf yang padu dan berbobot. Siswa juga bisa bercerita dengan alat peraga. Alat peraga tersebut bisa bersumber dari mana saja, dan bisa berwujud apa saja. Siswa dapat menggunakan berbagai media untuk mengekspresikan cerita yang mereka bawakan. Dalam keterampilan membaca, siswa dapat berlatih membaca teks perangkat upacara. Banyak keuntungan yang diperoleh dari keterampilan ini, diantaranya adalah apabila siswa mendapat tugas sebagai petugas upacara, maka mereka akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. 2. Analisislah bacaan yang saudara pilih menurut pendapat Hyman dalam Zais (1976 hal:324). Hyman dalam Zais (1926 hal:324) mengenai isi kurikulum yang menurutnya terdiri dari: 1. Pengetahuan yang meliputi: fakta, eksplanasi,prinsip dan definisi. 2. Keterampilan dan proses seperti: membaca, menulis, menghitung, menari, berpikir kritis, membuat keputusan, dan komunikasi, dan 3. Nilai yang mencakup: keyakinan terhadap sesuatu yang baik dan buruk, terhadap sesuatu yang benar dan salah, terhadap sesuatu yang indah dan tidak indah. Hyman dalam Zais (1976) mendefinisikan materi (conten) kurikulum sebagai: pengetahuan (meliputi fakta-fakta, eksplanasi, prinsip-prinsip, definisi), keterampilan dan proses (meliputi membaca, menulis, kalkulasi, tarian, berpikir kritis, mengambil keputusan, komunikasi), dan nilai (meliputi kepercayaan terhadap ukuran baik dan buruk, benar dan salah, cantik dan jelek). Analisis bacaan pelajaran 4 ‘Memperbaiki Moral Remaja’ menurut pendapat Hyman dalam Zais (1976 hal:324) Pelajaran 4 ‘Memperbaiki Moral Remaja’ halaman 43 Aspek yang harus dicapai dalam bab ini adalah:  Mendengarkan  menulis kembali berita yang dibacakan.  Berbicara (bersastra)  bercerita dengan alat peraga.  Menulis  menulis teks pengumuman.  Kebahasaan  menggunakan klausa dengan keterangan tujuan untuk dan demi. Hasil belajar:  Siswa dapat menulis kembali berita yang didengarkan secara tepat.  Siswa dapat bercerita dengan alat peraga secara baik dan benar.  Siswa dapat membaca teks perangkat upacara sec ara baik dan benar.  Siswa dapat menulis pengumuman secara benar.  Siswa dapat menggunakan klausa dengan keterangan tujuan untuk dan demi secara tepat. Tema ‘Memperbaiki Moral Remaja’ dilihat dari materi kognitif guru member berita ‘Narkoba Ternyata Menular’. Dalam bacaan ‘Memperbaiki Moral Remaja’ sebagai generasi penerus para remaja diharapkan mampu mengisi kemerdekaan ini dengan belajar giat dan aktif dalam berbagai kegiatan positif. Maraknya kasus peredaran obat-obat terlarang sungguh sangat mencemaskan, para remaja harus mawas diri terhadap barang terlarang tersebut karena dapat menyesatkan dan merusak masa depan. Sikap hormat dan patuh kepada orang tua dan guru harus selalu dipertahankan, mengingat sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua semakin luntur pada akhir-akhir ini. Sebagai seorang pelajar, hal-hal yang berkaitan dengan moral semacam itu pantas untuk dipahami agar wawasan sebagai pelajar generasi penerus bangsa tentang moral bertambah luas. Melalui pelajaran 4 bacaan ‘Memperbaiki Moral Remaja’ para pelajar dilatih untuk mencermati berbagai fenomena yang terjadi di sekitar mereka yang terkait dengan moral. Adapun bentuk pelatihan tersebut dikaitkan dengan keterampilan berbahasa, bersastra, dan kebahasaan. Keterampilan berbahasa meliputi kegiatan menulis kembali berita yang dibacakan atau yang didengarkan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menulis kembali berita yang dibacakan atau didengarkan adalah, menyimak berita yang dibacakan, sungguh-sungguh menyimaknya, dan mencatat hal-hal penting selama proses penyimakan berlangsung, pelajar dapat mencatat hal-hal penting dari berita itu dengan menggunakan rumus 5W + 1H. 5W + 1H merupakan singkatan dari WHAT (peristiwa apa yang terjadi), WHO (siapa yang menjadi tokoh peristiwa itu), WHEN (kapan peristiwa itu terjadi), WHERE (dimana lokasi peristiwa itu), WHY (mengapa peristiwa itu terjadi), dan HOW (bagaimana urutan kejadiannya). Guru membacakan berita tentang ‘Narkoba Ternyata Memudar’, setelah pelajar mendengarkan pembacaan berita tersebut maka mereka dapat mengerjakan atau menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang peristiwa tersebut, kapan peristiwa itu terjadi, dimana peristiwa itu terjadi, kenapa peristiwa itu terjadi, dan bagaimana kronologis peristiwa tersebut. Pelajar juga dapat menulis kembali berita yang telah mereka simak dengan kata-kata mereka sendiri. Menulis pengumuman mempunyai tujuan utama memberikan informasi secara luas kepada masyarakat tentang suatu hal atau suatu kegiatan. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frase berkata depan dan kata depan yang dipakai yaitu demi, lagi, guna, untuk, dan buat. 3. Simpulkanlah analisis saudara, materi pada bab tersebut yang saudara pilih berguna untuk domain apa. Siswa juga mempelajari sebuah cerita yang dikemas untuk didengarkan oleh anak-anak, biasanya berisi ajaran moral, keteladanan, dan contoh budi pekerti yang baik. Penggunaan berbagai media untuk mengekspresikan cerita yang mereka bawakan dapat diceritakan dengan menarik dan lucu sehingga akan mampu menarik perhatan pendengarnya. Cerita anak ‘Kebaikan Berbuah Kebaikan’ menceritakan seorang kakek tua yang pekerjaan sehari-harinya mencari kayu kering di tengah hutan. Suatu hari kakek tua itu menolong seekor anjing terluka dan merawatnya dengan baik di rumahnya. Anjing tersebut ternyata jelmaan seorang putri yang telah dikutuk oleh penyihir jahat menjadi seekor anjing. Kutukan itu akan hilang bila putri tersebut diasuh dan disayang oleh seorang baik hati selama setahun. Setelah setahun anjing tersebut menjadi seorang manusia dan ingin membalas kebaikan kakek tua itu selama ini. Putri tersebut mengajak kakek tua itu untuk tinggal bersamanya dan menganggap kakek tua itu sebagai kakek kandungnya sendiri. Kakek tua itu setuju dan mereka hidup berbahagia. Dari kisah tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa sebuah kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula. Siswa dapat mengambil pelajaran untuk selalu berbuat kepada semua mahluk hidup yang ada di muka bumi ini. Materi pada bab ini berguna untuk materi domain psikomotor. Keterampilan berbahasa meliputi kegiatan bercerita dengan alat peraga. Siswa dapat menggunakan berbagai media untuk mengekspresikan cerita yang dibawakan. Media tersebut dapat berupa penggunaan boneka maupun peralatan lainnya. Bercerita dengan alat peraga dapat dilakukan dengan cara membacakan buku cerita bergambar sambil memainkan boneka atau dibantu oleh adegan fragmen. Keterampilan berbahasa meliputi kegiatan membaca untuk perangkat upacara. Teks perangkat upacara terdiri dari tiga macam, yaitu pembukaan UUD 1945, janji siswa, dan doa. Siswa dapat mencermati kembali ketiga teks perangkat upacara tersebut, kemudian mengerjakan tugas secara berkelompok, masing-masing anggota kelompok membaca suatu teks, kemudian teman menilai penampilan tersebut. 4. Sebagai orang tep berikan saran terhadap isi bab tersebut berkaitan dengan desain penyajian pesannya. Hyman (1973) menyebutkan ada tiga hal mengenai isi kurikulum: pengetahuan, proses, nilai. Isi bab (pelajaran 4) ‘Memperbaiki Moral Remaja’ merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh para orang tua (wali murid, guru, dll) kepada para generasi muda agar berahlak mulia dan menjauhkan segala hal yang bernuansa negatif. Penyajian pesan yang terkandung dalam bab ‘Memperbaiki Moral Remaja’ telah sangat baik mencakup semua pesan yang sangat ingin disampaikan para orang tua kepada putra-putrinya. Bahasa yang digunakan telah sangat lugas, mengena, dan mudah dimengerti. Dalam bab ini siswa juga telah diberi wawasan pengetahuan tentang betapa berbahayanya narkoba bagi kehidupan dan masa depan mereka. Siswa juga dibekali wawasan moral dan diharapkan wawasan siswa tentang moral bertambah luas. Pelajar juga dibekali pengetahuan tentang tanda kecanduan alcohol, diantaranya: a. Mulai tidak patuh dan sering melawan. b. Nilai sekolah mulai turun. c. Ada laporan dari sekolah kalau anak remaja banyak membolos. d. Berbohong bila ditanya tentang kegiatannya. e. Sering tidak mengerjakan pekerjaan rumah atau aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan. f. Berat badan menurun dan pipi tampak cekung. g. Perubahan siklus tidur dan tampak lebih malas daripada biasanya. h. Kadang-kadang menunjukkan wajah depresi dan mood yang mudah berubah. i. Mulai melakukan tindakan yang bermasalah dengan hokum. j. Mungkin mengalami kecelakaan. Dalam bab ini siswa juga diberi wawasan pengetahuan bahwa sangat penting menjaga perilaku baik, sikap hormat, dan patuh kepada orang tua. Sikap baik tersebut harus tetap dan selalu dipertahankan. Desain penyajian pesan dalam bab (pelajaran 4) ‘Memperbaiki Moral Pelajar’ telah dikemas dengan sangat bagus. Didalamnya telah diselipkan pesan bahwa sikap baik adalah baik, kebaikan akan selalu berbuah kebaikan. Bila ada yang kurang terhadap isi bab tersebut berkaitan dengan desain penyajiannya adalah terletak pada susunan kemasan gambar sebagai ilustrasi yang terkesan sangat monoton dan kurang menarik. Saran tepat untuk bab ini adalah ada baiknya jika gambar ilustrasi yang disajikan dalam bentuk berwarna sehingga akan lebih terlihat bagus dan menarik minat siswa untuk mengetahui apa yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga pelajar merasa lebih senang untuk membaca. 5. Kata kunci Hyman (1973) menyebutkan ada 3 hal mengenai isi kurikulum: • Pengetahuan • Proses • Nilai Isi didefinisikan sebagai pokok materi proses-proses belajar mengajar yang memuat pengetahuan (fakta, konsep, generalisasi, prinsip-prinsip dan lain sebagainya), proses-proses atau skill yang diasosiasikan dengan dasar pengetahuan tersebut juga nilai-nilai yang berkaitan dengan pelajaran atau apapun yang sedang dipelajari. R. Hyman, mendefinisikan bahwa isi terdiri dari : Pengetahuan (fakta-fakta, penjelasan, definisi, prinsip-prinsip), skill dan proses-proses (membaca, menulis, menghitung, menari, berpikir kritis, penetapan keputusan, berkomunikasi) dan nilai-nilai (pemahaman tentang hal baik dan buruk, cantik dan jelek), (Hyman, 1973 : 4). Sebagai contoh, studi sosial kurikulum tidak hanya akan menyertakan fakta-fakta, konsep, dan generalisasi tertentu saja, tapi juga kemampuan dan nilai-nilai (termasuk perilaku) dari kajian ilmu pengetahuan sosial. Untuk melaksanakan proses pendidikan itu sangat diperlukan kurikulum. Pembinaan proses pendidikan ini terus disempurnakan diantaranya penyempurnaan kurikulum seperti kurikulum 1994 disempurnakan menjadi kurukulum 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang sekarang sudah disempurnakan kembali menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain itu penyempurnaan pelaksanaan pendidikan melalui peningkatan kualitas pengajar seperti seminar-seminar, penataran-penataran, penyetaraan dan kualifikasi guru-guru. KTSP memberikan tuntunan pembelajaran yang berorientasi kepada proses bukan semata-mata pada hasil. Ini berarti siswa dituntut untuk aktif mengembangkan kemampuan yang dimilikinya seperti mengamati, menginterprestasikan, mengaplikasikan konsep dan mengkomunikasikan hasil yang diperolehnya. Kurikulum ini lebih mengedepankan kegiatan ‘learning activities’ atau aktifitas belajar mahasiswa dari pada sekedar ‘teaching activities’ atau aktifitas mengajar oleh dosen. Namun pada pelaksaaannya selama ini, kurikulum kurang memberikan kesempatan belajar atau ‘learning opportunities’ kepada mahasiswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan nilai dari suatu mata kuliah yang dipelajarinya. Kurangnya kesempatan belajar sehingga membuat mahasiswa juga kurang memperoleh pengalaman belajar. Kompetensi merupakan integrasi dari tiga ranah yaitu kognitif (pengetahuan), psikomotor(keterampilan) dan afektif (nilai) pada setiap mata kuliah. Namun pada pelaksanaannya selama ini kurikulum hanya terfokus pada pemenuhan ranah kognitif saja, sementara ranah afektif dan psikomotor masih sangat kurang. Standar dari setiap komponen kurikulum, merupakan acuan atau dasar pijakan dalam menentukan kualitas penyelenggaraan pendidikan. Sehubungan dengan standar isi, maka substansi yang diperhatikan dalamkomponen ini mengandung muatan pengetahuan (fakta, konsep, generalisasi, prinsipdll); proses atau keterampilan yang berkaitan dengan dasar pengetahuan dan nilai yang terkandung dalam subyek yang dipelajari (Hyman : 1973) . Demikian standar isi darisuatu tingkat satuan pendidikan yang ditampilan dalam bentuk mata pelajaran dan nonmata pelajaran harus dipilih dan dipilah sesuai dengan kriteria yaitu : (1) Sahih (Valid ): Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarandan kesahihannya, ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yangdiberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusiuntuk pemahaman ke depan. (2) Tingkat Kepentingan (Significance): Dalam memilihmateri perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: Sejauh mana materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa penting?. Dengan demikian,materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukanoleh siswa. (3) Kebermanfaatan (utility): Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun non akademis. Bermanfaat secara akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikanberikutnya. Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari (4) Layak dipelajari (learnability): Materinya memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat). (5) Menarik minat (interest ): Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkembangkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.Penataan isi kurikulum pada dasarnya dilandaskan atas lingkup dan urutan isi kurikulum. Lingkup kurikulum menyatakan keluasan dan kedalaman isi kurikulum pada rentang waktu tertentu. Lingkup kurikulum dipengaruhi oleh faktor waktu, intikonten, pengintegrasian konten, dan total jumlah konten yang dibutuhkan. Urutan konten kurikulum menyatakan susunan konten yang disajikan terhadap siswa. Urutan konten dipengaruhi oleh prinsip dari sederhana menuju yang kompleks, prasyarat, dariyang menyeluruh ke bagian-bagian, kronologis, tingkat keabstrakan dan urutan spiral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar