Minggu, 06 Januari 2013

syarat kepemimpinan

KONSEP, PRINSIP, DAN SYARAT-SYARAT KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN Pada prinsipnya konsep kepemimpinan terdapat banyak kesamaan. Dalam rumusan mengenai ciri-ciri kepemimpinan secara fundamental bersifat universal, hal ini berlaku pada semua bidang kegiatan. Kepemimpinan adalah kegiatan seseorang menggerakkan orang lain agar orang itu berkenan melaksanakan tugasnya. Proses kepemimpinan seseorang dapat muncul dalam bentuk usaha mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan. Proses kepemimpinan dapat muncul kapan dan dimana saja bila terdapat unsur-unsur: Orang yang memimpin. Orang-orang yang dipimpin. Kegiatan atau tindakan penggerakan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai bersama. Teori-teori kepemimpinan ada enam, yaitu: 1. Teori Sifat (Traits Theory): apa yang membuat seseorang pemimpin berhasil (efektif) bersumber dari kepribadian (personality) pemimpin itu sebagai seorang insan. Kenyataannya, kepemimpinan yang efektif pada dasarnya merupakan salah satu fenomena yang sangat efektif, pada dasarnya merupakan salah satu fenomena yang sangat kompleks dalam hubungan antarmanusia dan merupakan teka-teki yang tidak ada habis-habisnya bagi siapa saja yang ingin menguasainya. Berdasarkan penelitian terhadap sifat-sifat “orang besar” (greatman) dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan “orang besar” didasarkan atas sifat-sifat yang dibawa sejak lahir. Jadi, kepemimpinan tersebut merupakan sesuatu yang diwariskan. Teori ‘leaders are born and not made’ (pemimpin-pemimpin dilahirkan dan tidak dibentuk) para ahli menyebut teori ini sebagai teori bakat. Kelemahannya adalah: o Diantara pendukung-pendukungnya tidak ada persesuaian atau kesamaan mengenai perincian sifat-sifat yang dimaksud. o Terlalu sulit untuk menetapkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. o Sejarah membuktikan bahwa situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifat-sifat pemimpin yang tertentu pula. 2. Teori Lingkungan (Environmental Theory): kemunculan pemimpin merupakan hasil dari waktu, tempat, dan situasi sesaat. Seseorang dapat menjadi pemimpin dalam suatu situasi tertentu karena kelebihannya dalam mengatasi situasi itu. Sedangkan, mungkin dalam situasi lain yang tidak memerlukan kelebihan tersebut, ia tidak menjadi pemimpin. Beberapa ahli teori ini sependapat bahwa walaupun suatu situasi tertentu memberikan kesempatan bagi timbulnya pemimpin, namun situasinya itu sendiri tidak cukup untuk memunculkan suatu kepemimpinan. Situasi dan kondisi tertentu melahirkan tantangan tertentu. Diperlukan orang-orang yang memiliki sifat atau ciri-ciri tertentu yang cocok. Seorang pemimpin yang berhasil pada situasi dan kondisi tertentu tidak menjamin bahwa ia pasti berhasil pada situasi dan kondisi tertentu, tidak menjamin bahwa ia pasti berhasil pada situasi dan kondisi yang lain. Teori lingkungan ini, juga disebut teori serba situasi. Kebangkitan dan kejatuhan seorang pemimpin dikarenakan oleh situasi dan kondisi. 3. Teori Pribadi dan Situasi (Personal-Situational Theory): kepemimpinan sebagai akibat dari seperangkat kekuatan yang tunggal. Teori ini mengakui bahwa kepemimpinan merupakan produk dari terkaitnya tiga faktor, yaitu:  Sifat-sifat pribadi dari pemimpin  Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya  Masalah-masalah yang dihadapi oleh kelompok Teori ini mungkin dapat diparalelkan dengan teori ekologis, yang pada pokoknya menyatakan bahwa seseorang akan berhasil melaksanakan kepemimpinan apabila ia pada waktu lahir telah memiliki bakat atau sifat kepemimpinan yang kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman. Kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kepribadiannya dengan menyesuaikannya kepada situasi yang dihadapi, yaitu: • Tugas, pekerjaan atau masalah yang dihadapi • Orang-orang yang dipimpin • Keadaan yang mempengaruhi tugas, pekerjaan, dan orang-orang tadi. 4. Teori interaksi dan harapan (interaction-expectation theory): teori ini mendasarkan diri pada variabel-variabel ; aksi, reaksi, interaksi, dan perasaan (action, interaction, dan sentiment). Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interaksi dan partisipasi dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai/menyenangi satu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas norma-norma kelompok. Semakin tinggi perasaan keakraban pemimpin dengan anak buahnya semakin efektif dalam situasi dimana dituntut kepemimpinan yang moderat. 5. Teori Humanistik (Humanistic Theory): Teori ini mendasarkan diri pada tesis “the human being is by nature a motivated organism; the organization is by nature structured”. Artinya, manusia karena sifatnya adalah organisma yang dimotivasi, sedangkan organisasi karena sifatnya adalah tesusun dan terkendali. Menurut teori humanistik ini, perlu dilakukan motivasi pada pengikut, dengan memenuhi harapan mereka dan memuaskan kebutuhan mereka. Melakukan motivasi berarti juga melakukan human relations (hubungan antar manusia). Artinya, mengusahakan keseimbangan antara kebutuhan/kepentingan umum organisasi. 6. Teori tukar-menukar (exchange theory): Teori ini berdasarkan asumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukar menukar dimana anggota-anggota kelompok memberikan kontribusi dengan pengorbanan mereka sendiri dan menerima imbalan dengan pengikut yang digerakkan oleh pemimpin. Hal ini dapat terjadi karena saling menguntungkan. Teori ini juga disebut teori “beri-memberi” atau dapat juga disebut saling memberi dan menerima. Sumber-sumber Kepemimpinan Pendidikan bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Pemimpin resmi yang biasa disebut “status leader”, “titular leader” atau “formal leader” merupakan sebutan bagi mereka yang menduduki posisi pimpinan dalam struktur organisasi pendidikan, dan Pemimpin yang tidak resmi yang biasa disebut “real leader”, “emerging leader”, “functional leader” merupakan sebutan bagi mereka yang mampu mempengaruhi dan mendorong ke arah perbaikan pendidikan dan pengajaran, walaupun mereka tidak menduduki posisi pimpinan dalam struktur organisasi pendidikan. Akan sangat baik dan berkualitas bila seorang pemimpin pendidikan itu selain didukung oleh posisi yang diduduki dalam struktur organisasi pendidikan, juga memiliki kelebihan-kelebihan yang berasal dari pribadinya. Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi menyimpulkan ada tiga teori yang menonjol mengenai timbulnya seorang pemimpin, yaitu: Teori Genetis(hereditary theory), seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Teori Sosial, setiap orang akan dapat menjadi pemimpin bila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Teori Ekologis (Sondang P. Siagian, 1980), seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik bila ia sejak dilahirkan telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan. Roby (1961) seperti dikutip oleh Mar’at dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan , mengembangkan model matematik dari fungsi-fungsi kepemimpinan yang berdasarkan unit-unit respon dan bobot informasi. Fungsi-fungsi Kepemimpinan Pendidikan dapat diidentifikasikan menjadi:  Menghasilkan kesesuaian tujuan diantara para anggota  Menyeimbangkan akal dan kemampuan kelompok dengan tuntutan lingkungan  Menetapkan struktur kelompok yang akan memusatkan informasi secara efektif dalam memecahkan masalah  Memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan tersedia apabila sedang dibutuhkan. Bales dan Slater (1955), melihat ada dua fungsi utama yang ditampilkan oleh pemimpin, yaitu: 1. Dihubungkan dengan produktivitas. 2. Berkaitan dengan dukungan sosio emosional dari anggota-anggota kelompok. Tahalele dan Indrafachrudi (1975), menyebutkan ada dua fungsi primer pada kepemimpinan pendidikan, yaitu: 1. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. 2. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan. Nawawi (1988), fungsi kepemimpinan pendidikan adalah: 1. Mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berpkir dan mengeluarkan pendapat. 2. Mengembangkan suasana kerjasama yang efektif dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan orang-orang yang dipimpin sehingga timbul kepercayaan pada diri sendiri dan kesediaan menghargai orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. 3. Mengusahakan dan mendorong terjadinya pertemuan pendapat/buah pikiran dengan sikap harga menghargai sehingga timbul perasaan ikut terlibat di dalam kegiatan kelompok/organisasi dan tumbuh perasaan bertanggungjawab atas terwujudnya pekerjaan masing-masing sebagai bagian dari usaha pencapaian tujuan. 4. Membantu menyelesaikan masalah, baik yang dihadapi secara perorangan maupun kelompok dengan memberikan petunjuk untuj mengatasinya sehingga berkembang kepedulian dan kesediaan untuk memecahkan dengan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip kepemimpinan pendidikan dikelompokkan menjadi lima: 1. Prinsip pelayanan Kepemimpinan sekolah harus menetapkan unsure-unsur pelayanan dalam kegiatan operasional di sekolahnya. 2. Prinsip persuasi Menekankan agar dalam menjalankan kepemimpinannya, pemimpin pendidikan memperhatkan situasi dan kondisi setempat. 3. Prinsip bimbingan Dalam melaksanakan kepemimpinannya, pemimpin pendidikan hendaknya membimbing peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perkembangan peserta didik di lembaga yang ada dalam wilayah pembinaannya. 4. Prinsip efisiensi Prinsip yang bersifat ekonomis. 5. Prinsip berkesinambungan Bertujuan agar pemimpin pendidikan ini diterapkan tidak hanya pada satu waktu saja, tetapi perlu secara terus menerus, selama mereka berada di sekolah. Seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin pendidikan harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan, diantaranya: 1) Syarat-syarat formal 2) Syarat-syarat fundamental 3) Syarat-syarat praktis 4) Syarat-syarat kepemimpnan lainnya, yaitu:  Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik.  Percaya diri sendiri dan bersifat membership.  Cakap bergaul dan ramah tamah.  Kreatif, penuh inisiatif, dan memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik.  Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.  Memiliki keahlian atau keterampilan dalam bidangnya.  Suka menolong, member petunjuk, dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana.  Memiliki keseimbangan/kestabilan emosional dan bersifat sabar.  Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi.  Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab.  Jujur, rendah hati, sederhana, dan dapat dipercaya.  Bijaksana dan selalu berlaku adil.  Disiplin.  Berpengetahuan dan berpandangan luas.  Sehat jasmani dan rohani. Sifat-sifat kepemimpinan Asta brata a) Watak matahari, matahari mempunyai sifat panas dan penuh energy dan pemberi sarana hidup. b) Watak bulan, bulan mempunyai wujud indah dan menerangi dalam kegelapan. c) Watak binatang, bintang mempunyai bentuk yang indah dan menjadi hiasan di waktu malam yang sunyi serta menjadi kompas atau pedoman bagi mereka yang kehilangan arah. d) Watak angin, angin mempunyai sifat mengisi setian ruangan yang kosong walaupun tempat rumit sekalipun. e) Watak mendung, mempunyai sifat menakutkan (wibawa), tetapi sesudah menjadi air (hujan) dapat menghidupkan segala yang tumbuh. f) Watak api, api mempunyai sifat tegak dan sanggup membakar apa saja yang bersentuhan dengannya.(Pemimpin harus dapat berfungsi laksana api, bertindak tegas, adil, tanpa pandang bulu). g) Watak samudera, samudera mempunyai sifat luas, memet dan rata. (Pemimpin harus mempunyai pandangan yang luas, rata, sanggup menerima semua persoalan, dan tidak boleh membenci terhadap seseorang). Prof.Arifin Abdulrachman a) Sifat-sifat pokok, sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin. Adil, pengayom, penuh inisiatif, penuh daya tarik, penuh rasa percaya diri. b) Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat, sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. c) Sifat-sifat khusus karena pengaruh dari golongan pemimpin. John D. Miller “Institusional Conditions of Leadership”, ada empat hal penting dalam kepemimpinan, yaitu: 1. The ability to see an enterprise as a whole (kemampuan melihat organisasi sebagai keseluruhan). 2. The ability to make decisions (kemampuan mengambil keputusan). 3. The ability to delegate authority (kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang). 4. The ability to command loyality (kemampuan menanamkan kesetiaan). Sembilan C persyaratan pemimpin pemerintahan menurut Herman Finer : 1. Consciousness Kesadaran. Pemimpin harus memiliki fakta-fakta dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. 2. Coherence Mengkait-kaitkan. Pemimpin harus mampu menghubungkan berbagai macam cabang ilmu yang diperlukan bagi jabatannya. 3. Constancy Kemantapan. Suatu ketetapan pendirian atau kekukuhan. 4. Conviction Keteguhan. Suatu ketetapan hati, tekad dan keyakinan; pemimpin memiliki cita-cita, citra, kebijakan, dan prinsip-prinsip. 5. Creativeness Daya cipta. Kekreatifan. 6. Concientiousness Kecermatan. Pemimpin harus berusaha memenuhi semua persyaratan dan secvara seksama meneliti diri sendiri, sudahkah memenuhi syarat-syarat. 7. Courage Keberanian. Suatu kekuatan moral untuk bertindak. 8. Captivation Gaya yang menarik. Sesuatu yang dapat memikat atau menarik. Misal, gaya berpidato atau penampilan. 9. Cleverness Kepandaian. Memiliki pengetahuan tentang prosedur, tentang karakter manusia, tentang bernilainya suara pemilih (rakyat) dan sebagainya. Sikap dan Sifat-sifat Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia Sikap dasar  Konsisten dan konsekuen dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila dengan berpedoman P4.  Mengayomi, sikap dasar yang suka memberi perlindungan atau memberi teduh sehingga pengikutnya selalu merasa aman dan tentram dalam perlindungannya. Sifat-sifat  Adil, kemampuan memperlakukan anak buah secara sama. Keadilan adalah kesadaran untuk memberikan kepada masing-masing, apa yang telah menjadi haknya.  Arif bijaksana, kecakapan dan kepandaian bertindak/berbuat menghadapi orang lain.  Penuh prakarsa/inisiatif, sumber inspirasi dan sumber dinamika yang mampu menggerakkan orang-orang.  Percaya pada diri sendiri, sesuatu yang menimbulkan keseimbangan jiwa dan pikiran yang pada akhirnya menumbuhkan semangat optimism dalam rangka mencapai tujuan.  Penuh daya pemikat, sesuatu yang dapat menarik atau memikat perhatian orang.  Ulet, suatu sifat tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan dan selalu berusaha untuk mengatasi berbagai kesulitan.  Mudah mengambil keputusan, menggambarkan sikap tegas dan sifat tidak ragu-ragu sehingga segala sesuatu dapat segera dilaksanakan.  Jujur, suka bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada dalam rangka mencapai suatu tujuan.  Berani mawas diri, suatu sifat melihat ke dalam diri sendiri danke dalam tubuh organisasi untuk melihat kekurangan, untuk selanjutnya menutupinya.  Komunikatif,sifat mudah menyampaikan sesuatu kepada pihak lan dengan menggunakancara-cara dan gaya yang mudah diterima. Dalam operasionalnya kepemimpinan pemerintahan di Indonesia berpegang pada prinsip- prinsip:  “ing ngarso sung tulodo” Pemimpin harus mampu menjadikan dirinya sebagai panutan.  “ing madyo mangun karso” Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi.  “tut wuri handayani” Pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya supaya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar